RANIN - BAB 2

24 11 7
                                    

Haiii..
Update lagi guys..
Semoga kalian masih nunggu cerita ini ya...
Ku semangat sekali...

Mari nyalakan bab ini dengan semangat kalian, kita sama-sama pakai emot 🤡

Happy Reading Tyers...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jalan ibu kota pagi ini begitu macet, menguras sebagian semangat Anin yang sedari tadi sudah menggerutu kesal. Sedang Ica yang berada disebelahnya hanya duduk santai sembari mengerjapkan matanya karna mengantuk. Kebiasaan perempuan itu memang, Anin sudah sangat mengenali sifat luar dalam sahabat sekaligus majikannya ini.

"Ca! Kalau gue cari jalan pintas boleh? Kayanya kita engga bakal bisa tepat waktu nyampe toko kalo pasrah gini". Kata Anin menatap Ica sekilas, perempuan itu langsung menegakkan tubuh dan mulai mengusap matanya.

"Sorry Nin, ngantuk banget gue. Boleh aja sih, daripada kaya gini terus engga jalan-jalan ya ini? Lo juga udah capek banget keliatannya". Sahut Ica dan membuat Anin mengangguk dan mulai mencari celah untuk berbelok arah.

Setelah dapat memutar balik setir kemudinya, Anin menyuruh Ica untuk tidur yang dituruti oleh perempuan itu.

Beberapa menit ia berjalan dijalanan yang sepi, matanya fokus menatap jalan juga sesekali menoleh pada aplikasi penunjuk arah. Disebelahnya Ica sudah tidur pulas, entah sedang bermimpi apa.

Saat sedang asyik mengemudi, tiba-tiba ada sesuatu yang melintas dihadapannya yang membuat Anin kaget, akhirnya mengerem mendadak mobil.

Membuat Ica yang sedang pulas-pulasnya terbangun akibat tubuhnya terhuyung kedepan.

"Kenapa Nin ??" Tanya Ica panik.

Anin bergetar ditempatnya, menatap kedepan sudah ada beberapa pria bertubuh besar dengan sebagian orang yang familiar dimatanya

Suruhan Baron sialan nih pasti! Anjir! Mana ada Ica!

Katanya dalam hati, buru-buru ia mengecek pintu mobil, memastikan semuanya terkunci dengan baik kemudian menoleh pada Ica.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah keluar dari sini ya Ca?" Kata Anin, Ica bingung dan panik. Melihat kearah Anin dan keluar. Matanya melotot kaget, Anin bergerak membuka pintu untuk turun tapi dihalang Ica.

"Lo mau ngapain?! Jangan gila, Nin!" Kata Ica sembari menggenggam lengan Anin.

"Pokoknya jangan keluar apapun yang terjadi. Segera panggil bantuan Ca! Sial! Disini sepi banget lagi.." Anin juga bukan perempuan seberani itu, tapi demi dedikasinya pada pekerjaan dan dia tahu bahwa orang-orang diluar sana sedang menargetkan dirinya. Dan dia tidak mungkin membiarkan Ica turut serta akan masalahnya.

Satu orang dengan tubuh besar maju, mengetuk kaca mobil yang membuat Anin menengguk ludahnya kasar.

Ia segera keluar dan tidak menghiraukan Ica yang teriak dibelakangnya. Menutup kembali pintu dengan rapat dan menekan kuncinya dari dalam saku celana.

"Mau apa?" Tanya Anin waspada, pada salah satu pria berbadan besar yang menghampiri nya itu.

"Ikut kita, karna bang Baron lagi nunggu dimarkas! Jangan bantah atau kalian berdua engga selamat". Ujar pria itu dengan wajah garang, membuat Anin melirik sekilas.

"Jangan bawa-bawa tema saya, Lo cari mati kalo berurusan sama dia!" Jawab Anin yang mengundang kekehan mengejek pria itu.

"Sok banget! Cewek lemah gitu!" Kata pria itu dengan pongah.

RANIN #BagiandariRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang