31

439 44 8
                                    

Selamat membaca.

Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau kalimat yang menyinggung, bisa tolong di koreksi atau berikan kritik. Terima kasih

❣️

"Lo abis digebukin dimana?"

Ferdi, pria yang hanya memakai bathrobe biru gelap dengan segelas kopi di tangannya itu menatap sang sahabat yang nampak begitu buruk dengan penampilannya yang dinilai seperti berandalan.

"Gue boleh masuk?" Ferdi tak langsung menjawab, pria itu meneguk kopi miliknya sampai habis sebelum berbalik pergi, mengabaikan Rahadyan yang ikut mengekor di belakangnya. Sepertinya pria itu baru saja selesai mandi, di lihat dari rambutnya yang basah.

"Mbak, tolong satu mangkuk sup ayamnya, banyakin brokoli sama dagingnya, kalo perlu mangkuk besar," Ferdi berjalan menuju ruang tengah dimana terdapat meja bundar yang biasa dia pakai makan jika malas berjalan jauh ke ruang makan di belakang sana.

"Ada lagi den?"

"Nasi sama air hangat, oh, dan biskuit kalengan yg kemarin itu, tolong yg ada krimnya bawa perlima ya."

"Baik den."

Rahadyan mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang tersedia, sementara Ferdi melangkah membuka sebuah lemari berisi anggur merah, mengeluarkan salah satunya lalu berjalan mendekati Rahadyan.

"Alkohol pagi-pagi?" Rahadyan menaikkan sebelah alisnya, pertanda ia bingung.

"Alkohol paling enak emang pas pagi-pagi," Jawabannya santai.

"Omong-kosong."

"Lo gak pernah coba jadi gak tau," Ketusnya, ia mulai meneguk anggur tadi hingga tandas, kemudian menuangkannya lagi ke dalam gelas, "mau coba?" Ferdi menyodorkan gelas tadi kepada Rahadyan dan secara otomatis mendapatkan tatapan tajam dari pria itu.

"Lo emang mau bunuh gue kah?" Ferdi menggidikkan bahunya acuh dan mulai minum lagi.

"Jadi lo ada masalah apa lagi?"

"Emang gue kelihatan kayak teman yang datang pas lagi butuh doang?" Ferdi mengangguk mantap.

"Emang."

"Bajingan."

"Di katain bajingan sama veterannya bajingan," Rahadyan mendengus malas, ia menyandarkan tubuhnya, mencoba merilekskan bahunya yang sudah memegang selama beberapa hari belakangan ini.

"Tressa-"

"Ini gue harus ganti nama jadi Eros --dewa cinta yunani-- kah?"

"Sialan!" Ferdi tertawa puas, ia menarik kursinya untuk sedikit lebih dekat kepada Rahadyan.

"Jadi kenapa lagi kalian?"

"Dia minta putus," Rahadyan menghembuskan nafasnya berat, ia mendongak menatap langit-langit rumah Ferdi yang dipenuhi lukisan abstrak entah apa itu.

"Emangnya ada apa?"

"Dia udah tau semuanya."

"Oh."

"Oh?!"

"Terus gue harus bilang apa?" Ferdi bertanya dengan nada datar, pria itu terlalu sibuk menikmati minumannya dan seolah tak mau memusingkan masalah Rahadyan. Memang tidak.

"Kasih gue saran."

"Lo pikir gue bisa ngapain? Gue gak pernah pacaran serius, lo tau? Mana bisa gue soalan bujuk membujuk gini, biasanya juga gue yang di bujuk."

Sound of HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang