Part 3

5 0 0
                                    

Hana menyerah, ia tidak dapat menemukan Akaza dimana pun. Dengan tubuh kecilnya Hana terlihat berkeringat hebat dan mengambil nafas dengan cepat akibat berlarian terlalu banyak.

Hana dan ayahnya pulang ke rumah dan melewati rutinitas seperti biasa. Hana teringat sesuatu. Bagaimana Iblis itu berkeliaran di siang hari? Bahkan ia tidak terbakar? Apa yang terjadi? Apa iblis di komik sudah kebal sinar matahari? Bagaimana bisa? Mengapa ceritanya berubah? Bahkan Hana belum melakukan apapun tapi ceritanya sudah berubah.

Selesai makan malam Hana berjalan ke luar rumah, berharap menemukan Akaza lagi. Itu sedikit tidak mungkin. Tapi Hana sungguh berharap menemukan iblis itu lagi dan menanyakan banyak hal padanya. Hana tidak dapat menutupi rasa takut dalam dirinya.

Di tengah malam yang sepi, Hana terus menunggu di luar rumah, duduk beralaskan batu dan menunggu lagi. Menatap ke depan hamparan pohon tinggi di depannya.

"Aku berharap kau lewat pohon itu lagi. " ucap Hana pelan.

"Apa yang anak kecil sepertimu lakukan tengah malam begini?"

Hana kaget dan segera menoleh, suara yang familiar. Itu Akaza.

"Kau di sini?"

"Aku memang tinggal di sekitar sini." jawab pria itu.

"Bicaramu sangat dewasa untuk anak-anak. Kau tahu aku iblis bukan? Apa anak anak memang tidak punya rasa takut sepertimu?" Hana tersenyum mendengarnya.

"Ya tentu saja anak anak tidak punya rasa takut." ucap Hana menahan tawa.

"Apa kau mengenal Muichiro Tokito?"

"Kau mengenal anak itu?"

Hana menggeleng. "Aku mencari tahu keberadaan anak itu. Ia teman masa kecilku."

"Aku kenal anak itu. Tapi aku tidak punya alasan untuk memberi informasi pada bocah."

Hana mendelik. Lalu menarik salah satu lengan pria itu kuat.

"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau memberi tahu ku!!"

Iblis di depannya terkekeh kencang. Membuat sang ayah yang sudah tertidur terbangun dan menyusulnya keluar.

"Hana!!"

Kejadian itu terjadi sangat cepat. Hana tidak sempat membekap mulut iblis ini karena ia pendek dan kecil. Kemudian ayahnya muncul begitu saja, membuka pintu dengan lebar.

Hana langsung melangkah ke depan dan merentangkan tangannya seolah melindungi iblis di belakangnya.

"Ayah!! Aku.. aku.." Ayolah penjelasan macam apa yang masuk akal untuk kondisi ini? Hana tidak mau Akaza kabur dan ia juga tidak mau sang ayah menyerang Akaza dan berakhir di bunuh.

Hana melompat dan meraih atasan baju Akaza hingga posisi kepala pria itu sejajar dengannya.

"Bisakah kau membuat ayahku pingsan dengan cepat tanpa membunuhnya?"

Akaza terlihat kesal, namun saat pria di depannya mulai meraih sapu dan menerjangnya. Akaza terpaksa memukul tengkuk pria itu dengan kencang hingga pingsan.

Hana berusaha meraih tubuh ayahnya yang terjatuh namun di tahan.

"Kau ingin terhimpit tubuh besar itu?"

"Kenapa kau membuatnya sampai mimisan begitu?"

Hana kembali meminta bantuan Akaza untuk membawa ayahnya ke tempat tidur yang hanya berupa papan dan menidurkannya di sana.

Hana lumayan terkesan bagaimana Iblis ini terus menurutinya. Ia bersyukur tapi juga merasa heran dan sedikit curiga. Tapi ya sudahlah.

"Terimakasih.." ucap Hana tulus sambil tersenyum tipis. Namun hanya dibalas wajah dingin.

"Sebentar! Aku ingin mengunjungi rumahmu!" ucap Hana sambil menggenggam salah satu pergelangan tangan pria itu dengan kuat.

Hana meringis melihat wajah dingin dan aura membunuh yang terpancar jelas di depannya

Saving My Favourite Character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang