Part 8

4 0 0
                                    

Hana melotot saat melihat penampakan tokoh favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana melotot saat melihat penampakan tokoh favoritnya. Syukurlah ia datang saat Muichiro masih berumur 10 tahun. Kalau Hana beruntung ia bisa menikahi Muichiro karena mereka memiliki perbedaan 5 tahun. Hana seketika teringat soal alasan mengapa ia bisa di sini. Ada malaikat maut di sampingnya.

"Kau bercanda kan akan membunuhnya?" tanya Hana cemas.

Akaza hanya melirik Hana sebentar dengan tajam.

"Dia masih bocah. Untuk apa kau membunuh dan memakan bocah."

"Tidak ada yang salah dengan memakan bocah." sahut pria itu.

"Ta..tapi lebih baik kau menunggunya tumbuh dewasa. Kau suka manusia kuat kan? Kalau masih bocah begini tentu saja masih lemah." ucap Hana meyakinkan. Ayolah berapa lama lagi ia harus melakukan ini.

Hana menoleh sesekali melihat keberadaan Muichiro. Ah ia sedang menunggu kembarannya. Walau melihat dari jarak yang lumayan jauh dan bersembunyi di semak, Hana masih bisa menangkap sosok berambut hitam dan mint itu dengan jelas.

"Kau berusaha melindungi anak itu?"

Hana berusaha menarik tangan Iblis itu agar menjauh dari sana.

"Aku lapar ayo kembali."

"Aku majikanmu."

"Kalau begitu jadilah majikan yang baik dan berikan aku daging. Bisa bisanya kau hanya memberiku jagung untuk makan."

"Manusia juga makan daging? Mungkin besok aku akan mulai mengganti jagung dengan rumput."

"Kau gila? Aku bukan hewan ternak."

Hana terus mendorong tubuh Akaza menjauh dari sana.

"Atau kau ingin mencoba makananku?"

"Makananmu? Ti..tidak terimakasih." Seketika Hana jadi mual karena membayangkan bau darah dan amis yang sering ia cium dari Akaza beberapa kali. Ah tidak sebenarnya dia mual membayangkan pria itu memakan manusia.

"Kalau begitu lebih baik kau makan jagung saja. " untunglah Hana berhasil mengalihkan perhatian Akaza. Tanpa menoleh lagi Hana terus berjalan masuk ke dalam hutan sambil terus berdebat dengan iblis di sampingnya.

Sayang sekali Hana tidak dapat melihat wajah itu dari dekat.

"Kau menyukai bocah itu?"

Hana menoleh pada pria di sampingnya. Ya tentu saja.

"Tidak juga." balas Hana singkat.

"Kau bahkan lebih muda dari bocah itu tapi sudah berani menyukai seseorang."

"Hidupku lebih baik, dibanding dirimu yang bahkan tidak mengingat orang tuanya sendiri." Ups

Hana kelepasan, ia langsung menutup mulutnya dan mendapati Akaza yang langsung terdiam.

Pria itu langsung mencekik leher Hana dengan kejam. Leher kecil ini pasti akan putus dengan cepat.

"Ma..aaf aku hanya.." pria itu setelahnya benar benar melempar Hana hingga terlempar ke pohon di seberang.

Aku

Kenapa pria ini terus menggunakan kekerasan padanya. Hana langsung mengeluarkan batuk darah. Nafasnya mulai berat. Kemudian dengan tubuh kecilnya ia mulai pingsan.

Akaza dengan santai menghampiri tubuh kecil itu dan menggendongnya sebelum berlari dengan cepat ke dalam hutan.

Hana sempat terbangun sebentar sebelum ia memberikan jari tengah kepada iblis itu dan kembali pingsan dengan darah yang terus menetes dari kepalanya.

Mengapa iblis itu jadi sangat marah? Bahkan ia tidak ingat masa lalunya, tapi saat disinggung sedikit dia tidak segan segan menyerang. Hana harus berhati hati lagi, kalau ia masih bisa hidup setelah ini. Mungkin sebaiknya kalau ada kesempatan ia lari saja dari iblis itu.

Kepalanya terasa amat pusing, belum lagi goncangan selama pria itu terus berlari dengan cepat. Bisakah iblis itu tenang dan membiarkannya tidur?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saving My Favourite Character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang