✧ chap 10 ✧

688 82 3
                                    

"Tumben kesini?" Haruto bertanya seraya membenari suara gitar usang miliknya yang sudah lama tergeletak tanpa di mainkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben kesini?" Haruto bertanya seraya membenari suara gitar usang miliknya yang sudah lama tergeletak tanpa di mainkan.

Di dalam studio awalnya hanya ada dirinya seorang sebelum sosok Ricky tiba-tiba saja datang. Dari raut wajahnya, Haruto tau bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Namun Haruto tak repot bertanya, ia menunggu sampai si pirang bercerita lebih dahulu. Sebab Ricky yang sekarang sudah bukan Ricky dua bulan yang lalu.

"Bosen dirumah" sahut Ricky seadanya. Ia terlentang di sofa besar yang ada disana. Badannya menghadap kearah punggung sofa hingga Haruto tidak bisa melihat wajah kusutnya dengan jelas.

"Cerita. Males gue liat muka lo yang jelek begitu"

Awalnya Ricky tak menggubris. Ia masih mempertahankan diri untuk tidak terpengaruh atas ucapan karibnya itu. Ricky takut Haruto akan marah pada Gyuvin.

"Haru.."

"Paan?"

"Kalo misal lo liat Jeongwoo makan bareng sama mantannya tanpa ngabarin lo, lo marah gak? Sedih gak?" tanya Ricky dengan suara yang lirih untungnya saja pendengaran Haruto sangat tajam.

Mendengar itu wajah Haruto kembali datar. Ia sudah menangkap maksud dari pertanyaan Ricky.

"Kenapa? Si Gyuvin itu jalan sama mantan bininya terus lo liat?"

Ricky menoleh dengan mata melotot. "E-enggak! Gue kan cuma nanya doang" sahutnya cepat. Ia otomatis menunduk dengan kedua jari saling memilin. Takut jika Haruto akan membuat onar.

"M-main lagu yuk? Udah lama gue gak megang gitar" ujar Ricky berusaha mengalihkan pembicaraan. Namun Haruto tetaplah Haruto.
Pemuda jangkung dengan wajah datar itu meletakkan gitarnya begitu saja dan berdiri membuat Ricky bingung.

"Bangun. Dimana lo liat si Gyuvin itu pergi?"

"Enggak usah Haru, lo gila ya?"

"Lo yang gila. Oh atau kalo gak mau pergi sama gue, lo bisa pergi sama Gunwook" ujar Haruto seraya menunjuk kearah Gunwook yang baru saja datang. Yang ditunjuk tentu kebingungan.

"Apa lo nunjuk-nunjuk gue?" tanyanya sangsi.

"Temenin Ricky pergi"

"Oh, ayo ayo aja gue mah. Tapi kemana?"

"Enggak. Si Haruto ngawur—"

"Nemuin lakinya" serobot Haruto sebelum Ricky menyelesaikan ucapannya.

Gunwook kebingungan. Ia menatap Haruto dan Ricky secara bergantian. Wajah Haruto tampak kusut sedangkan Ricky terlihat cemas. Sebenarnya ada apa? Batinnya bertanya-tanya.

"Kenapa sih?"

Mengabaikan Gunwook, Haruto segera menarik tangan Ricky untuk keluar dari studio. Si pirang memberontak tentunya. Ia berkali-kali mencubit lengan sang karib namun tak dipedulikan. Gunwook menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Our Stories [slow]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang