Sebenarnya, di antara ketiga sulung anak Amato, mereka sama-sama memiliki gengsi yang tinggi meskipun berbeda kadarnya.
Urutan pertama yang pasti adalah Halilintar, si paling sok tidak membutuhkan afeksi meskipun hatinya doki-doki.
Kalau Taufan dan Gempa sih sangat senang untuk memanjakan adik-adik mereka, meskipun mereka juga sangat susah jika mereka yang disuruh bermanja ria. Malu, katanya.
Tapi, ada kalanya mereka bertiga saling bermanja satu sama lain.
. . .
Gempa sakit.
Setelah disibukkan dengan berbagai macam kegiatan organisasi dan tumpukan tugas, akhirnya Gempa tumbang juga. Badannya demam tinggi, hidungnya meler dan suaranya serak. Ia susah untuk menggerakkan badannya walaupun hanya untuk turun dari kasur, kepalanya pusing sekali, Gempa jadi merasa seperti zombie sekarang.
Tadinya Gempa itu kekeh mau masuk kuliah juga, beralasan ada hal ingin ia sampaikan pada teman satu organisasinya. Namun, ancaman dari Halilintar yang berkata bahwa dia akan mengikat Gempa di kasur membuat Gempa mau tidak mau menjadi adik penurut, soalnya ancaman Halilintar itu tidak main-main.
Jadinya, tali rapia yang rencananya akan digunakan sebagai barang utama, kini masih tersimpan rapih di dalam gudang. Ponsel Gempa juga disita oleh Halilintar beralasan bahwa ia harus istirahat total.
"Udahlah, mendingan kamu nurut sama abang. Badanmu itu sekarang ditoel dikit langsung jatuh, sok-sokan mau masuk kuliah juga, rajin amat." Taufan berujar, tangannya merapihkan selimut Gempa yang terdiri dari dua lapis.
Gempa menghela nafas, ia pasrah. Yah, mungkin istirahat memang cocok untuk dirinya saat ini, toh besok itu hari libur, dan juga dosen yang seharusnya masuk hari ini telah mengganti dengan tugas yang sudah ia kumpulkan kemarin. Jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
"Udah ya, adik. Kamu diam di sini jadi anak baik, semoga cepat sembuh."
"Abang Upan berisik.." protes Gempa parau membalas ucapan Taufan.
Taufan menaikan sebelah alisnya.
"Jangan banyak protes, mending kamu tidur kalo mau cepet sembuh. Jangan bandel, istirahat, kalo kamu bandel aku bakalan beneran nyuruh Hali untuk ngiket kamu."
Taufan memberikan wejangan, Gempa memang sedikit keras kepala, jadi ia harus memberikan sedikit ancaman supaya adiknya itu menurut.
Kali ini Gempa menuruti perkataan Taufan, ia menyamankan posisi berbaringnya lalu memejamkan mata untuk tidur. Dan dengan begitu, Taufan keluar dari kamar Gempa untuk berangkat ke kampus bersama Halilintar sebelum kakak sulungnya itu mengamuk karena ia kelamaan turun.
•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•
Langit sudah berubah menjadi warna keorenan ketika Halilintar dan Taufan akhirnya selesai dengan kegiatan mereka di kampus, hari ini mereka berdua benar-benar sangat sibuk. Dosen mereka sama-sama menambahkan jam kuliah sebagai pengganti hari libur besok.
Tidak cukup dengan itu, dosen mereka juga memberikan tugas dengan alasan mahasiswa harus produktif. Sudah gitu kegiatan organisasi mereka juga sedang padat-padatnya.
Sepanjang jalan, Halilintar yang biasanya mengeluarkan aura hihim demdud, kini berganti dengan aura "awas anjing galak". Taufan pun sama, wajah yang biasanya penuh friendly juga seperti ada tulisan "berani senggol? Lu gue bacok" di dahinya.
Ketika mereka berdua bertemu di parkiran untuk pulang, keadaan mereka sangat memprihatinkan. Wajah kuyu dengan mata sayu, ekspresi tidak bersahabat, dan rambut serta baju yang acak-acakan. Kayak gembel, hehe. Kasian, beneran pusing mereka tuh, butuh istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✧𝘽𝙤𝙀𝙡 & 𝘽𝙤𝙁𝙪 𝙄𝙣𝙩𝙚𝙧𝙖𝙘𝙩𝙞𝙤𝙣'𝙨
Random‧ ⊹¨ ⧼ˋ ʙᴏᴇʟ & ʙᴏғᴜ. ˒ ⧽ ♪ ˎ✦ ꞌꞋ ࣪⋒⋒─ꜤDesk:⤾☁︎︎ ࣪ ▸ ִֶָ Hanya berisi tentang daily life/kehidupan para Boel & Bofu. Kurang suka? skip. Suka? jangan lupa votement ya reader's ^_^ ✁‑-‑-‑-‑-‑-‑-‑-‑-‑-‑-‑ _____________________________________ ∘₊✧─────...