Melayani

1.4K 194 64
                                    

Walaupun gak sesuai target, tetep aku up karena angkanya cantik
70 vote 7 komentar

Untuk bab ini aku mau komen yang banyak
Spam komen juga gpp

Selamat membaca

💜💜

.
.








Pemuda pemilik rahang tajam, berwajah bulat, senyum manis, baru saja turun dari mobilnya. Sebelum meninggalkan mobil yang ia tumpangi, ia melambaikan tangan pada orang yang duduk di kemudi.

Kim Seokjin memiliki tugas memantau perkembangan proyek Park Corp, hari ini. Ia mengenakan kemeja putih bergaris dan celana kain creme dengan sepatu kulit senada dengan celana yang ia kenakan.

Ia disambut mandor yang langsung memberikan salam untuknya.
"Kebetulan sekali, Tuan Jungkook juga baru sampai!" ucapnya.

Kerutan di dahi Kim Seokjin tampak jelas, saat sang mandor mengatakan bahwa Jungkook sudah tiba di lokasi sebelum dirinya. Di mana kewarasan Jeon Jungkook sekarang?

Kim Seokjin mempercepat langkahnya menuju tempat Jungkook. Pemuda berprofesi arsitek itu sedang berbicara dengan kepala pengawas. Sambil menunjukkan rancangan yang telah ia buat di atas kertas lebar.
Si kepala pengawas mendengarkan dengan seksama, arahan dari Jungkook. Keduanya tak menyadari kedatangan Seokjin, yang terus menatap Jungkook dengan pandangan takjub.

Rekan kerjanya itu sangat sulit untuk diajak turun langsung ke lapangan. Selalu Kim Seokjin yang mengambil alih pekerjaan Jungkook yang berurusan langsung dengan pekerja. Bahkan rapat dengan penanam modal, Jungkook jarang sekali datang tepat waktu. Jungkook pemalas yang gigih. Terdengar ambigu memang, tapi itulah kenyataan.

"Mimpi apa kau semalam?" Seokjin berbicara dari belakang setelah melihat Jungkook.

Pemuda Jeon menoleh, segaris senyum diberikan pada Seokjin. Tanpa jawaban ia mengabaikan kehadiran Seokjin dan lebih memilih menyelesaikan rapat kecilnya dengan kepala pengawas.

"Oh, iya. Pekerja bernama Kim Taehyung tidak masuk hari ini?" Jungkook bertanya setelah pembahasan rancangan gedung usai.
Si kepala pengawas membenarkan, sambil menggulung kertas berisi sketsa bangunan yang dibuat Jeon Jungkook.

"Mungkin besok dia sudah bisa bekerja kembali," sahut kepala pengawas, setelah menyerahkan gulungan kertas panjang itu pada Jungkook.

"Jika dia datang kemari, berikan alamat rumah Paman Park padanya. Agar ia bisa mengambil motornya, sekalian membantuku mengecek keran yang bocor."

"Baik, Tuan Jungkook." Si kepala pengawas, mengangguk. Sebelum pergi ia menyempatkan diri menyapa Seokjin yang pandangannya masih tak menyatu dengan pikiran.

Ia mendengar apa yang diucapkan Jungkook pada kepala pengawas. Mencoba mencernanya, namun tidak bisa. Melihat wajah Seokjin yang cengo. Jungkook menepuk pundak pemuda itu, untuk menyadarkannya.

"Apa yang kau pikirkan?" Jungkook bertanya, sembari menarik lengan Seokjin menjauh dari kawasan proyek.

"Itu-"

"Bagaimana bisa motor gebetanmu ada di rumah Paman Park?"

"Hehe." Jungkook nyengir lebar.

"Nanti aku ceritakan detailnya. Ayo, kita ke tempat makan, aku lapar," ajak Jungkook tanpa mendengar persetujuan Seokjin. Langsung membawa pemuda itu ke tempat mobil Jungkook terparkir.

.
.

Saban hari, saat Taehyung jatuh dari motornya dan membuat mobil Paman Park lecet, ia telah mendapat tekanan dari mertuanya. Dibebani pula dengan wajah murung isterinya, yang tidak mendapat hadiah valentine karena coklat dan bunga yang Taehyung beli terlempar ke jalan.

Pelakor VipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang