Semakin Dekat

1.2K 192 26
                                    

Dalam sepekan terakhir Jeon Jungkook mengalami perubahan yang signifikan. Bangun terlalu pagi dari biasanya, pergi ke tempat kerja lebih awal, memperhatikan para pekerja, bahkan lembur untuk sesuatu yang bisa ditunda. Hanya untuk menyenangkan hatinya sendiri.

Dengan melihat Taehyung lebih lama, Jungkook merasa dunianya seakan berarak di perbukitan penuh bunga. Keindahan ragawi seorang Kim Taehyung, tak ubahnya bagai lautan madu yang membuat Jungkook kehausan. Ingin mencicipi manisnya meski sebentar.

Setelah pertemuan di rumah Paman Park, perihal keran yang bocor. Jungkook dan Taehyung semakin dekat, terlampau dekat daripada pekerja lainnya.

Seperti saat ini,
Jungkook menyodorkan botol air mineral yang baru ia beli di supermarket terdekat. Sekotak nasi dengan lauk sederhana, sudah ada di genggaman Taehyung. Ia duduk di bawah pohon, beralaskan tikar yang memang ia bawa sebagai tempatnya beristirahat.

Jeon Jungkook duduk di sebelahnya, menyelonjorkan kaki. Memegang teh kotak beraroma melati, menyeruputnya sesekali sambil melihat para pekerja mencari tempat teduh untuk istirahat makan siang.

Beberapa pekerja mulai tidak asing dengan kedekatan mereka. Jungkook dengan sukarela mengaku, jika Taehyung adalah teman sekolahnya. Padahal itu bullshit. Jungkook belum pernah bertemu Taehyung sebelumnya. Jika mereka kenal lebih awal, mungkin Jungkook tak akan menjomblo di usia 25. Ia akan mati-matian mendapatkan Taehyung sebagai kekasihnya. Hari ini pun, di saat Jungkook tahu Taehyung telah beristri. Ia masih tetap melakukan usaha semaksimal mungkin, untuk selalu berada di dekat pria itu. Tujuan yang tidak lazim, yaitu berbagi ranjang bersama.

"Anda sudah makan siang?" tanya Taehyung. Atas dasar pertemanan, Jungkook meminta Taehyung untuk tidak memanggilnya tuan, dan lebih memilih memanggil nama saja. Agar tak ada jarak di antara mereka.

"Melihatmu makan sudah buatku kenyang!" sahut Jungkook, ringan tanpa dosa.

"Uhuk!" Taehyung terbatuk, reaksi normal jika mendengar rayuan dari mulut manis dan senyum legit seperti Jungkook.

"Anda pandai bercanda!" Taehyung menelan susah payah, nasi yang nyangkut di tenggorokannya. Ia mendorong paksa nasi itu masuk ke dalam perut, dengan bantuan air mineral.

"Iya, iya. Aku memang pandai bercanda." Jungkook menimpali dengan senyum lucu yang dibuat-buat.

Seokjin berlari-lari kecil begitu turun dari mobilnya. Di tangan kirinya ia mendekap sebuah dokumen terbungkus bantex hitam.

Wajahnya berseri-seri, menandakan ia membawa kabar baik untuk Jeon Jungkook.

Tapi senyumnya memudar, berganti dengan wajah heran. Saat melihat temannya itu sibuk berbincang dengan salah satu pekerja yang terhitung masih baru. Hal yang mustahil dilihat, kini bisa Seokjin saksikan. Kedua pria itu berbagi air di botol yang sama.

Tidak bisa dipercaya, gumam Seokjin dalam hati.

"Bisa aku pinjam Jungkook sebentar?" Seokjin memutus gelak tawa mereka, dengan tatapan tak nyaman.

Jeon Jungkook secara refleks menoleh, lalu memberi kode pada temannya.

Taehyung merasa mereka akan melakukan pembicaraan yang penting. Sebagai pekerja biasa, ia tentu tak akan mengganggu obrolan mereka.

"Tuan Jungkook, aku akan kembali bekerja. Terima kasih airnya!" Taehyung membawa sisa air di botol mineral, menunjukkannya pada Seokjin. Agar pria berwajah kotak itu tidak curiga, dan berpikir bahwa mereka hanya sekedar berbagi minum. Bukan berbagi hal lain, apalagi berbagi tempat tidur.

Seokjin melihat punggung tegap Taehyung yang menjauh, setelahnya melihat mata Jungkook yang masih mengawasi kepergian Taehyung.
"Dasar bucin!" ledeknya, umpatan kecil yang tak mampu menggoyahkan seorang Jeon Jungkook.

Pelakor VipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang