2

378 18 0
                                    

Sekarang sudah hari Senin namun tidak ada tanda-tanda Aksa untuk mau beranjak dari kasurnya, ibu dan ayahnya sudah membujuknya namun tetap tidak ada pergerakan.

Hal ini membuat Mona kesal dengan tingkah adiknya yang terlalu berlarut dalam kesedihannya, menurutnya. Namun Alkana tetap menenangkannya agar tidak kelewatan saat berbicara dengan Aksa.

"Kamu kalau seperti ini terus hanya akan membebani kami!" Ucap Mona geram melihat Aksa yang memunggungi mereka dan tidak mendengarkan apa nasehat dari orangtuanya.

"Kak! Udah, jangan gitu asa masih sakit!" Bela Alkana.

"Bela aja terus! Kapan sembuhnya kalau gini terus kamu!" Kata Mona menunjuk kearah Alkana lalu kembali menghadap aksara yang masih saja memunggungi mereka. Punggung itu bergetar lagi, membuat Mona menghela nafas panjang. Kemudian menghampiri adiknya lalu menariknya hingga terduduk dan memeluknya tangannya mengelus rambut Aksa.

Mona mengecup dahi Aksa lalu meminta maaf karena memarahinya.

"Kakak minta maaf, udah jangan nangis lagi kamu kalau gak mau sekolah ya udah tapi sarapannya harus dimakan ya? Mama dari tadi khawatir, masa kamu tega?" Di balas anggukan dan tangisan Aksa mereda.

"Asa juga hic..minta maaf udah repotin kakak..hic.." Mona dan Alkana tertawa mendengar suara adiknya yang berbicara sambil cegukan.
"Hic...hic.jangan ketawa! Mamaa! Huhuhu...hic" Tangis Aksa kembali pecah namun cegukannya tidak berhenti, membuat keduanya menutup mulut menahan tawa.

"Ya udah cup cup jangan nangis lagi, kamu kan udah gede..-

Alkana menjeda sebentar dan mengusap air mata Aksa yang masih berada di pelukan kakaknya

Sekolahnya besok Selasa aja, kalo sekarang matanya masih kayak balon" goda alkan kepada adiknya. Hal ini membuat Aksa bangkit dari pelukan kakaknya dan mengambil cermin dan benar saja apa kata kakaknya. Matanya sangat merah dan kantong mata serta kelopaknya menggembung bagaikan ada air didalamnya, jika di sentuh sedikit akan pecah.

Melihat itu aksara ingin menangis lagi namun tidak ingin mengambil resiko dia menahan tangisnya.

"Asa udah terima?" Tanya Mona maksudnya jenis keduanya
"Gak tau hic.., bisa dirubah?" Aksa bertanya balik kekakaknya.
"Mana bisa! Pokoknya kamu gak boleh sedih terus kan ada kita, bagaimanapun kamu tetep adik kesayangan kita, ngerti?" Jawab Alkana tegas dan dibalas anggukan oleh Aksa lalu dia memeluknya.

"Kak aku....gak biasa liat anu aku" adu Aksa pada Alkana yang sedang mendekapnya
"Anu apa?" Tanyanya penasaran begitu pula dengan Mona disebelahnya.
"Itu anu kakkk"
"Ya apa!?" Mona menyahut kesal dan penasaran
"MEMEK KAK...hic...-
Teriaknya lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alkana . Mereka langsung terdiam mendengarnya namun sesaat kemudian tertawa kencang.

Burung asa ilang hic.. asa jadi gak biasa, aku masih hic.. gak terima!" lanjutnya berbicara saat mereka berdua sudah diam namun cegukannya masih saja terus berlanjut. Karena Alkana kasihan mendengar Aksa  cegukan terus dia menyuruh Mona untuk mengambilkannya air putih.

Aksa langsung meneguknya setengah beberapa saat menunggu akhirnya cegukan itu berhenti.

"Ya udah dibiasain aja bagaimanapun kita g bisa nentuin mau jadi apa nantinya, ngerti?" Nasehat Alkana kepada Aksa.

"Hiks...mau punya burung lagi..huhuhu.."

"......" Mona Alkana.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。

Saat sore kegiatan Aksa sekarang adalah menyiram kebun belakangnya. Ini diperintahkan langsung oleh Vale agar Aksa bisa lebih rileks dan tenang dengan memandang tanaman hijau.

Ternyata itu membuahkan hasil namun bukannya menyiram tanaman saja Aksa malah ikut-ikutan membasahi dirinya dengan selang yang dipegangnya. Lalu berlarian di kebun itu mencari buah yang sekiranya bisa dimakan.

Awalnya Aksa hanya akan memetik bunga yang sudah banyak bermekaran namun ketika sudah banyak dia akan membuangnya lalu lanjut berkeliling lagi. Ketika sudah bosan memetik dia akan mengambil selang lalu lanjut menyirami tanaman termasuk menyrami tubuhnya.

2 jam berlalu Valerie datang untuk mengecek keadaan di belakang seperti apa. Vale panik saat dia tidak menemukan Aksa, ketika akan pergi dan melapor pada suaminya, kepalanya rasanya dijatuhi oleh sesuatu.

Ternyata benda yang jatuh di kepalanya itu adalah buah rambutan.

"Tunggu?" Gumamnya lalu mendongak.

"Aksa!!! Turun astagaaa..nanti jatoh!" Ujar Vale sambil berteriak.

Aksa kaget dan hampir terjatuh untung saja dia berpegangan erat. Saat menyiram tadi dia melihat ada yang merah-merah tidak jauh dari teras belakang, karena penasaran dia langsung menghampirinya. Kemudian memanjat ketika sudah tau itu buah apa.

Sekarang dia menggandong buah rambutan yang sudah di petiknya di baju kaosnya. Dia tidak bisa berbicara karena ujung bajunya dia gigit untuk menampung rambutannya.

Melihat Vale dibawah dan meneriakinya untuk turun,.dia buru-buru untuk turun namun masih sempat memetik beberapa buah yang bisa dijangkau tangannya. Lumayan  batinnya.

"Mama asa dapet banyak, lihat!" Kata Aksa sangat senang saat sudah turun dan memperlihatkan hasil buruannya.

"Hah...bagaimana Asa bisa manjat?! Pohonnya tinggi asa jangan manjat-manjat lagi. Mama panik liat kamu tadi!" Cerca Vale ketika Aksa mendekat kearahnya, demi tuhan dia sangat kaget dan panik tadi.

"i-iya mama, tapi buahnya banyak asa greget pengen ambil semua" awalnya takut tapi berusaha membela dirinya sendiri.

"Mama tau tapi Asa kan...hah..sudahlah lain kali kalo pengen petik kan ada gala. Jangan manjat lagi! Paham? Bahaya buat kamu" Valerie tidak tau lagi dan membiarkannya lalu memperhatikan lagi tubuh Aksa yang basah.

"Mandi terus ganti baju, jangan main air kalo disuruh nyiram. Ngerti Asa? Dah sana masuk"
"eng...gak janji soalnya asik. Dahh.."  ucap Aksa lalu langsung masuk ke dalam takut Valerie memarahinya lebih panjang nantinya.

Vale hanya geleng-geleng kepala lalu masuk. Hatinya lega Aksa sudah menerima keadaannya tanpa sadar dia tersenyum bahagia dia akan menceritakan ini kepada suaminya nanti.

"Asa itu apa?" Tanya Alkana yang baru saja pulang dari kuliahnya, dia berpapasan dengan Aksa di ruang keluarga namun penasaran dengan benda yang di bawa adiknya.

"Rambutan, kakak mau? Asa tadi ambil banyak dibelakang" lalu Aksa menyodorkan sebiji buahnya yang masih berwarna kuning agak kehijauan sedikit.

"Kakak mau yang merah, gak mau ini" Alkana menolak yang kuning lalu menyerobot beberapa buah yang ada dipelukan Aksa dan mendapatkan beberapa yang merah.

"Kak! Jangan ambil ini buat Asa semua! Aku ngambil tadi dibelakang terus dimarahin mama!" Ujarnya sembari mengadu apa yang terjadi kepadanya.

"Emang kamu ngambil pake apa?"

"Manjat sendirilah asa jago kan?" Bangganya namun Alkana langsung menggelengkan kepalanya.  Pantas dimarahin batinnya.

"Ya ya ya sana masuk kakak mau ini. Bye.."

"Ta-tapi kan kak..."

"Ini kelengkeng buat kamu, kakak metik dikampus buat kamu" potong Alkana lalu pergi.

Aksa terdiam melihat sebiji kelengkeng ukuran kelereng pemberian Alkana. Ini tidak sebanding dengan pengorbanannya namun tidak apa apa dia senang berbagi dengan kakaknya. Kemudian dia lanjut berjalan ke kamarnya dan dengan lebih erat memeluk rambutannya.



"Hehe untung tadi gw petik..."(lengkeng) -Alkana

Home...(abo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang