Mattias terduduk dibawah bingkai seorang wanita berpakaian mewah dengan wajah anggun-Ratu. OMG, dia benar-benar wanita yang teramat cantik.
Tadi Mattias berjalan tertatih, lebih tepatnya berpura-pura tertatih. Lalu Mattias menyadari sesuatu yang memaksanya berjalan lebih dekat ke lorong kosong dengan marmer hitam, dan sialnya hanya ada dia di lorong kosong itu. Tak ada penjaga di sana, tak ada apapun. Hanya marmer hitam mengkilap dan ... Sebuah lukisan.
Lukisan itu-lukisan sang ratu. Tengah duduk di ayunan dengan rambut hitam tergerai dan senyum polos yang lebar. Ayunan itu terangkat tinggi, kaki jenjang sang ratu terlihat hingga betis membuat hiasan kakinya terlihat berkilau dibawah cahaya. Pakaian putih dengan ornamen emas itu terlihat mewah, pakaian berlengan pendek itu terlihat mengapung diatas awan.
Punggung sang ratu terlihat, kupu-kupu berwarna hitam berterbangan disekitarnya. Pohon hijau rimbun benar-benar terlihat kontras dengan sepatu yang dikenakan sang ratu.
"God, this my mother?"
Tatapan Mattias tak berpaling, walaupun ia tetap duduk dan tak bergerak Mattias dapat merasakan derap langkah berirama milik dua saudaranya. Mattias tersenyum, dia mengenakan parfum beraroma sakura itu cukup banyak. Aroma itu setidaknya kan terus tercium hingga beberapa meter dan itu cukup untuk membuat orang-orang tahu keberadaannya.
"Mattias! Kenapa tiba-tiba menghilang ... Ibu?" Suara Michael mengecil ketika melihat lukisan sang ratu.
Mattias mendongak dan melihat kedua saudaranya dengan tatapan sendu, "Aku merindukan ibu. Salahkah aku?"
"..."
Hening, tak ada suara hingga beberapa saat. Kedua saudara Mattias terlarut dalam pikirannya masing-masing, Mattias yang ngerasa amat-amat diacuhkan berdiri tertaih lalu terjatuh. Sengaja menyobek pergelangan tangannya kearah dinding yang tidak simetris.
"Ash!"
"Mattias!" Michael berseru dan berlari kearah Mattias, "Kenapa kau kemari? Jika rindu dengan ibunda kakak akan membawakan potonya. Lihatlah! Tanganmu berdarah! Aaa! Ayo pergi temui tabib! Kamu akan mati kehabisan darah!"
Oh, kak hael ...
Dengan segala bentuk muslihat manusia picik, Mattias menggeleng pelan sambil menyentuh pipi Michael dengan tangannya yang terluka, "Tak apa."
Kata-kata itu seperti percikan api untuk Michael bro, soalnya dulu waktu sang ratu sekarat Michael adalah orang pertama dan satu-satunya orang yang berada dikamar ratu. Ratu mati karena dibunuh, dadanya berdarah dan mulutnya terbatuk. Michael yang kala itu bersembunyi di lemari langsung berlari dan berusaha menghentikan pendarahan sang ratu.
Kerennya nih, ratu malah tersenyum sambil pegang pipi Michael. "Tak apa," katanya dan sedetik kemudian dia mati.
Tak apa pala bapak mu!
Anak usia 7 tahun disuguhi pemandangan kek gitu dan sekarang masih bisa mikir logis? Fiks, dia alien brooo!
Pandangan Michael menjadi kosong dan tubuhnya bergetar, sekelebat Michael mengangkat tubuh Mattias. Mattias tersentak-sial, dia salah target.
"Napa Lo pake aura di dalem istana anyinnnng!" Batin Mattias.
Tarik nafas ... Hembuskan ... Ingat air yang mengalir membawa ketengan pada hati mu Mattias. Air jernih penuh kasih ... Tarik nafas ...
...
...Ngentot! Persetan dengan air! Mattias makin dag-dig-dug serrr, dia gak bakalan bisa tenang kalo cuma tarik nafas plus bayangin hal yang bikin tenang kayak air.
Michael dan Muhaen berlari di lorong istana dengan aura yang mengelilingi sekujur tubuh mereka membuat kecepan seperti kilat berkelebat, tapi nih, tapi. Yang bikin Mattias kesal karena dia tidak bisa pakai aura! Jadi wajahnya diterpa angin ribut gonzeng-gonzeng like tornado yang buat rambutnya semerawut, mulutnya terbuka dengan angin masuk kedalamnya.
"Hik!"
Dapat dipastikan setelah ini dia akan masuk angin, "Ayaaahhhhh!"
Teriakan Michael terdengar satu kilometer dari ruang tahta, sang raja-Leondre Ver Devone. Menghela nafas berat, matanya tertuju pada putra mahkota yang duduk disampingnya dengan wajah lelah, mulut putra mahkota terbuka hendak bersuara-
"Jangan bicara. Dia adikmu, bukan putraku."
Dalam sepersekian detik pintu singgasana terbuka keras, pengawal yang berada di belakang pintu terkena imbas. Oh, wajahnya sekarang pasti memerah seperti tomat geprek. Leondre tersenyum kaku, kedua putranya menggunakan aura didalam istana, putri-putranya yang lain terlihat akan muntah dengan rambut tak tertata.
Rambut Mattias yang panjang tergerai kini keluar dari jalur, wajahnya pucat. Sial, dia ingin muntah saat ini juga! Michael berjalan kearah Leondre dengan air mata yang tergerai membuat sungai kecil diwajahnya. Muhaen menunduk memberikan hormat, dan sang raja mengangkat tangan kanannya tanda muhaen untuk tak melanjutkan salam.
Putra mahkota mengerutkan keningnya dalam, siapa anak perempuan ini? Pikirnya sebelum ingatan masuk kedalam kepala.
Ketika itu hujan, dia baru saja mendapat masalah hingga butuh pelampiasan. Tatapannya bergulir pada seorang anak kecil berambut panjang yang tengah berjalan di lorong gelap, dia tersenyum lalu menarik rambut anak itu keras menggunakan sihirnya. Anak itu-adik kembarnya yang kedua berteriak, dia mengangkat adiknya itu keatas-atas lalu menghantamnya ke lantai.
Dia mengangkat tubuh adiknya itu ke kamar tamu yang kebetulan dekat dengan lorong itu, lalu dia membugili adiknya. Dan ... Terjadilah hal itu.Sang putra mahkota membelalakkan matanya kaget, Mattias juga membelalakkan matanya kaget. "Gw harus pura-pura trauma? Or biasa aja? Anying lah!"
"Jangan!" Mattias berteriak, "Kak hael ... Tidak ingin, Mattias tidak ingin kesana ... Jangan ...."
Sang putra mahkota-Xaou Vor Devone melengkungkan g bibirnya ketika melihat Martias bergetar dalam dekapan Michael, tangannya perlahan terulur disertai tubuhnya yang berjalan perlahan mendekat. Wajah Mattias diselundupkan ke dada Michael hingga tak terlihat sedikitpun wajahnya.
Tangannya menyentuh rambut silver Mattias dan ia tata perlahan, merasakan setiap helai rambut Mattias yang satu persatu menyentuh tangannya. Wajah mattias mendongak melihat netra mata cantik kakaknya yang teramat persis seperti sang ibu.
Merah. Merah Rubby dengan bulu mata lentik, rambut hitam bergelombang, kulit putih seperti mutiara. Itulah perawakan sang putra mahkota-Xaou Vor Devone.
"Maafkan kakak ... Maaf ... Maaf ... Maaf ... Maaf ... Maaf ... Jangan takut, kakak ... Kakak akan menjagamu mulai sekarang."
"Kakak?" Mattias berujar pelan, air mata mengalir deras menciptakan retakan diwajahnya yang lembut seperti porselen.
"Benar, ini kakak. Kak Xaou. Kakak pertamamu yang akan menjaga Mattias." Senyuman indah terukir indah di bibir sang Leondre maupun Muhaen, berbeda dengan Michael yang jantungnya berdegup tak karuan. Bayang-bayang kematian ibunya berputar dalam otak Michael, dia memeluk Mattias semakin erat membuat pasokan nafas Mattias menipis hingga Mattias berusaha merenggut udara yang tak lagi terasa manis.
"Michael! Adikmu tercekik!" Xaou berkata keras. Dia mengambil Mattias dengan paksa dari pelukan Michael. Sedangkan Michael memandang nyalang Xaou lalu berteriak.
"Mati! Darah! Mattias akan mati kehabisan darah! Tolong ... Kumohon tolong adikku, putra mahkota ...."
"Oh! Tangannya." Putra mahkota mengangguk dan cahaya lembut menyentuh telapak tangan Mattias.
Mattias berbinar-binar, inikah sihir penyembuh? Gila. Dia harus mempelajari cara menggunakan aura dan sihir! Harus! Wajib!!
*[Tubuhmu belum sempurna untuk menampung kekuatan. Belajar membaca saja dulu]
"Gw dah bisa woi! Cheat part 3 bisa bahasa dunia ini. Cheat part 4 udah bisa baca tulis."
*[Bencana part 3. Kamu diracuni, makananmu tadi pagi mengandung racun yang seharusnya dimakan oleh raja.]
"Kenapa gak ngomong dari tadi!! Fuck!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[TRANSMIGRASI] Invisible Twins || Crt ke 6
Random[Rakta tiba-tiba transmigrasi kedalam anak kembar yang bahkan tak pernah ada!?] Jelas sekali dia tengah melangkahkan kakinya, dia tidak tertabrak, dia tidak tidur, dia tidak berkedip, tetapi tiba-tiba saja berpindah kedalam tubuh seorang anak laki-l...