🍡 A N O Z 10 🍡

310 38 2
                                    

Matthias berjalan dengan baik, sedikit melenggak-lenggok. Tatapannya tajam dan berbinar, alisnya terangkat ketika melihat sekumpulan bocah-bocah yang tengah mengobrol.

Matthias menyapa, "Hello young lady," sapanya sembari menunduk memberi penghormatan. "Saya Mat-Matcidana De Arck. Biasalah saya bergabung dengan nona-nona yang cantik ini?"

Bocah-bocah itu menoleh lalu berbinar, "Oho!" ucap si rambut pirang.

"H-h-halo, nona Arck. Saya Esmeralda De Ell. Anda tentunya dapat bergabung dengan kami!"

Sedangkan di sisi lain putra Baron Shol menyundut bunga kertas lalu terbatuk dan mengeluarkan siulan, "Apakah ada yang pernah melihat lady yang teramat manis itu? dia berasal dari garis keturunan raja loh!"

"Saya tak pernah melihatnya di ibukota, mungkin dia berasal dari Utara." Putra Marquis dari timur berucap, "Cantik sekali ...."

Banyak bisik-bisik yang terdengar membuat si pangeran bungsu menoleh dia membalikkan tubuhnya dan melihat seorang malaikat yang tengah berdiri diantara kumpulan parasit. Dia belum pernah terpikir akan melihat jiwa semurni dan seindah itu, bahkan sang raja memiliki warna jiwa begitu hitam pekat.

Gadis malaikat itu benar-benar membuat atensi Aztexse teralih, dia melangkah meninggalkan lady belpois yang termenung melihat malaikat yang seolah turun tanpa aba-aba.

Bisik-bisik terdengar ketika Aztexse melangkah maju kearah kerumunan yang mengelilingi si malaikat.

⟨Pangeran bungsu sepertinya menyukai nona muda itu!⟩

⟨Sial, saingan kita si pangeran pungut itu?⟩

⟨Menjijikan, dia pasti ingin memikat malaikat kita!⟩

Lebih tepatnya itu bukanlah bisikan mulut, tetapi hati. Bukan tanpa alasan dia menjadi pangeran bungsu, fisikma yang sudah setara seperti orang dewasa serta kemampuannya untuk melihat baik buruk jiwa manusia dan kekuatannya untuk mendengar isi hati orang lain.

[Hoi, aku akan melindungi isi hatimu.]

"Apa?" Mattias membatin, namun tak ada jawaban yang dia dapatkan dari si dewa itu.

"Halo, nona keluarga Arck. Saya ... Bisakah saya mengenal anda lebih jauh?"

⟨BRENGSEK!⟩

⟨SIALAN! PANGERAN PUNGUT ITU MENCOBA MENARIK MALAIKATKU!?⟩

⟨APA-APAAN SIKAPNYA YANG BERANI ITU??⟩

"Menyapa pada sang matahari, halo juga pangeran. Salam, saya Matcidana De Arck."

"Saya tidak melihat anda menyapa saya sewaktu pembukaan tadi, apakah ada gerangan?" Aztexse tak maksud menyindir, dia hanya penasaran.

"Sialan! Si goblok ini minta gue gabengin pake susuk pocong yaa!? bisa-bisanya dia nyindir gue kek gitu!" batin Mattias, sayangnya yang didengar oleh Aztexse adalah. ⟨Apakah? yaampun, aku malu jika berkata tadi sakit perut dan tak sempat menyapanya."⟩

"S-saya menyapa anda diantara keluarga besar saya." Mattias masang senyum cakep like beautiful feminim girl.

Ada sensasi terbakar di dada Aztexse ditakuti rasa sakit yang lancang diantara kedua paha. Perasaan ganjil itu bahkan tak berhenti saat sinar ramah dari mata gadis yang digadang-gadang malaikat itu sedikit berubah jadi kekesalan.

Setelah berdahak dan menjilat bibirnya yang sebenarnya nggak kering, Aztexse membalas senyuman Mattias, "Baiklah, nona."

Mereka berdua saling memberanikan diri untuk membalas ucapan masing-masing, masih dengan senyum geli yang tersisa di wajah Mattias cowok itu mencondongkan tubuh dan memberi Aztexse akses penuh untuk mengagumi gigi-gigi putih yang dibingkai sebentuk bibir merah muda.

Dengan mata sedikit menyipit Mattias berkata, "Menyenangkan sekali berbincang dengan anda, pangeran."

Mattias menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinga, membuat sedikit rona merah muda hinggap di wajah Aztexse yang terpesona. Mattias sepertinya sadar ,kalau diterusin sesi tanya jawab nanti malah ditanya balik kayak gini nggak bakal selesai sampai lebaran monyet. Makanya niat langsung gercep godain adek pongotnya.

"Oh, saya juga." Balas Aztexse.

Ucapan singkat Aztexse bikin cowok itu-Mattias mendapat firasat kayaknya bakalan ada bau-bau cerita ala protagonis tersakiti, nih, dibalik penjelasan terlalu singkat barusan. "Pangeran?"

"Ah ... Saya hanya merasa senang. Tidak pernah ada orang setulus dan selugu anda, anda adalah yang pertama."

[Jelas, karena aku mengubah isi hati kakek gembleng ini]

"Apa maksud?"

[Lupakan]

"Cak-caak!"

"Saya merasa senang dapat bertemu dengan anda, nona Arck. Sebenarnya kerap kali saya mendapat perlakuan kerang menyenangkan dari para bangsawan, apalagi saya yang berasal dari kalangan rakyat jelata." Aztexse menjelaskan, matanya menatap nalang bangsawan yang berada dalam lingkup penglihatannya.

"Oh, Anda benar. Padahal mereka hanya beruntung terlahir sebagai bangsawan, mereka tak pernah berpikir dari mana kekayaan mereka berasal, dari mana kehormatan mereka berada. Jika tak ada rakyat apa gunanya para bangsawan? Tidak. Mungkin bangsawan pun tidak akan hadir jika tak ada rakyat." Mattias menyindir, matanya menjadi sinis dan julid.

Kalau ini reality show pasti sekarang ada suara gelak tawa yang memenuhi panggung, sedangkan Aztexse masih sibuk membicarakan banyak hal. Aztexse tidak melihat betapa berkerutnya kening Mattias karena sejak tadi Aztexse mengira mereka sama-sama menikmati malam ini.

"Kontol, anying. Udahan ah, capek gue pengen sare!" Batis Mattias, tetapi berubah menjadi ⟨Pangeran bungsu sangat manis, lebih menyenangkan bila dapat duduk di tempat yang lebih tenang.⟩

Jujur Mattias pengen menguar bau friendzone untuk membuat asmara adik pungutnya ini hancur. Tinggi mattias nggak sampai sebahu Aztexse, membuat Mattias pegal leher karena harus tanggak ke atas melihat wajah rupawan cowok itu.

"Nona, haruskah kita berbicara ditempat yang lebih tenang?"

Mattias tersenyum, "Ngentot anying ngentot!" Berubah, ⟨Menyenangkan sekali!⟩

"Tentu, panngeran."

[TRANSMIGRASI] Invisible Twins || Crt ke 6 [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang