{03} Kepikiran

46 26 3
                                    

Assalamu'alaikum

Yuhuu aku balik lagi

Kalo ada kesalahan dalam penulisan mohon maaf banget, kalau kalian gak suka cerita ini gak masalah tapi jangan sampai kalian ngejelekin yah. Cerita ini aku bikin murni dari hasil pemikiran aku sendiri, kalau kalian mau nunggu sampai end boleh kok asalkan kalian tetap vote cerita ini.

Happy reading all🪄



"Melihatmu saja sudah bisa membuatku tersenyum, apalagi jika memilikimu seutuhnya"



________


Haura terbangun dari tidurnya, ia melirik jam yang berada di dinding, jam sudah menunjukkan pukul 05.03 subuh. Haura beranjak dari kasurnya, lalu berjalan keluar kamar untuk mengambil air wudhu di kamar mandi yang berada di dapur.

Walau dirinya belum terlalu pintar dalam urusan agama namun Haura tetap melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

Selesai wudhu, Haura kembali ke kamarnya dan mulai melaksanakan sholat shubuh dengan khusyuk. Setelah sholat, Haura bersiap-siap untuk membuat kue di dapur.

Memang setiap habis sholat shubuh, itulah aktivitas yang dilakukan Haura. Haura membuat berbagai kue, mulai dari donat, bolu, dll, untuk dijual. Selesai membuat kue, Haura beralih membersihkan rumah, mulai dari menyapu, pel lantai, mencuci baju dan tak lupa memasak untuk sarapan pagi.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dengan taletan, Haura masukkan setiap kue buatannya ke dalam wadah, untuk dijual.

Haura sudah siap dengan sweater warna grey dipadukan dengan celana jeans.

Pagi ini tak terlalu panas, jadi dengan semangat Haura keluar dari rumah dan akan menjual kue buatannya di jalanan.

Walau hidup sederhana, tapi Haura tak pernah mengeluh, ia tetap akan bekerja dengan keras. Impiannya dari dulu adalah memiliki toko kue miliknya sendiri. Perlu kalian ketahui, Haura selalu menabung sebagian uang hasil jualannya, tanpa sepengetahuan ayahnya. Jika ayahnya tau, kan uangnya bisa diambil.

"Harus semangat! Gak boleh ngeluh! InsyaAllah Tuhan pasti memudahkan," Ujarnya dengan senyuman manis.

Haura mulai menaiki sepedanya dan mengayuh nya. Wadah yang berisi kue untuk dijual, ditaruh belakang, dan diikat agar tak jatuh. Haura biasanya menjual di pinggir jalan, kadang juga jualnya di taman kota, karna ramai orang-orang yang berlalu lalang.

☆☆☆

"Neng, beli kue nya."

"Berapa bu?"

"Semuanya aja."

"Alhamdulillah. Saya bungkus dulu ya bu." Haura dengan semangat membungkus beberapa sisa kue yang ingin dibeli oleh pelanggan nya.

"Ini ya bu." Haura memberikan kantong plastik berisikan kue kepada ibu itu.

"Berapa semuanya?" Tanya ibu itu.

"39 ribu bu."

Ibu itu memberikan selembar uang berwarna biru pada Haura. "Kembalian nya ambil aja neng."

"Makasih banyak ya bu."

"Sama-sama, kalo gitu saya permisi dulu."

"Iya bu."

Haura tersenyum bahagia. Akhirnya jualannya sudah habis. Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu bersiap-siap untuk pulang. Namun, ia melihat seorang nenek-nenek dipinggir jalan, sepertinya ingin menyebrang tetapi takut. Dengan niat baik, Haura menghampiri nenek itu.

"Biar saya bantu nek," Ujar Haura. Nenek itu tersenyum lalu mengangguk.

Haura membantu nenek itu menyebrang dengan hati-hati, sesekali menoleh kanan kiri agar tak ada kendaraan yang lewat.

Dari arah kejauhan, sepasang mata dengan warna hitam pekat memperhatikan Haura yang sedang membantu nenek itu menyebrang. Seseorang itu mengulas senyum tipis, lalu kembali menjalankan mobilnya saat lampu didepannya berganti ke lampu hijau.

"Udah sampe nek."

"Makasih ya nak." Nenek itu tersenyum sembari mengelus lengan Haura lembut.

"Sama-sama nek. Kalau gitu saya pamit dulu."

Haura kembali menyebrang. Gadis itu mulai menaiki sepedanya dan mengayuhnya untuk pulang ke rumah.

☆☆☆

Pukul 17:15

"Assalamu'alaikum," Salam seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah yang terlihat seperti istana. Rumah nuansa eropa yang terlihat sangat indah dengan 3 lantai.

"Walaikumsalam." Seorang wanita paruh baya menghampiri anaknya yang baru pulang.

Pria itu menyalimi tangan sang wanita.

"Gimana sama meeting nya? lancar?" Tanya wanita itu kepada sang putra.

"Lancar mah."

"Duduk dulu, mamah buatkan teh." Setelah mengatakan itu, wanita yang dipanggil mamah itu langsung pergi menuju arah dapur.

Selang beberapa menit, wanita paruh baya dengan nama Fana kembali dengan secangkir teh yang berada di tangannya. Lalu, fana menaruh teh itu dimeja yang langsung berhadapan dengan sang putra yang duduk disofa.

"Nak," Panggil lana. Wanita itu menatap putranya dengan lekat.

Pria itu menoleh menatap sang wanita yang sangat ia sayangi. "Kenapa mah?" Tanyanya.

"Kalau mamah jodohkan kamu sama anak teman mama, apa kamu mau menerimanya?" Fana menatap putranya dengan ragu. Jika putranya menolak, ia bisa apa. Lagipula, ia tidak bisa memaksa putranya untuk menerima.

"Maaf mah, tapi aku masih bisa pilih wanita sendiri," Ujarnya.

"Gak papa, mamah ngerti kok."

"Kalo gitu aku ke kamar dulu." Ucapnya dan langsung melangkahkan kakinya menuju lift untuk ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rasanya sangat malas jika harus menaiki tangga.

Sesampainya di kamar, pria itu langsung merebahkan tubuhnya di kasur tanpa mengganti pakaian kantornya.

Setelah beberapa menit berdiam, ia jadi teringat dengan seseorang yang beberapa jam yang lalu ia lihat saat dijalan.

Tanpa disuruh, senyuman yang jarang ia perlihatkan ke orang-orang terbit dengan pikiran yang masih membayangkan seseorang itu, seseorang yang tidak ia ketahui namun mampu membuatnya tersenyum. Entahlah, ia juga tidak tau mengapa ia tersenyum saat memikirkannya, dan jangan lupakan jantungnya yang berdetak lebih cepat.

____________

Gimana sama part ini?🤭😚

Next gak nih?

Kalo penasaran sama part selanjutnya jangan lupa VOTE dan KOMEN!

Aku update sesuai mood ya😭 soalnya kalau mau nulis sesuai mood juga😭

Follow akun author ya, dan ig sama tiktok juga.

Tiktok: @nnsy.nun
Ig: @wp.syafitrah29

Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Salam sayang🤍

DevaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang