32 - Perkumpulan Empat Marga Besar
Hari ini adalah waktunya. Waktu yang di mana perkumpulan empat marga besar terlaksana. Terlaksana di sebuah mansion besar, dan terletak di tengah hutan buatan.
Dimitri sudah siap mempersiapkan segalanya. Sekarang, mereka telah sampai di mansion tempat perkumpulan itu terlaksana.
Mobil-mobil mulai memasuki gerbang besar. Orang-orang berbaju hitam senantiasa mengelilingi sekeliling mansion itu, serta aula mansion yang dihias begitu cantik dan elegan untuk perkumpulan. Ruang rapat juga sudah selesai di persiapkan, terutama agar tidak adanya pengintaian.
Apalagi media yang mulai bergerombol di luar gerbang utama.
Mobil milik Dimitri telah tiba di depan pintu utama. Mobil di bagi menjadi tiga bagian. Mobil paling depan adalah mobil yang berisi Fransisco dan Margareta, sebagai kepala keluarga Dimitri.
Mobil kedua berisi Theodore, Lauriel, Marcellus, dan Miguel. Mobil terakhir, Damien, Danielo, Eleander, juga Sylvester. Mobil secara teratur terparkir oleh sang sopir.
Para Dimitri melangkah angkuh di atas karpet merah menuju aula utama. Sylvester berjalan di dampingi oleh Eleander, kakak keduanya itu bersikeras untuk bersama dirinya.
Diam-diam Sylvester berdecak kagum, melihat aula besar yang dihias cantik dan elegan. Tapi, yang membuatnya risih adalah tatapan dari orang-orang, tatapan itu seakan ingin memakannya.
'Serem.'
Dirinya bergidik ngeri, tapi segera pupus karena Lauriel yang menggenggam lembut tangan kanannya. Lauriel terlihat tersenyum hangat guna menenangkan Sylvester.
Lauriel dan Sylvester duduk di sofa panjang di pojok kiri aula, sehingga mereka berdua dapat melihat keseluruhan aula. Yang lain sudah berpisah dan hanya meninggalkan titah untuk Sylvester. Dirinya jadi teringat titah Fransisco dan yang lainnya.
'Jangan pergi sendirian, selalu bersama Riel. Jangan minum beralkohol, belum legal. Kalau merasa tidak nyaman bilang, kalau risih bilang, kalau ada yang ingin di lenya-'
Sampai Lauriel menghentikannya sebelum menjadi sangat panjang juga memakan waktu.
"Cute boy," panggil Lauriel. Guratan khawatir samar terlukis di wajah cantiknya. Sylvester mengangkat alis, menatap kedua netra sang mommy.
"Ingin pergi? mommy tahu cute boy tidak nyaman." Lauriel mengelus surai nya, memegangi tangan kanannya. Sylvester menggeleng pelan.
"It's okay mom, Syl tidak apa-apa."
Pernyataan Sylvester tidak menyurutkan kekhawatiran Lauriel, tapi sang keponakan masih bersikeras, dirinya hanya bisa mengelus surai Sylvester dan memegangi tangannya.
Sedari tadi banyak orang yang mendatangi keduanya. Sekedar mengobrol ringan dengan Lauriel juga membangun hubungan sosial, walau kadang ada yang menanyakan diri Sylvester. Sylvester sendiri hanya memaklumi, dirinya belum di publikasikan di khalayak, jadi sedikit yang mengenal dirinya.
Sylvester menyenderkan punggungnya ke sofa, ia menyantaikan posisi duduknya, netranya mengamati Lauriel yang sedang berbincang bersama teman perempuannya.
Lauriel sekarang ini sangatlah cantik di balutan dress nya, Margareta juga dengan paras tak termakan usianya. Yang lain memakai jas hitam keren, tapi kenapa dirinya di pakaikan jas putih? padahal dirinya sudah membayangkan betapa kerennya saat tubuhnya terbalut jas hitam.
"Huh...." hela nafasnya lirih. Lauriel menoleh, ia langsung bertanya;
"Cute boy, ingin pergi?"
Sylvester langsung menegakkan punggungnya setelah mendengar pertanyaan Lauriel tadi.
"Tidak, tidak apa-apa mom."
Lauriel tidak percaya, Sylvester masih berusaha untuk menyakinkan nya. Bagaimana pun juga, Sylvester tidak ingin dirinya mendapat cap buruk karena tidak hadir hanya karena tidak nyaman.
"Oh, siapakah ia Riel?" Teman Lauriel bertanya, ia duduk di sampingnya lagi Sylvester.
"Keponakanku." Lauriel menjawab, sedikit melirik tajam temannya yang seenaknya duduk di samping keponakan manisnya. Lihatlah, temannya itu malah terkekeh sebagai tanggapan.
"Keponakan ya..."
"Anak manis, nama mama Dorothea William, panggil mama. Senang bertemu denganmu." Dorothea tersenyum senang. Netranya asik mengamati anak manis di sampingnya ini.
"Nama saya Sylvester Dimitri." Sylvester balik memperkenalkan diri, ia sedikit mendekat ke Lauriel. Dorothea peka, dirinya sedikit mengurangi sikapnya tadi.
"No, no. Tidak usah formal," tekannya. Sylvester tidak menanggapi, ia tatap Lauriel.
"Sshh... Tidak apa-apa," bisik halus Lauriel. Sylvester agak ragu, tapi dirinya tetap mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain.
"Oke, m-mama."
Dorothea tersenyum lebar sampai netranya menyipit. Walau anak manis di depannya masih agak kaku, tapi tak apa, yang penting ia ada di sampingnya.
"Syl, mau coba kue?" Dorothea menyodorkan kue stoberi. Sylvester menerimanya dengan baik dan senyum. Lauriel masih setia di sampingnya, masih dengan senyum hangatnya.
"Thea, sebentar lagi para pria akan berkumpul," ujar Lauriel. Dorothea mengangguk-angguk, ia menatap tengah aula.
"Lihat, sebentar lagi."
Sylvester mengkerutkan keningnya, ia menggigit garpu. Sadar dari perilakunya, Sylvester melepas gigitannya.
"Mom, memang bakal ada apa?"
"Sebentar lagi pembukaan akan dilaksanakan," jelas singkat Lauriel.
'Hm.... pembukaan toh.'
✿✿✿Bersambung...
Aku mau bilang, sowri. Sowri karena kedepannya bakal ada lebih banyak nama karakter baru yang akan aku munculkan (。•́︿•̀。)
Hehe, sowri ya (・∀・)
Btw koK, AKU BACA DOKJA DI WEBTOON KOK MAKIN LAMA TU BULU MATA MAKIN LENTIK AJA ANJIRR.
MAKIN CYANTIK AJA SI DOKJA DI WEBTOON. DITAMBAH NOVEL ARTNYA LAGI, KAN KAyak... AARGGHH pengen ngereog aku tuh tiap kali mantenginnya ༎ຶ‿༎ຶ
Apalagi aku ngetik sambil di pandangin sama Dokja, mleyot mulu dah (人 • U • )
Hehe, udah, bye ...!!! (。•̀ヮ' ) ✧.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Sylvester [Tamat]
FanfictionKisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu bata saat dirinya sedang mengendarai mobilnya menuju rumah kecil miliknya. Kala Ernest mengharap kema...