{06} Peduli

16 6 0
                                    

Ceritanya jelek gak sih?😭

Jujur bngt, aku takut klo misalnya cerita ini jelek dimata kalian.

Setiap hari selalu mikir "ceritaku pasti jelek, makanya gak ada yang suka"

Aku tuh udah berusaha buat penulisnya rapi dan alurnya bagus. Tapi klo dimata kalian tetep jelek mohon maaf banget, aku usahain buat yang terbaik.

Aku kadang sibuk ngerjain tugas sekolah sampai² cerita ini gak aku peduliin.

Dan Makasih buat yang tetap suport aku, walau cuman beberapa orang tapi makasih bgtt☺🤍

Happy Reading 🪄

Devan memasuki ruang rawat Haura, gadis itu sedang duduk bersandar dengan mata terpejam.

Pria itu duduk di kursi, mengambil tangan Haura dan mengelusnya. Tangan yang satunya terangkat mengelus pipi mulus Haura.

"Cantik," Gumamnya.

Haura membuka matanya, sedari tadi ia tidak tidur hanya saja matanya tertutup. Gadis itu menoleh, terlihat jelas jika pria disampingnya terkejut, namun dengan cepat devan mengubah ekspresinya menjadi datar. Genggaman serta tangannya yang berada di pipi Haura ia lepaskan.

"Apa sakit di kepalamu sudah hilang?" Tanya Devan, Haura membalasnya dengan anggukan kecil.

"Apa kamu yang membawaku kesini?" Devan mengangguk.

"Sudah dua kali kamu menolongku, sebenarnya kamu ini siapa?"

"Saya Devan."

"Terimakasih karna telah menolongku, tapi seharusnya aku mending mati saja." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan berkata seperti itu!"

"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin menyusul bunda, aku capek, aku nggak kuat, nggak ada yang peduli sama aku, ayah aku aja tega j-jual ak-ku, hiks..."

Devan mendekap tubuh mungil Haura, diusapnya rambut Haura dengan lembut. Gadis itu membalas pelukan devan dengan erat.

Haura merasa nyaman disaat devan memeluknya, tangisannya mulai mereda. Walau mereka baru mengenal, tapi devan seakan-akan terlihat peduli terhadapnya.

"Kamu harus kuat, saya tidak suka melihatmu menangis seperti ini."

"Masih ada orang yang peduli sama kamu, yaitu saya," Lanjutnya dalam hati. Devan melepaskan pelukannya, ia menangkup pipi Haura dan menghapus air mata Haura dengan tangannya.

"Sekarang kamu harus tidur, sekarang sudah sangat larut."

Haura mulai merebahkan tubuhnya, devan mengelus rambut Haura agar gadis itu cepat tertidur. Haura dengan senang hati menerima elusan itu, matanya tertutup, gadis itu mulai memasuki alam mimpinya.

Devan menggenggam tangan Haura, dirinya mulai tertidur di atas lipatan tangannya dengan posisi yang masih duduk.

☆☆☆

Paginya, Haura terbangun dari tidurnya. Dirinya merasakan tangannya yang digenggam seseorang, ia menoleh dan mendapati wajah tenang devan yang sedang tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DevaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang