CHAPTER 1 [1]
JERATAN [1]
By: Leekay_Clowd
Pagi telah tiba, mentari bersinar cerah menyinari kota Tokyo yang mulai ramai dengan aktivitas penduduknya. Renjiro bergegas mandi dan segera bersiap menuju sekolah Tokyo High. Setelah mengenakan seragam dan sepatu hitamnya, dia mulai melangkah dengan mantap.Di depan rumah, Renjiro disapa oleh tetangganya, Pak Siba, yang sedang merapikan taman. "Yo, anak baru, bagaimana malam pertamamu di Tokyo?" sapa Pak Siba ramah.
Renjiro tak menjawab, hanya mengangguk dan mengacungkan jempolnya, isyarat bahwa dia senang bermalam di Tokyo.
Pak Siba, yang menyangka Renjiro bisu, bertanya lagi, "Anak muda, sekarang sudah setengah tujuh, loh. Bukankah sekolahmu Tokyo High? Sekolah itu cukup jauh, kamu bisa mempersingkat waktu dengan melewati gang sempit di depan sana."
Renjiro kembali mengangguk, berbalik dan berjalan sembari melambai, mengisyaratkan bahwa dia menerima saran Pak Siba.
Pak Siba menggelengkan kepalanya, "Satu lagi tetangga aneh," gumamnya kesal.
Saat melangkah di antara bayang-bayang tembok tinggi di gang sempit, Renjiro tak menyangka akan dijebak oleh sekelompok orang tak dikenal. Salah satu dari mereka berkata dengan nada mengejek, "Yo, anak muda. Sepertinya kau tersesat."
Renjiro tetap tenang. Ekspresi wajahnya tak menunjukkan tanda-tanda takut atau cemas. Dia hanya menatap mereka dengan dingin, mata kuningnya seolah menyala di tengah kegelapan gang.
Bos kelompok itu maju, menilai Renjiro dengan pandangan sinis. "Hmm, kau punya tekad dan keberanian yang kuat, ya? Haruskah aku menunjukkan ketakutan padamu, bocah?"
Renjiro tetap bungkam, hanya berjalan mengabaikan mereka.
Merasa terhina, bos yang bernama Takashima, dia adalah seseorang yang penting dalam Yakuza, tak dapat menahan amarahnya. Dia mengarahkan tinju keras ke wajah Renjiro, tepat mengenai pipinya hingga membuatnya tersungkur ke tanah.
"Hah, itulah akibat kau mengabaikanku, bocah!" seru Takashima dengan nada mengejek.
Renjiro tak merespons. Dia bangkit berdiri, melanjutkan langkahnya seolah tak terjadi apa-apa. Takashima terperangah. Pukulan yang biasanya membuat lawan tak berdaya, bagi Renjiro hanya terasa seperti tiupan angin.
Takashima dan komplotannya tidak tinggal diam. Mereka menarik kerah Renjiro dari belakang, menyeretnya, lalu melemparkannya ke dinding dengan keras.
"Prakk!"
Renjiro tetap tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Tung!"
Wajahnya tetap datar.
"Greng!"
Dia tak bergeming.
"Muuuuaacch!"
Tetap sama.
Renjiro hanya memandang Takashima dan komplotannya dengan tatapan kosong. Meski tubuhnya sudah babak belur dan waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, dia tak menunjukkan rasa takut, panik, atau cemas. Wajahnya tetap datar, memancarkan ketenangan yang mengerikan.
Takashima terkejut. Lagi, lagi, dan lagi, Renjiro hanya menampilkan ekspresi datar. Terpesona oleh ketenangan yang aneh ini, Takashima merasa tertarik dengan Renjiro dan mencoba mengajaknya bergabung ke dalam komplotannya. Namun, Renjiro tetap bungkam, hanya menatap dingin ke arah Takashima.
Kesal dengan sikap Renjiro yang acuh tak acuh, Takashima memutuskan untuk meningkatkan intimidasi. Dia mengambil botol minum dari salah satu anak buahnya, lalu mengguyurkan air ke wajah Renjiro. Guyuran itu membuat pikiran Renjiro kacau, seketika kenangan tentang Ryuu melintas di benaknya. Dengan gerakan cepat, Renjiro bangkit berdiri.
"Kplakkk!"
Tamparan keras dari Renjiro membuat Takashima tersungkur ke tanah. Komplotan lainnya, terkejut melihat bos mereka dipermalukan, segera menyerang Renjiro.
Kelompok itu terdiri atas lima orang: Takashima, Suzune, Manabu, Natobi, dan Sobaru.
Melihat Takashima yang tersungkur, Suzune, Manabu, Natobi, dan Sobaru langsung menyerang Renjiro secara bersamaan. Suzune melancarkan pukulan keras ke arah muka Renjiro, tetapi Renjiro berhasil menghindarinya dengan mudah. Natobi dan Sobaru kemudian berusaha mengunci kedua lengan Renjiro, sementara Manabu mengalihkan perhatiannya dengan serangkaian gerakan tipu.
Namun, Renjiro membiarkan Natobi dan Sobaru mengunci kedua tangannya, seolah itu bagian dari rencananya. Manabu, melihat kesempatan, melancarkan tinju keras ke arah dada Renjiro. Tapi, Renjiro langsung mengangkat kakinya, menendang tepat di muka Manabu, membuatnya terhuyung mundur.
Dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa, Renjiro memutar badannya ke kiri, membuat Natobi yang mengunci tangan kirinya ikut terbawa putaran. Ayunan kuat itu membuat Natobi dan Sobaru terhempas ke tanah dengan keras.
Takashima, yang menyaksikan pertarungan itu dengan takjub, menyadari bahwa mereka harus segera pergi. "Suzune, kita harus pergi sekarang! Polisi akan segera datang!" serunya. Dari kejauhan, sirene polisi mulai terdengar, menambah urgensi situasi.
"Wiung...Wiung..."
#Gitu kan suara sirine polisi tuh?😩
Takashima dan Suzune pergi meninggalkan tiga anak buahnya yang terus-menerus dihajar Renjiro. Renjiro menyadari bahwa polisi mendekat ke arah mereka, jadi dia memutuskan untuk memberikan pukulan perpisahan kepada Natobi. Pukulan itu membuat Natobi tak sadarkan diri dengan muka yang penuh luka.
Renjiro melanjutkan perjalanannya, tetap dengan ekspresi datar yang menakutkan. Sesaat setelah Renjiro pergi, polisi tiba di tempat kejadian dan menemukan dua orang terluka parah dan satu orang tak sadarkan diri. Mereka segera mengidentifikasi ketiganya dan mulai menyelidiki kasus ini.
Apakah Renjiro akan terkena jeratan hukum? Atau bagaimana dia akan menyelamatkan dirinya dari hukum?
Next part [2]
follow me: @leekay_clowpd
KAMU SEDANG MEMBACA
DAM : END GAME (On going)
Mystery / ThrillerRenjiro Fujita adalah remaja jenius dengan IQ lebih dari 320, menjadikannya salah satu orang paling cerdas di sekolahnya. Namun, di balik kecerdasannya, Renjiro memiliki sifat dingin dan kepribadian yang cenderung psikopat. Di sekolah dan komunitas...