💋05💋

415 36 0
                                    

"All, mengapa kau mengubah warna rambutmu?" tanya Rynnelle, melihat ke arah Allvince dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Allvince, dengan warna rambut yang berbeda dari sebelumnya, tampak menatapnya dengan penuh kerinduan, seperti menyimpan banyak hal yang ingin diungkapkan.

Allvince, dengan senyuman lembut dan mata yang tidak bisa menyembunyikan rasa rindu, menjawab, "Perubahan ini adalah bagian dari pencarian diriku sendiri, Ryn. Kadang-kadang, kita perlu mengubah sesuatu untuk menemukan siapa kita yang sebenarnya."

Rynnelle memerhatikan Allvince dengan cermat. Ada sesuatu dalam ekspresi dan perubahan fisiknya yang membuatnya merasa bahwa ada cerita yang lebih dalam di balik perubahan ini. Dia bisa merasakan ketulusan dalam kata-kata Allvince, meski dia tahu bahwa ada banyak hal yang mungkin tidak diungkapkan secara langsung.

Rynnelle meletakkan ponselnya dan menatap Allvince, merasakan pergeseran dalam suasana hati mereka. Keduanya berada di titik di mana kehadiran satu sama lain terasa sangat penting, dan kata-kata yang tidak diucapkan mengisi kekosongan di antara mereka. 

"Baiklah, jika kau tidak ingin bercerita," kata Rynnelle sambil menatap lekat pria di sampingnya.

"Aku sudah membaca semua laporan tentang dirimu," kata Allvince dengan tatapan tidak suka.

Rynnelle tersenyum melihat tatapan tidak suka dari Allvince. Itu berarti pria itu tidak menemukan keseluruhan tentang dirinya. Informasi pribadi tentangnya benar-benar tertutup rapat. Namun, jika mereka mencari tentang Mamad Elle, mereka mungkin akan menemukan sesuatu yang buruk.

"Lalu?" tanya Rynnelle sambil menahan senyumannya.

"Mengapa? Mengapa kau ingin kembali ke sana setelah bertemu dengan kami?" Allvince balik bertanya, nadanya penuh rasa ingin tahu dan ketidakmengertian.

"Setelah sekian lama aku bertahan hidup sampai saat ini dengan semua pekerjaan yang aku miliki, lalu aku membuangnya begitu saja? Apa kau pikir aku bisa dengan mudah melakukan semua itu? Tidak, All. Aku mempertaruhkan nyawaku, kewarasanku, keimananku untuk tetap bertahan hidup. Aku akan melepaskannya ketika aku sudah lelah dengan hidupku. Jadi, tolong jangan membujukku untuk meninggalkan semuanya. Mereka adalah anak-anakku, mereka adalah keluargaku," jawab Rynnelle dengan nada yang tegar dan penuh ketegasan.

Rynnelle sadar, ia hanya tinggal bersama kakak-kakaknya dulu selama beberapa tahun. Tetapi, ia lebih lama tinggal bersama Scana dan Jose. Scana dan Jose bagaikan keluarganya sendiri, jadi tidak mungkin ia akan meninggalkan mereka.

Allvince menatapnya dalam-dalam, merasakan keteguhan hati Rynnelle. Ia menghela napas panjang, mencoba memahami posisi Rynnelle yang telah berjuang keras untuk mencapai titik ini dalam hidupnya. Allvince tahu, meski sulit untuk diterima, bahwa Rynnelle memiliki dunia yang telah ia bangun dan lindungi dengan segenap jiwa dan raganya.

Dalam keheningan yang menyusul, keduanya duduk berdampingan, saling mengerti tanpa perlu kata-kata lebih lanjut. Hanya ada pemahaman mendalam dan rasa saling menghargai atas keputusan dan perjuangan masing-masing.

Makan malam tiba, di ruang makan yang begitu megah menampilkan keempat pria tampan yang sudah duduk di kursinya masing-masing, dengan Dante yang berada di ujung meja, sebelah kanannya yang kosong, sebelah kiri diisi Allvince, di sebelah kirinya terdapat Leon dan di sebrang Leon terdapat Xavion.

Rynnelle dengan terpaksa duduk di sebelah kanan Dante, dengan perasaan gugup dan juga takut ia melirik Dante yang tersenyum  ke arahnya. Sementara di sebelah kanannya Xavion menatapnya datar.

"Setelah makan malam aku ingin membicarakan sesuatu," kata Dante memecahkan keheningan.

Semua hanya mengangguk dan langsung menyantap makan malam mereka dengan tenang. Setelah selesai, Rynnelle mengeluarkan rokok dari saku jaketnya membakar dan menghisapnya perlahan. Semua melihat apa yang dilakukan Rynnelle dengan menahan kekesalan mereka.

Promise to Marry ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang