JERATAN [2]

20 11 10
                                    

CHAPTER 1 [2]
JERATAN [2]
By: Leekay_Clowpd

Setelah kejadian yang tidak terduga itu, Renjiro tiba di sekolah dengan ekspresi yang sama datarnya, seolah-olah semuanya akan baik-baik saja. Padahal, bisa jadi dia menjadi buronan karena telah memukuli orang-orang Yakuza itu.

Saat dia tiba di gerbang sekolah, dia melihat para siswa yang berlalu lalang, berbicara dengan teman-teman mereka, dan tertawa. Renjiro menarik napas dalam-dalam dan melangkah masuk. Dia tahu bahwa hari ini akan menjadi awal yang baru baginya.

Di ruang administrasi, seorang wanita tua dengan senyum ramah menyambutnya. "Selamat datang di Tokyo High. Kamu pasti Renjiro Fujita. Ini jadwal pelajaranmu dan peta sekolah untuk membantumu."

Renjiro kemudian berjalan melewati lorong-lorong yang tenang menuju lantai atas, tempat kelasnya berada. Dia mengetuk pintu kelas dengan mantap. Guru yang sedang mengajar mengangguk padanya, mempersilahkan Renjiro masuk. Disana diperlihatkan teman-teman sekelas Renjiro, dan terlihat satu orang yang sedang berdiri didepan, dia bernama Yuki, sepertinya dia dihukum. Renjiro masuk dengan tatapan kosong, membiarkan guru memperkenalkannya pada teman-teman sekelasnya. Setelah itu, guru menunjukkan ke bangku kosong di dekat jendela. "Renjiro, kamu boleh duduk di samping kursi Yuki," kata guru dengan ramah tetapi kerutnya menunjukan wajah kesal.

Yuki, seorang remaja laki-laki dengan rambut kuning dan mata biru, dengan berani menyapa Renjiro sebelum Renjiro duduk ketempatnya. "Yo, namamu Renjiro, kan? Salam kenal, aku Yuki," ucapnya dengan sedikit gemetar karena kesan dingin yang diberikan Renjiro.

Renjiro hanya mengangguk tanpa ekspresi apa pun, membuat Yuki merasa agak ketakutan dengan sikapnya yang dingin. Melihat itu, guru mempersilahkan Renjiro dan Yuki juga untuk duduk, mereka berdua duduk di bangku itu, suasana sejenak terasa tegang.

Guru mulai mengajar kembali, dan suasana di kelas kembali hening. Saat bel berbunyi menandakan istirahat, Yuki memutuskan untuk memberanikan diri mendekati Renjiro. Renjiro sedang asyik membaca buku di meja, membuat Yuki penasaran. "Eh, Renjiro, apa yang sedang kamu baca?" tanyanya dengan penuh semangat.

Renjiro menunjukkan halaman buku yang berisi rumus matematika rumit. Yuki terbengong-bengong melihatnya. "Wow, itu rumit sekali. Kamu suka matematika?" ujarnya dengan rasa kagum.

Renjiro menatap Yuki sejenak, lalu mengangguk singkat. "Ini hobi saya," jawabnya dengan tenang.

Yuki merasa sedikit lega melihat Renjiro akhirnya berbicara lebih dari sekadar mengangguk. Meskipun Renjiro terlihat dingin, Yuki merasa ada sesuatu yang menarik dari pemuda itu. Mungkin mereka bisa menjadi teman baik di sekolah yang baru ini.

Saat mereka tiba di kantin yang ramai, Renjiro masih fokus pada bukunya. Namun, kehadirannya tidak luput dari perhatian beberapa murid lain yang penasaran dengan sosok barunya. Yve, salah satu dari mereka, dengan berani mendekati Renjiro.

"Yo, apakah kamu murid baru itu? Namamu kalau aku tidak salah, Renjiro kan?," tanya Yve dengan antusias.

Renjiro hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Yve merasa ada sesuatu yang menegangkan dalam tatapan dingin Renjiro, tetapi Yuki segera menyela, "Hallo Yve. Renjiro, ini Yve."

Yve merasa sedikit terintimidasi oleh kehadiran Renjiro yang misterius, tetapi dia mencoba untuk mencairkan suasana. "Kamu suka makanan apa, Renjiro? Mari kita makan bersama," ajak Yve dengan ramah.

Renjiro memandang Yve sejenak sebelum menjawab dengan singkat, "Sushi."

Mereka bertiga-Yve, Yuki, dan Renjiro-duduk bersama di meja kantin. Yuki dan Yve berusaha memulai percakapan untuk membuat Renjiro merasa lebih nyaman. Mereka bercerita tentang kegiatan di sekolah dan tempat-tempat favorit mereka di sekitar Tokyo.

Sementara itu, Renjiro masih terfokus pada bukunya, namun dia mulai tersenyum kecil mendengarkan percakapan mereka. Yuki merasa senang melihat bahwa Renjiro sedikit demi sedikit membuka diri.

"Renjiro, aku lupa memberitahumu! Di sekolah ini, ada turnamen olimpiade antarkelas yang akan segera dimulai. Aku yakin kamu akan sangat bagus dalam kompetisi semacam itu," ucap Yuki dengan antusias.

Renjiro mengangguk pelan, menyerap informasi tersebut dengan serius. Dia memperhatikan detail tentang turnamen tersebut, mencatat bagaimana kompetisi itu berlangsung dan apa saja cabang olahraga atau akademik yang dilombakan.

Yuki, yang merasa senang bisa berbicara lebih banyak dengan Renjiro, terus menceritakan pengalamannya dalam turnamen sebelumnya dan betapa serunya bersaing dengan kelas lain. Dia berharap Renjiro juga akan bergabung dalam tim mereka untuk membawa kemenangan bagi kelas mereka.

Renjiro, meskipun masih terlihat serius, mulai menunjukkan minat yang nyata terhadap turnamen tersebut. Dia mengangguk kepada Yuki, menunjukkan bahwa dia berencana untuk ikut serta.

Suasana di kantin semakin hangat dengan percakapan mereka. Yve, yang bersama mereka juga tertarik dengan ide turnamen olimpiade dan menyatakan bahwa dia juga ingin bergabung dalam tim.

#----

Bell berbunyi, Renjiro dan Yuki kembali kelas mereka. Guru memasuki kelas untuk melanjutkan pelajaran, dan suasana pun kembali hening. Namun, Pak Takamura tidak menyampaikan materi pembelajaran. Dia memberi tahu bahwa ada siswa di sekolah ini yang terlibat perkelahian di gang sempit sebelah selatan Tokyo. Salah seorang tewas akibat pertarungan itu.

Pak Takamura menjelaskan, korban tewas itu bernama Natobi, berusia 24 tahun. Kini polisi menerima laporan bahwa pelakunya adalah siswa yang bersekolah di Tokyo High.

Mendengar kabar itu membuat siswa di kelas saling memandangi satu sama lain, kecuali Renjiro yang masih fokus pada bukunya. Meski begitu, Renjiro menyadari satu kejanggalan. Seharusnya Natobi hanya pingsan, bukan tewas, karena Renjiro tahu dari kondisi fisik dan tanda-tanda vital yang dia amati saat memberikan pukulan perpisahan pada Natobi.

Renjiro yang memiliki pengetahuan medis yang luar biasa. Dengan pembelajaran dan kemampuannya, dia bisa mendeteksi detak jantung dan pernapasan Natobi sebelum meninggalkan tempat kejadian. Dari pengamatannya, Natobi masih hidup dan hanya tidak sadarkan diri.

Renjiro menyimpulkan ada orang lain yang membuat Natobi tewas sebelum polisi mendatangi TKP dan setelah Renjiro meninggalkan tempat tersebut. Renjiro memikirkan bagaimana dalam waktu sesingkat itu pelaku mempunyai kesempatan untuk membunuh Natobi. Dia juga bertanya-tanya apa alasan pelaku membunuh Natobi.

Next part [3]
follow me: Leekay_Clowpd

DAM : END GAME (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang