Sekamar

21 0 0
                                    

Halo halo....

Koreksi aja jika ada typo yaa

Happy Reading!

***

~Perfect Husband~

Malam harinya Mita, Arkan, Fatimah dan Anissa kembali berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi bersama sembari bercerita banyak hal, sebelum tidur.

"Mama ga mau pulang aja?" Tanya Mita untuk yang kesekian kalinya. Ia masih berharap mama dan mertuanya tidak jadi menginap.

Fatimah menatap Mita kesal, "Kamu nih kenapa sih. Mamanya mau nginep disuruh pulang terus,"

"Iya, nih. Mita ga suka ya kita nginap?" Tanya Anissa.

"Duh, bukan gitu. Papa sama Papa Umar kasihan di rumah sendiri nanti," jawab Mita memberi alasan.

"engga lah, sehari doang,"

Disisi lain Arkan hanya diam tanpa membantu Mita. Ya soalnya dia juga merasa untung jika orangtua mereka menginap. Mau tidak mau, Mita harus satu kamar dengannya. Hal yang sudah ia tunggu-tunggu.

"Ya udah, malam ini kita tidur bertiga gimana. Mama, Mama Anissa sama aku. Asik ga sih rame-rame," kembali Mita mencari-cari alasan lain agar tidak harus tidur bersama Arkan. Dia masih tidak siap, pasti akan sangat canggung.

"Mana boleh gitu, tidur sana di kamar kamu sendiri aja. Sama suami kamu itu,"

Ya kamar gue sendiri kan emang itu, mana ada sama Arkan. Batin Mita frustasi.

"Udah ah, mama ngantuk, nih. Tidur yuk mbak," ajak Anissa. Lantas Mita semakin panik, bingung alasan apalagi yang harus ia pakai.

"Ayo, Nis. Ini Mita juga lama-lama ga jelas, ngantuk kamu tuh tidur aja sana," suruh Fatimah pada Mita. Lalu Fatimah beranjak bersama Anissa menuju kamar yang seharunya merupakan kamar Mita, meninggalkan sepasang suami istri itu.

Mita pun menatap kepergian mereka tanpa bisa mencegah. Sudah tidak ada lagi alasan dia untuk menolak tidur bersama Arkan. Mita pun menatap Arkan kesal.

"Lo tuh kenapa ga larang mama mau nginep sih! Bilang dong ga boleh," ucapnya kesal.

Arkan menatap bingung. "Memangnya bisa? Kamu sendiri tadi kasih banyak alasan mereka tetap keukeuh, kan. Lagipula ga sopan kita tolak mereka," jawabnya santai.

"Ah, pokoknya ga mau tidur bareng. Lo disini aja, gue di kamar," Mita beranjak.

Namun belum sempat Mita berjalan meninggalkan Arkan. Tangannya sudah lebih dulu ditahan sang suami. Ia lalu menoleh menatap Arkan bertanya.

"Ga bisa gitu, nanti kalau mama turun kebawah atau besok mereka bangunnya lebih awal sebelum kita, mau kasih alasan apa coba?" Arkan mencoba mempengaruhi Mita. Mereka harus tidur satu kamar malam ini, dan dia harap akan berlanjut selamanya.

Mita tampak berpikir. Benar juga, mamanya itu sering terbangun dini hari. Entah untuk mengambil minum atau sekedar mengecek Mita dan Zidhan di kamar mereka. Sudah kebiasaan mamanya dari dulu.

"Y-ya udah deh, terserah lah," ucapnya pasrah. Dia sudah tidak bisa memberi alasan lagi.

Arkan tersenyum senang. Ia menarik Mita menuju kamarnya tanpa ada penolakan. Syukurlah, tampaknya gadis itu sudah menerima keadaan mereka malam ini. Disisi lain Arkan juga ingin tertawa melihat ekspresi Mita yang terlihat sangat tertekan itu, tampaknya sudah pasrah saja.

PERFECT HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang