Aku tidak fokus pada majalah yang ku baca di saat ada seorang gadis muda dan cantik sedang berjemur di depanku. Dia tidak peduli dengan keadaan ku yang tidak nyaman. Di sini, dengan jarak lima meter aku bisa melihat tubuh Julia yang hanya berbalut bikini Two piece.
Tenggorokanku mengering, aku seperti pria cabul yang sesekali mengintip kearahnya. Majalah bisnis yang ku pegang sedikit berguna untuk menutupi penisku yang membesar.
"Penisku sakit." Aku tanpa malu mengatakannya setelah mencoba menahan diri untuk menutupinya.
"Bukan urusanku." Jawabnya tanpa sedikitpun melirikku. Dia dengan percaya dirinya berjemur di depanku, lebih tepatnya di dekat kolam renang rumahku. Aku tidak tahu ide apa yang merasukinya, datang pagi-pagi lalu memakai kolam renangku tanpa ijin.
"Menurutku kau harus sedikit bertanggung jawab." Aku tidak bisa melihat matanya yang tertutup kacamata hitam. "Apa kolam renang rumahmu kotor?"
Julia melepas kacamatanya dan duduk di kursi untuk menatapku. "Aku melihat mereka bercinta di kolam renang kemarin malam." Dia kembali memakai kacamatanya dan kembali berbaring di kursi seperti tidak terjadi apa-apa.
Penisku langsung layu mendengar jawaban Julia. Airin dan Baskara di kolam renang? Aku yang mendengarnya langsung jijik apalagi putrinya sendiri yang melihat langsung.
"Lalu kau tidak muntah?" Aku mendekat pada nya untuk berdiri dan menghalangi sinar matahari yang menyorot wajahnya.
Dia sangat cantik dengan wajah tenang seperti ini.
"Minggir." Katanya melepas kacamata. Julia duduk dan kita saling berhadapan, aku melihat wajahnya yang kesal, lalu leher putihnya yang jenjang, dan belahan dada nya yang menggoda.
"Berhenti menatap dadaku."
Aku menyeringai setelah ketahuan olehnya. "Apa payudaramu masih perawan?" Aku perlahan mendekat.
"Bodoh," Berbaring kembali. Aku yang sudah berdiri di depannya langsung duduk sebelahnya yang masih menyisakan ruang. "Julia, payudaramu masih perawan? Apa ada yang pernah menjilatnya?" Aku mencengkram kedua sisi kursi untuk mengurung tubuhnya agar tidak bisa lari.
"Apa payudaramu sudah merasakan penis? Aku bisa menggosoknya." Bisikku di dekat telinga kanannya. Julia bernapas cepat dan jari-jarinya mengepal.
Aku tersenyum.
"Ayo katakan, Julia." Desakku mencium ujung telinganya. Tubuh Julia gemetar tapi tidak ada suara. Dia pasti menahan erangannya. "Aku bisa menghilangkan gatal di payudaramu, kau tinggal pilih."
"Penis atau mulutku?" Aku mundur beberapa centi untuk melihat wajahnya. Julia menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara yang keluar.
"Julia?" Aku ingin sekali mendengar jawabannya untuk segera berhenti.
"Mana yang menurutmu lebih baik?" Julia mendekatnya wajahnya lalu mencium pipiku. "Aku siap mencobanya."
Mendengar jawaban Julia, tanpa pikir panjang aku langsung menunduk untuk mencium belahan dadanya.
*
Sungguh hari yang sial untuk minggu ini, beberapa masalah timbul di kantor saat aku kembali. Project yang seharusnya deal minggu ini terpaksa di tunda dengan alasan tidak masuk akal. Mr. Kent yang seharusnya datang untuk tanda tangan kontrak, menunda kedatangannya dengan alasan pribadi.
Sejujurnya aku sedikit tidak suka saat orang-orang bersikap tidak profesional dengan pekerjaannya apalagi melibatkan urusan pribadi.
Tok tok tok
Aku mendongak dari halaman kertas yang berisi perjanjian saat mendengar langkah kaki semakin mendekat.
Aroma parfum nya sudah memenuhi hidungku dan aku hapal siapa yang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Julia
Fanfiction17+ "Kau akan menyesal dan suatu hari nanti kau tidak bisa menolak menjadi suamiku." "Julia.. " Aku membuka kenop pintu dan meninggalkannya.