Prolog

604 49 0
                                    

Kebakaran itu terjadi pada suatu malam yang tenang. Api menyala dari sebuah lilin kecil yang jatuh, dengan cepat menjalar ke seluruh bangunan panti asuhan Gilmore. Jeritan anak-anak dan suara kayu yang terbakar memenuhi udara, menciptakan kepanikan yang tak terlukiskan. Di antara kekacauan itu, Rynnelle Gilmore, seorang gadis kecil dengan rambut kecokelatan, berusaha keras untuk menemukan jalan keluar. Kepulan asap tebal memaksa matanya menyipit, dan panas yang menyengat membuatnya sulit bernapas. Namun, dengan keberanian dan ketabahan yang luar biasa, ia berhasil mencapai pintu keluar, hanya untuk menyadari bahwa keempat kakaknya telah terpisah darinya.

Setelah berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api, Rynnelle yakin bahwa saudara-saudaranya selamat. Namun, nasib berkata lain. Saat ia masih dalam kondisi linglung dan lemah, beberapa pria tak dikenal menangkapnya. Ia diculik dan dijual di pelelangan manusia, di mana ketakutan dan ketidakpastian menjadi teman sehari-harinya. Meski begitu, semangatnya tidak pernah padam.

Rynnelle berhasil melarikan diri dari cengkeraman para penculiknya. Dengan bekas luka di tubuh dan jiwa, ia hidup terluntang-lantung tanpa arah. Jalanan menjadi rumahnya, dan ia belajar bertahan hidup seperti preman kecil. Dalam perjalanan panjang dan penuh liku, Rynnelle membangun kelompok kartelnya sendiri, menjelma menjadi sosok yang ditakuti dan dihormati di dunia bawah tanah.

Dua puluh tahun berlalu, Rynnelle kini berusia dua puluh delapan tahun. Sebagai pemimpin mafia yang disegani di negara Navaro, ia memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya. Ambisinya tidak hanya terbatas di satu negara, tetapi juga merambah benua lain. Ketika ia tiba di panti asuhan yang dulu ia tinggali, gedung itu sudah berubah drastis. Kenangan masa kecil yang pahit kembali membanjiri pikirannya.

Di depan panti asuhan, empat pria tampan berdiri menatapnya dengan tajam. Rynnelle merasa asing dengan mereka, namun ada sesuatu yang familiar dalam tatapan mereka. Salah satu dari mereka, dengan suara lembut namun penuh kewibawaan, berkata, "Akhirnya kami menemukanmu, Ryn."

Rynnelle memandang mereka dengan penuh kebingungan. "Hmm, siapa kalian?" tanyanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada, sikap defensif yang terbentuk dari tahun-tahun yang penuh perjuangan.

Salah satu pria menjawab, "Mengapa kau bisa melupakan kami? Kau berjanji untuk menikah bersama kami, bukan?"

Kata-kata itu membuat Rynnelle tercekat. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia membalikkan tubuhnya dan segera masuk kembali ke dalam mobilnya, meninggalkan keempat pria yang kini menyeringai melihat kepergiannya.

Malam itu, Rynnelle menyadari bahwa masa lalunya yang kelam belum selesai. Ia harus menghadapi kenyataan dan menyelesaikan apa yang pernah dimulai, demi menemukan jawaban atas segala pertanyaan yang menghantuinya selama ini.

***

Promise to Marry ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang