*
Kala itu aku sedang rapat dengan beberapa teman lainnya di sebuah cafe dekat sekolah, membicarakan persiapan untuk salah satu program kerja kami sebagai sekbid humas
saat itu aku tengah berbicara dengan partner organisasi ku yang bernama Fadhlan, ia memang sangat friendly dan terbuka, dan tenang saja karena laki laki dengan sifat friendly benar-benar bukan tipe ku walaupun aku sendiri friendly
ia bercerita banyak tentang dirinya dan juga bertanya banyak padaku. ia bercerita tentang pandangannya pada ku dahulu yang awalnya sangat buruk
aku tidak kaget dengan fakta itu, sebagai seorang ENTP tak aneh bila aku dibenci banyak orang yang bahkan tidak pernah berinteraksi dengan ku. sedari mengawali karir ku menjadi mc di acara sekolah maupun luar sekolah, sudah kutangkap banyak pasang mata yang menatap ku tidak suka entah apa alasannya
ku akui diri ini memang kadang bisa sangat menyebalkan dengan sifat narsistiknya
"lu tau, ditongkrongan gua, anak anak pada ngomong kalo lu ga enak dijadiin temen" kata Fadhlan
"hah? anak anak? temen lu maksudnya?" tanya ku kurang konek karena setelah rapat yang begitu melelahkan
"iyaa, temen tongkrongan. ya lu tau lah, Arkaan dkk" ungkapnya
"lah? ga suka gimana mereka? gua ngomong sama mereka aja ga pernah" tanya ku dongkol
"ya karena fitnah anak anak cewe yang ga suka sama lu paling, ga tau dah gua. intinya di tongkrongan nama lu jelek" ungkap Fadhlan yang jujur saja membuat mood gua menurun namun aku tak begitu peduli dengan hal itu.
***
sampailah pada hari h acara yang telah kurancang sedemikian rupa dengan Fadhlan dan kawan kawan osis lainnya
aku menangkup tangan ku yang dingin, entah kenapa terasa gugup padahal ini buka pertama kali nya aku menjadi mc, namun ini pertama kalinya aku membuat acara dan menjadi mc dalam acara ku di sekolah ini
sibuk melihat script mc, mata ku tak sengaja bertubrukan dengan mata Arkaan yang sedang membawa bangku di tangannya, kebetulan ia bertugas sebagai perlengkapan dalam event ini
ide cemerlang muncul bak lampu kuning menyala di atas kepala ku, mengingat obrolan ku dengan Fadhlan yang katanya orang ini tidak menyukai ku membuat aku penasaran ingin mengajaknya berinteraksi
"Arkaan! oy!" panggil ku sedikit berteriak karena posisi yang lumayan jauh
"kenapa?" tanggapnya terlihat malas(?)
"ini mc belum ada bangku, tolong bangku 1 di sini ya" kata ku dengan kesan memerintah ingin melihat responnya
namun yang membuatku bingung, tak sekalipun ia menatap mata ku, bahkan terkesan ia menghindari tatapan mata kami
tanpa berbicara lagi, ia dengan sigap membawa bangku yang yang sejenis dengan bangku guru, padahal awalnya ia sudah membawa bangku siswa. tak hanya sampai situ, ia bahkan memastikan bahwa bangku itu tidak goyang, mungkin karena bangku itu berasal dari gudang
karena pergerakannya yang begitu cepat, sehingga aku tak bisa banyak berbasa-basi, "maka-" kata ku terpotong
"coba duduk" perintah nya tanpa memedulikan aku yang ingin mengucap terimakasih
aku pun duduk dengan patuh, namun ternyata kursi ini sedikit tak seimbang dengan kaki bangku yang tak rata, karena itu aku berdiri dan ia kembali mengambil bangku itu dan berjalan ke arah gudang depan cepat
aku mengerti sekarang kenapa ia bisa menjabat sebagai kepala divisi perlengkapan, ia sangat cepat tanggap dan bergerak dengan cepat tapi terkesan tenang.
tak lama, ia kembali dengan kursi empuk yang lain, memposisikan di depan ku, "coba duduk"
aku lagi duduk dan kali ini tidak goyang, "gak goyang" ujar ku tersenyum
"thank you yaa" ucap ku
"ya" jawabnya singkat dan langsung pergi begitu saja tanpa membalas tatapan ku
aku menatap punggung tegap itu menjauh, "okelah kerjanya bagus" komentar ku senang, namun tak lama ucapan Fadlan kembali teringat dimana lelaki itu lah yang paling tidak menyukai ku ditongkrongan nya
tatapan jengkel telah berganti menjadi penasaran dan rasa ingin tau
"katanya benci, tapi natep mata aja ga berani, idih idih" maki ku dalam hati
to be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
mas arkaan
Romansabelum bisa kupercaya bahwa hari ini aku akan menikah dengan seseorang yang tak pernah kubayangkan akan kembali hadir dalam hidup ku, atau bahkan sebatas berurusan dengannya saja aku tak pernah menyangka sosok berandalan kala SMA dulu yang selalu men...