Hari Terakhir

300 61 12
                                    

Taufan tak tau kapan Halilintar dan orang tua mereka akan kembali dari rumah sakit, tetapi dia tau jika dia masih harus mengurus saudara-saudaranya pagi ini. Gempa, yang sudah mulai pulih, kembali membantunya dalam mengurus saudara-saudara mereka. Jelas Taufan tak akan memaksa Gempa melakukan banyak pekerjaan ketika dia baru saja sembuh dari sakit. Tugas Gempa hanyalah membangunkan saudara-saudara mereka selagi Taufan membuat sarapan bagi mereka semua. Entah metode apa yang Gempa gunakan untuk membangunkan Blaze dan Ice, tetapi dia berhasil melakukannya dengan cepat tanpa memerlukan seember air sebagai ancaman. Dia perlu belajar dari Gempa cara untuk membangunkan kedua adik mereka yang sangat bandel itu.

Untungnya mereka tak perlu pergi ke sekolah hari ini, setidaknya Taufan memiliki sedikit waktu untuk bersantai selagi menunggu kepulangan Halilintar dari rumah sakit. 

Atau begitu pikirnya.

Mengapa dia lupa jika apa yang dia harapkan menjadi jarang terjadi belakangan ini?

Pagi itu, Blaze membuat keributan mengenai ayam-ayamnya yang kabur. Taufan harus  berlarian di sepanjang halaman demi menangkap ayam-ayam milik Blaze sebelum mereka mulai mencakar kebun bunga milik Ibu mereka.  Ingin rasanya dia memotong semua ayam peliharaan milik Blaze, tetapi dia tak melakukannya karena tau itu hanya akan membuat adiknya sedih juga marah padanya. Taufan tidak mau menambah masalah.

Itu pagi yang melelahkan, sama seperti minggu ini.

Entah kapan berakhir.

Mereka juga harus membersihkan rumah untuk membuktikan pada orang tua mereka jika mereka telah menjadi anak baik selama ini. Benar-benar hari yang sangat sibuk.

Hampir tengah hari, ketika Taufan tengah memikirkan apa mereka harus memasak atau memesan makanan, Ayah dan Ibu tiba bersama Halilintar. Keempat adiknya terlihat begitu bersemangat juga gugup pada saat yang bersamaan. Mereka merindukan Halilintar dan kedua orang tua mereka.

Pintu mobil terbuka, memperlihatkan Halilintar yang terlihat masih lemas dengan kakinya yang dipasangi semacam gips, dia melambai pada mereka saat menyadari mereka memperhatikannya. Ayah bergegas membuka bagasi mobil dan mengeluarkan kursi roda sementara Ibu mengeluarkan barang-barang mereka dari mobil. Taufan dan Gempa bergerak lebih dahulu, membantu Ibu mereka membawa barang-barang. Pada saat itu, keempat adiknya tak bisa menahan diri lebih lama lagi dan mulai berlari ke arah Halilintar. Mereka terlihat akan menangis, membuat Taufan berpikir jika kakaknya itu tengah sekarat dan akan segera mati padahal hanya kakinya yang patah.

"Jangan kerumuni Kak Hali dulu ya." Ayah berkata untuk membuat adik-adiknya menyingkir. Taufan kagum pada Ayah saat dia menggendong Halilintar keluar dari mobil dan mendudukkannya di kursi roda. Melihat dari dekat, kulit Halilintar sedikit pucat dan dia tampak lelah. Pasti berat hanya bisa berbaring selama seminggu di rumah sakit.

Perhatian Taufan teralihkan saat dia merasakan tepukan di pundaknya. Sang Ibu adalah orang yang melakukannya, dia tersenyum hangat pada Taufan seperti yang selalu dia lakukan, "Terima kasih ya, Taufan. Kamu sudah jadi kakak yang baik."

Sebenarnya Taufan merasa matanya memanas dan dia ingin sekali menangis, tetapi Taufan tau untuk tidak melakukan itu di depan orang tua dan saudara-saudaranya. Mungkin saat nanti hanya dirinya dan sang Ibu, dia akan menceritakan betapa lelahnya dia selama seminggu ini dan berjanji untuk lebih perhatian pada Halilintar karena kakaknya itu pasti sangat lelah menjadi sulung dari 6 orang adik. Dia juga akan berjanji untuk membantu Ayah dan Ibu dengan lebih rajin lagi agar mereka tidak begitu lelah mengurus mereka semua.

Rumah menjadi jauh lebih ramai setelah kepulangan Halilintar. Blaze dan Duri tidak bisa berhenti bertanya pada Halilintar dan tak mau meninggalkan Halilintar sendirian. Gempa sudah berusaha sebisa nya untuk membuat kedua adik mereka membiarkan Halilintar beristirahat, tetapi tak banyak yang bisa dia lakukan. Ayah sedang tertidur di lantai dengan Ice yang memeluknya, seperti takut Ayah akan pergi. Sementara Solar membaca buku di kamar ketiga kakaknya. Walau tak menunjukkannya, Taufan tau adik bungsunya itu khawatir pada Halilintar. Dan tindakannya saat ini hanya memperkuat pemikiran Taufan, mungkin saja Solar khawatir ada sesuatu yang akan terjadi pada Halilintar jika dia tidak mengawasinya. Padahal Gempa sudah melakukan hal itu juga.

Berat (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang