26. Rumah Berhantu (4)

279 25 0
                                    

Praja dan yang lain pun kini telah tiba di kostan. Mereka semua pun duduk beristirahat di sofa, melepas penat setelah kejadian di rumah pak Irvan.

"Akhirnya kita sampe kostan juga!" Ucap Nayla yang kini telah bersandar di sofa.

"Ya, besok kita bisa melakukan penyelidikan lanjutan. Atau mungkin sekalian kita selesaikan saja ya?" Balas Praja.

Pandangan Praja teralih pada Maya yang dari tadi hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

"Maya, ada apa? Kenapa kamu diam dari tadi?" Tanya pria itu.

"Ah tidak kok, sebenarnya aku hanya kepikiran saja, tadi saat kita pulang aku sempat melihat Nina memandang kita dengan tatapan kosong!" Jawab Maya.

"Nina? Maksudmu anaknya Pak Irvan itu? Mungkin itu cuma perasaan mu saja, lagipula dia kan masih anak-anak, harusnya itu bukan masalah besar" terang Praja.

"Tidak, bukan hanya itu masalahnya. Sebenarnya ada yang aneh pada anak itu...!"

Semua orang tampak terkejut, kemudian mereka semua pun fokus mendengarkan Maya.

"Dari tadi anak itu hanya diam saja, ditambah lagi dia memegang sebuah boneka yang tampak cantik, tapi terasa menyeramkan bagiku, yang bahkan ia sendiri tidak mau membiarkanku menyentuh bonekanya," jelas gadis itu.

"Ya mungkin saja dia masih takut sama kamu, namanya juga anak-anak kan?" Balas Bima.

"Tidak ...!" Ucap Praja, membuat semua perhatian tertuju padanya.

"Sepengalamanku dalam menyelesaikan kasus-kasus hantu seperti ini. Ada kasus dimana sosok hantu tersegel di suatu benda, dan biasanya sosok itu cukup kuat sehingga mampu mengendalikan salah satu anggota keluarga seseorang. Dan yang paling rentan untuk dikendalikan adalah anak-anak," jelasnya.

"Tunggu dulu, itu berarti bang Praja sudah sering menangani kasus beginian?" Tanya Nayla dengan penasaran.

"Iya, karena selain demi membantu orang lain, aku juga diuntungkan karena harimau putih milikku ini jadi dapat makanan!" Jawab Praja.

"Makanan? Memang makanan mereka tuh apaan?" Tanya Nayla lagi.

"Jiwa, mereka biasanya memakan jiwa atau roh yang diberikan oleh pemiliknya," ucap Bima, menimpali.

"Lalu kalau tidak dikasih makan bagaimana?" Nayla tampak masih penasaran dengan hal itu.

"Ya dia akan menyerap energi pemiliknya, makanya biasanya Indagis yang tidak memberikan khodamnya makan, maka mereka akan memiliki nafsu makan besar untuk mengisi ulang energi mereka. Karena kalo nggak diisi ulang, kami bisa mati!" Jelas Bima.

"Ngeri juga ya jadi Indagis itu, ngomong-ngomong apa kamu juga pernah menyelesaikan kasus seperti ini?" Tanya gadis itu lagi.

"Iya pernah kok, meskipun cuma beberapa kali!" Balas remaja itu.

Melihat pembahasan yang sudah meluber kemana-mana, Maya pun kembali angkat bicara.

"Sudah-sudah, sekarang kembali ke topik, jadi apa yang harus kita lakukan untuk membantu Nina?" Tanyanya.

"Kita harus kembali ke sana malam ini! Karena kalo benar boneka itu ada penunggunya, maka kemungkinan dia adalah roh jahat yang sangat kuat, hingga bisa menyembunyikan keberadaannya tanpa kita sadari!" Tegas Praja.

"Eh, harus kembali? tapi kita baru saja pulang," ujar Nayla.

"Tentu saja Aku, Maya, dan Bima pergi ke sana dengan cara Meragasukma, karena biar bagaimanapun kita mungkin harus melawan para hantu penunggu rumah itu malam ini!" Terang Praja.

"Eh, lalu bagaimana dengan ku?" Tanya Nayla.

Praja pun menjawab, "Untuk kamu, aku punya tugas lain!"

***

Sementara itu, di rumah Pak Irvan.

Bu Laksmi kini tengah menidurkan putrinya di kamarnya. Ia membelai rambut sang anak dengan lembut, sorot matanya terus memperhatikan sang buah hati yang tengah berbaring di ranjangnya.

"Nina, kamu yakin mau tidur sendiri? Gak mau tidur bareng papa sama mama?"

Mendengar pertanyaan ibunya, Nina hanya mengangguk kecil. Ia memejamkan matanya sembari memeluk boneka yang dari tadi ia pegang.

Bu Laksmi hanya menghela napas sebelum akhirnya bergegas keluar. Ia menutup pintu kamar Nina dan kemudian melangkah ke dalam kamarnya sendiri.

Di dalam kamar tampak suaminya sedang duduk menunggunya.

"Ada apa? Nina gak mau tidur bareng kita?" Tanyanya.

"Ya, sejujurnya aku merasa aneh dengan Nina, dia gak mau ngelepasin boneka yang waktu itu kamu kasih," jelas Bu Laksmi.

"Mungkin aja boneka itu bikin Nina ngerasa gak kesepian kan? Coba lah berpikir positif!" Balas suaminya.

"Tapi ini terlalu aneh, Nina sekarang jadi jauh lebih pendiam, bahkan tatapannya pun kosong. Dia juga gak mau tidur bareng kita. Padahal kamu ingat kan betapa ketakutannya Nina waktu disuruh tidur sendiri saat kita baru pindah ke sini?" Ujar Bu Laksmi, sementara Pak Irvan hanya terdiam mendengarnya.

"Sudah-sudah, para pemuda yang tadi datang ke sini pasti bisa menyelesaikan masalah kita! Kamu lihat kan salah satu dari mereka bisa selamat saat terjatuh dari sumur? Mereka pasti bukan orang biasa!" Tegas Pak Irvan.

Bu Laksmi pun hanya menghela napas mendengar jawaban suaminya. Dalam hatinya ia berharap agar gangguan di rumah ini bisa segera selesai.

***

Nina membuka matanya setelah merasakan seorang sedang mencoba membangunkannya.

Di depannya kini tampak sesosok hantu gadis kecil dengan wajah pucat pasi sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Sorot mata sosok itu tampak ketakutan saat melihat Nina yang terbangun.

Hantu itu pun menunjuk ke arah boneka yang sedari tadi dipeluk oleh Nina. Ekspresi wajah sosok itu menggambarkan rasa takut terhadap sesuatu yang ada di boneka itu.

Hantu gadis kecil itu tampak ingin memberitahu sesuatu, namun ia sama sekali tak bisa berbicara sedikit pun. Nina pun mencoba berpikir sejenak, hingga ia pun mendapat suatu kesimpulan.

"Ah, Kamu ingin mengusirku?" Ucapnya, disertai dengan bola matanya yang berubah menjadi merah.

***

Beberapa saat kemudian, Praja, Maya, dan Bima telah tiba kembali di rumah itu. Kali ini mereka bertiga datang dalam wujud astral untuk menyelidiki lebih lanjut soal para mahluk gaib di rumah tersebut.

Mereka bertiga juga mengawasi area sekitar rumah itu. Suasana tampak sepi tanpa terlihat seorang pun yang lewat. Angin malam yang berhembus menambah suasana mistis di area pekarangan rumah.

"Baik, kita lakukan semua sesuai dengan rencana kita tadi!" Pinta Praja, dibalas dengan anggukan Maya dan Bima.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang