Manisnya Adik Bungsuku. Ft HaliSol

175 50 4
                                    

Fyi─ Solar disini tidak sejenius solar yang asli ya~ karena this is just an Au! So, anything is possible.
─────────────────────────
Happy Reading~

Solar, menurut Halilintar ia adalah sosok yang unik. ia adalah bungsu di keluarga, dan selalu ingin dianggap seperti orang dewasa, realitanya? ia sendiri bahkan belum menyelesaikan sekolahnya.

tapi belakangan ini, Solar sering sekali menolak bantuan abang abangnya, apalagi Halilintar.
padahal biasanya si bungsu akan mencari cara apapun agar bisa menempel pada sang sulung.

apalagi, salah satu hal yang selalu ia minta bantuannya kepada Halilintar adalah pekerjaan rumah, khususnya dalam bidang bahasa. jadi, bayangkan betapa herannya Halilintar saat Solar berkata bahwa ia tidak perlu bantuan Halilintar lagi.

. . .

[di kamar Solar]

"kak Alin mah, kalau gua di manja manjaiin terus nanti gua diketawain, gua udah gede kali.." omel si bungsu kesal, tangannya menggenggam kasar ballpoint yang sedang ia pakai untuk menulis.

yah, realitanya, Solar hanya malu selalu bergantung pada Halilintar, ia merasa malu jika ketahuan bermanja manja dengan abang sulungnya, ia suka diperhatikan dan disayang Halilintar, tapi hal ini tidak bagus untuk harga diri Solar.

tapi ia harus mengakui, tiba tiba saja pelajaran Mandarin menjadi sangat sulit, apakah karena ia merasa pusing, atau karena Halilintar tidak ada disana untuk membantu si bungsu belajar? pada akhirnya, ia membanting ballpoint tersebut, merasa pusing dengan bahasa-bahasa yang jelas jelas kurang ia kuasai.

".. emang selalu sesusah ini ya? kepala gua pusing banget." gerutu si bungsu, menurutmu saja sih, sudahlah belajarnya sambil begadang, bungkuk bungkuk, mana pelajarannya belum dikuasai lagi, menurutmu saja.

"kopi dulu lah, mungkin efek ngantuk."

Solar akhirnya berdiri dari kursi belajarnya, ia merasakan punggungnya lega karena akhirnya merubah posisi, tiba tiba saja ia teringat kakaknya, kok tiba tiba sih? apa hubungan punggungnya dengan kakak sulungnya itu? tidak masuk akal!

Solar diam diam keluar dari kamarnya, mengintip keluar, tidak ada siapa siapa, bagus!

si bungsu mencoba mengendap-ngendap, diam diam ke dapur untuk menyeduh kopi. namun, sesuatu hal terang yang berasal dari ruang tengah memikat perhatiannya.

itu kak Halilintar! ia sedang menatap laptop-nya, sepertinya tengah mengetik sesuatu, ah.. selama ia belum ketahuan, gacor aja, gas.

"mau kemana, Sol?" sialan.

ukh- anu, uh, nyiram kucing?" bohongnya lancar banget ya, Solar.

"hm.." lah? kakaknya tidak marah? yasudahlah, Solar segera kabur ke dapur, ia harus cepat cepat, agar Halilintar tidak tiba tiba murka dan memaksanya tidur.

Namun, justru kebalikannya, Solar sama sekali tidak mendengar gerak gerik Halilintar sama sekali.

ia pun mengintip lagi ke ruang tengah.

eh?

Halilintar menangis?

tunggu sebentar, mengapa kakaknya menangis?!

"kak Alin? kakak kenapa?" panik memenuhi tubuh si bungsu, lupakan dulu gengsinya, ini kakaknya woi!

"hah? bukan apa apa, cuma.." suara sang sulung menghilang, seperti tercekat, ia menatap layar laptopnya dengan tatapan sedih.

Solar mengarahkan pandangannya ke laptop sang sulung juga, dan akhirnya ia mengerti.

pada layar laptop Halilintar, terdapat foto almarhum orang tua mereka, menggendong bayi kecil. apakah mungkin..?

"kakak, kakak rindu dengan ayah bunda ya?" Solar mempersilahkan dirinya duduk disamping Halilintar, sang sulung hanya tertawa meski masih menangis.

"ya, bisa dibilang begitu. apa lu gam ngerinduiin mereka juga?" tanya Halilintar dengan suara yang sedikit serak, ini membuat Solar ikut sedih.

"rindu, kak.. tapi aku ada kakak dan yang lainnya, jadi.. aku tidak begitu khawatir." ia menghentikan ucapannya, sebelum melanjutkan.

"kakak, kakak tau kan kalau kita juga ada buat kakak? kakak ngga sendiri loh." sepertinya memang ucapan ini yang diperlukan Halilintar saat ini, ia tersenyum kecil, mengacak rambut sang adik dengan gemas.

"iya, kakak tau kok, terima kasih, adik kecil Solar."

ah..

tunggu sebentar, kenapa ia merasa malu tiba tiba?

"kak, aku udah besar loh, bukan anak kecil lagi.."

"hm? kamu masih imut menggemaskan di matanya kakak?"

"tapi aku udah mau─"

"adik kecil."

"kak, u-udah dong.."

"adik kecil Solar"

"k-kak Alin..?"

"manisnya, adik bungsuku~" goda Halilintar, mencubit pipi sang adik, yang mendapat rengekan dari Solar.

"k-kakk! udah, udahh!! kak Alin tua, jelek!"

"iya iya bawel, jangan teriak teriak, udah malem loh. mau seisi rumah bangun?"

"yaudah sih, biar ketahuan kak Alin bucin adek!"

"kalau lucu kayak kamu, siapa sih yang engga gemes? adik Nata kesayangannya kakak?"

"KAK?!!?"

Halilintar tertawa puas, ia berhasil menggoda sang adik sampai kedua pipi tembamnya memerah.

Solar sebenarnya kesal, tapi karena Halilintar sudah tidak menangis, ia rasa ini adalah hal baik, ia memukul lengan sang sulung kesal, sebelum menempel pada kakaknya, ia memeluk lengan kirinya Halilintar, dagunya beristirahat di pundak sang sulung, sebelum bertanya.

"kakak, yang digendong itu kakak kah? kakak lucu banget dulu pas masih kecil.."

"itu kamu, Solar."

eh?"

The End.

The End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝘽𝙤𝙀𝙡 & 𝘽𝙤𝙁𝙪 𝙄𝙣𝙩𝙚𝙧𝙖𝙘𝙩𝙞𝙤𝙣'𝙨 ʚɞTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang