4

3 0 0
                                    

*

"ekhem" Mas Arkaan batuk yang ku tau pasti bahwa itu disengaja, mungkin berniat memecah suasana canggung ini

aku yang juga merasa perlu memecah suasana tersebut pun berinisiatif untuk membuka percakapan, "ini langsung ke rumah kamu?" tanya ku kikuk

"bego banget pertanyaan nyaa kiaraa" batin ku berteriak malu

"rumah kita" sanggahnya membuatku menoleh sejenak

"he'em" aku mengangguk malu mendengar tanggapannya

aku kembali menoleh menatap mas Arkaan yang tengah serius menyetir membelah jalan ibukota

aku hanya masih tak menyangka, sosok berkemaja rapi di samping ku saat ini adalah Arkaan Al Fatih yang dahulu selalu menjadi materi yang diberikan guru untuk memberikan contoh tidak baik di sekolah

aku kembali mengingat kala mas Arkaan dengan rambut ikal jambulnya yang selalu saja berhasil lolos dari gunting pak Sugeng selaku guru kedisiplinan, rambut jambul ini hilang, kali ini hanya rambut ikal yang telah dipotong rapi.

"Kiara?" suara mas Arkaan membuyarkan lamunan ku tentang dirinya

"hah?"

Mas Arkaan terdiam beberapa detik hingga aku tak sadar bahwa telapak tangannya yang tak memegang setir telah beranjak hingga tak jauh dari tangan ku

lampu merah menyala menandakan mobil ini harus berhenti. Mas Arkaan menoleh seakan meminta izin, "boleh?" tanya nya, yang aku tak mengerti apa maksudnya

lagi lagi reflek bodoh ini kembali, "hah?"

"pegang tangan kamu" jawabnya kikuk tak berani menatap tepat pada mata ku

melihat pemandangan ini depan mata membuatku teringat kenangan interaksi kami kala SMA yang dapat dihitung dengan jari, matanya yang tak pernah bisa menatap ku lebih dari 5 detik

"malu malu tapi mau ni cowo"

tanpa ragu, telapak tangan Kiara menggapai tangan Arkaan tanpa menjawab pertanyaan bodoh lelaki itu. mereka sudah menikah, untuk apa meminta izin untuk menyentuh? gas ajaa

Kiara menggenggam tangan Arkaan dengan lembut, baru ia sadari telapak tangan Arkaan sangat lebar dan kokoh. yang membuatnya menyernyit heran karena tangan ini terasa begitu kasar karena terdapat kapalan

"ini kenapa kapalan?" tanya Kiara sembari membuka telapak tangan itu dan mengelus bagian buku-buku jari yang terdapat kapalan

sedangkan Arkaan? ia berulang kali membasahi bibirnya yang kering dengan bola mata tak bisa diam dengan tenang di tempatnya, tak lupa jantung yang berpacu dengan cepat tanpa Kiara sadari

"Mas?" tanya Kiara kembali mengangkat kepalanya menatap sang suami

ia tersenyum miring karena menyadari lelaki di depannya sedang gugup luar biasa, itu terlihat jelas dalam jarak tak sampai 30 cm

"lampunya udah mau ijo ituuu mas Arkaan" peringat Kiara tersenyum lebar kepada suaminya

Arkaan yang sempat melihat Kiara tersenyum dengan begitu lebar reflek membuang wajahnya ke arah depan jalan raya dan dengan cepat kembali melajukan mobilnya

ia menelan ludah berkali-kali melihat tangannya dengan Kiara saling menggenggam, seutas senyum tak dapat disembunyikan lagi. Arkaan berhasil mendapatkan cinta pertama nya.

to be continue

mas arkaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang