8

3 0 0
                                    

*

Suara gemersik dedaunan memasuki indra pendengaran, silau cahaya mentari menerobos kaca jendela sedikit mengganggu tidur ku

Mata ku perlahan terbuka, sempat buram hingga semuanya jelas terlihat, ruangan nuansa hijau dan abu. Ia menunduk merasakan hangat di belakangnya dan tangan kekar melingkari pinggangnya

Oh hampir saja dirinya lupa bahwa ia sudah menjadi istri orang. Aku tertawa salah tingkah membayangkan kemarin malam saat suami bongsornya ini menguap ditengah ceritanya dan mengajaknya tidur.

Dengan inisiatif penuh, tak ingin membuat suami tersayangnya kelaparan, aku akan membuat sarapan sekarang!

Tapi sebelum itu, bagaimana caranya keluar dari kurungan tangan besar ini?

***

Aku memasak di dapur baru dengan cat nuansa abu biru dengan hati membuncah gembira. Hari ini adalah hari pertama kami sebagai pengantin baru

Malam tadi Mas Arkaan tidak selesai menceritakan kisahnya karena lelaki itu dan tentunya juga aku begitu mengantuk dan tertidur dalam pelukan bahu lebarnya. Tak henti-hentinya aku tersenyum membayangkan bagaimana aku tertidur tadi malam

Sekarang SUAMI KU masih tidur di kamar kami dengan damai, aku berusaha keras untuk keluar dari pelukannya demi memasak menu sarapan sebagai pengantin baru hari ini

"yeheyy! selesai roti bakar estetik untuk mas suami tercinta" Mata ku berbinar menatap mahakarya ku pagi ini

"saatnya bangunin suami nya aku~" Aku berjalan girang menuju kamar kami

"Mas Arkaan~ bangun doong~" panggil ku dengan nada manja menyolek nyolek lengan kekarnya

perlu diketahui! suami ku ini memiliki bahu dan lengan yang lumayan kekar dan wajah chubby, memiliki kesan tegas tapi lucu

Setelah beberapa lama aku berusaha membangunkannya dengan lemah lembut, akhirnya ia mulai terusik karena aku menusuk-nusuk pipi nya yang sedikit geradakan, tapi gapapa tetep ganteng kok

"Mas Arkaan?"

"hmm? kenapa?" Jawabnya masih setengah sadar

"Ayoo makan" Aku menarik tangannya berusaha membangunkan tubuh bongsor ini

Mas Arkaan duduk di kasur sembari mengedip beberapa kali seperti sedang memindai kembali ingatannya, sampai tak lama seutas senyum lebar disertai deretan giginya yang ikut terlihat

"Kita udah nikah ya?" Tanya nya dengan senyum lebar

aku mengangguk lucu menjawab pertanyaannya, "he'em!"

"yaudah ayok sarapan" Ajakan ku disambut anggukan antusias dari mas Arkaan

"hehe ayok!"

Ia menarik tangan ku dengan semangat menuju ruang makan

"Tadaa!! Sarapan kita!" ucapku antusias

Tak menunggu lama, mas Arkaan langsung menuju meja makan, dan bersiap menyantap sarapannya

"Jangan lupa baca doa" peringatku padanya yang sudah berbinar menatap lapar roti bakar dengan banyak hiasan di piringnya

Mas Arkaan menyantap roti bakar, begitu juga aku yang begitu senang karena kelihatannya mas Arkaan suka dengan rotinya

"Ini kenapa mas?" tanya ku melihat bekas luka yang terlihat sudah lama di tulang pipinya

Tangan ku reflek terulur menyentuh bekas luka tersebut

"Bekas luka, udah lama" jawabnya santai dan melanjutkan makanan membiarkan tanganku terus menangkup wajahnya tanpa merasa terganggu sama sekali

Karena tidak mendapat penolakan, aku mengelus pipinya lembut, "Ternyata begini maksudnya orang orang serunya nikah ya"

Mas Arkaan menaikkan tatapannya ke arah ku dan tersenyum, "Ini belum apa apa Kiaa" Ucapnya sambil tersenyum jail

"Kia?" Aku menaikkan alis meminta jawaban

"Panggilan sayang dari aku" Jawabnya tersenyum lucu melihatku yang tersipu malu malu

"Hari ini jadi beli isi rumah ga?"

"JADI! HARUS!" Jawabku begitu antusias

***

"Nanti mau beli apa aja?"

Saat ini kami tengah dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan

"Banyak? Lemari novel aku belum ada" Jawabku

"Kan di ruang kerja kamu udah ada bukan?" Mas Arkaan bertanya heran

"Tapi itu kecil, tadi udah aku susun buku bukunya, tapi ternyata masih sisa banyak buku yang belum masuk" Keluhku padanya

"Okeee deh nanti kita beli"

Radio melingkupi kami untuk beberapa saat

"Oh iya! Cerita kamu kemarin belum selesai tau"

"Udah sampe mana ya kemarin?"

"Baru sampe yang kita rapat tim aktif angkatan?" Aku mengerutkan dahi untuk mengingat cerita mas Arkaan kemarin malam

"Duh, masih panjang banget itu ceritanya. Emang kamu ga bosen dengernya?"

"Engga kok, aku jabanin dengerin dongeng kamu" Aku tersenyum menampilkan deretan gigi, bersiap mendengar cerita selanjutnya

"Tapi aku yang ngantuk nyeritainnya. Ceritanya panjang, nanti akhirnya kamu bakal tau pelan pelan kok" Ucap mas Arkaan menatap ku sekilas dan kembali fokus pada jalanan

"Akhirnya itu berarti sampe nanti nanti nanti nanti gitu?" Tanya ku memberengut

"Iya. Tapi pas kamu tau banyak tentang aku..." Ucapan mas Arkaan menggantung

Tampak dari ekspresinya yang seperti tengah berpikir jauh mengawang tentang kemungkinan kemungkinan yang ada di masa depan

"Kalo aku tau...?" Aku kembali menuntut jawaban

"Kalo kamu udah tau, inget kalo tempat kamu cuma di samping aku"


mas arkaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang