"Kemana kau akan membawaku!!" Hana berseru merasa sedikit cemas. Ia merasa harus mempercayai Akaza tapi di sisi lain berpikir bagaimana mungkin ia mempercayakan hidupnya pada iblis.
Pria itu terus saja berjalan santai menyusuri hutan tanpa menghiraukan bocah yang ia jinjing.
"Aku terlalu kecil untuk jadi makanan iblis. Tolong kasihani aku!!" Bocah perempuan itu berseru lagi membuat Akaza hilang kesabaran dan bergerak gerak seolah akan melempar anak itu. Tapi tentu saja bukannya diam Hana malah berseru lebih keras.
"Aku tau kau masih bocah. Tapi kalau kau berisik iblis lain akan benar benar datang kemari dan aku tidak akan segan melemparmu pada mereka."
Perkataan Akaza entah kenapa terdengar sadis bagi Hana. Sehingga bocah itu benar benar menutup mulutnya kali ini.
"Apa kau tidak bisa membawaku dengan menggendong atau cara normal lain?"
"Tidak" setelahnya bocah itu benar benar diam.
Setelah beberapa lama, firasat Hana terbukti benar. Ia melihat iblis dalam berbagai bentuk sedang bersembunyi di celah celah pepohonan mengintip ke arahnya. Hana ingin menangis tapi ia tahan. Melihat iblis secara langsung sangat menakutkan. Mungkin karena mereka iblis tingkat rendah sehingga bentuknya berbagai macam.
Hana segera melirik ke arah Akaza bermaksud meminta jawaban. Dan ternyata pria itu juga sedang melihat ke arahnya sambil tersenyum jahat.
Bocah perempuan itu kemudian menutup wajah dengan kedua tangan menyembunyikan diri dari pandangan pandangan mematikan di sekelilingnya.
Bersyukur tidak ada iblis yang menerjangnya, ya itu memang sesuatu yang harus di syukuri.
"Sebenarnya kau akan membawaku kemana?"
Hana kembali sabar menunggu menghadapi sikap diam pria di sampingnya.
"Kau bilang ingin mengunjungi tempat tinggal ku kan?" pria itu melirik sedikit ke arah Hana.
Ya benar, tapi ia tidak berpikir Akaza akan membawanya ke sarang iblis seperti ini. Semoga tidak ada peristiwa lebih buruk yang terjadi setelah ini.
"Kau tidak akan membawaku kepada tuanmu kan?" tanya Hana curiga. Itu akan jadi mimpi paling buruknya hari ini.
"Bagaimana seorang bocah mengetahui hal itu? Kau tahu aku punya tuan?"
"Bukankah itu rahasia umum. Kau saja yang tidak tahu karena kau iblis."
Ya benar karena pria ini iblis seharusnya mudah untuk membuat segala sesuatu yang ditanyakannya jadi masuk akal.
"Begitu.. Jadi kau ingin bertemu dengan tuanku? Ia bisa mengetahui apapun yang ku lakukan, tentu dianjuga tertarik bertemu denganmu."
"TIDAKK!! Terimakasih!"
"Kau malah tampak gugup sekarang." Pria itu kemudian terkekeh lagi. Tampaknya pria itu terlalu sering tertawa di dekatnya .
"Kalau kau bertemu dengannya tentu saja kau akan dirubah menjadi iblis. Bukan pilihan yang buruk. Tapi tubuh sekecil ini akan langsung membusuk."
"Membusuk?" Benar juga, itu sangat masuk akal, bocah umur 5 tahun tidak mungkin bisa bertahan dengan darah iblis.
"Sebagai bocah kau tahu banyak hal. Jadi terlihat sangat mencurigakan."
Hana langsung terdiam mendengar itu. Kalau ia tau dimana lokasi Muichiro ia tidak akan perlu terlibat dengan iblis ini.
"Aku memang bocah jenius. Aku akan menganggap ucapanmu sebagai pujian. Jadi terimakasih."
Pria itu kembali terkekeh pelan.
"Kenapa kau mencari keberadaan Tokito Muichiro?"
"Meskipun kau iblis aku tidak akan dengan mudah memberi tahumu. Jadi sebaiknya kau tidak bertanya."
"Kau lumayan berani dengan ucapan sebagai seorang bocah."
"Terimakasih aku memang pemberani."
KAMU SEDANG MEMBACA
Saving My Favourite Character
FanfictionHana masuk ke dalam komik dan berusaha menyelamatkan karakter favoritnya dari kematian tragis.