30

492 44 7
                                    

Happy reading!

Mohon maaf apabila ada kesalahan kata, kepenulisan, atau kalimat yang menyinggung, sekali lagi selamat membaca 💗

❣️

Memutuskan untuk terus menjalani hidupnya tanpa memikirkan perkara Rahadyan lagi, Tressa kini memilih untuk fokus pada pekerjaannya saja, dia ada beberapa jadwal operasi besok, dan dia tidak mungkin menginap di rumah sakit lagi seperti dua hari belakangan ini. Kepalanya masih sakit, ia bahkan sempat muntah-muntah setelah visit pasien tadi, hingga membuat Gilang yang terus berada di dekatnya menjadi panik seketika.

Dengan langkah gontainya, Tressa berjalan keluar dari lift apartemen sembari menenteng kantung berisi bahan makanan karena isi kulkasnya pasti sudah tidak layak untuk di makan lagi.

Sembari mengecek kantung miliknya, ia tersentak begitu melihat siluet dari pria jangkung yang bersandar tepat di depan pintu unitnya.

Oh, ini dia.

"Tressa."

Suara yang sudah tak di dengarnya selama beberapa hari belakangan ini, suara yang tak ingin dia dengar lagi. Ia bahkan hanya menatap pria tersebut datar, tak ada niat untuk mengeluarkan suara kepada sosok tersebut.

Keduanya terdiam selama beberapa detik, saling memperhatikan penampilan satu-sama lain, Rahadyan, pria itu nampak sama buruknya dengan Tressa, hanya menggunakan celana kantoran yang kusut dan juga kemeja yang nampak hanya setengahnya berada di luar, si perempuan nampak mendengus kasar, ia lanjut berjalan, meski hatinya serasa di remas saat ini, mengabaikan keberadaan Rahadyan yang entah bagaimana tiba-tiba berada di depan unit miliknya setelah menghilang selama beberapa hari.

~ grep...

"Get out of me!" Ia berkata dengan tegasnya, netra perempuan itu berubah menjadi lebih tajam dari biasanya.

"We need to talk."

"Talk about what? About a pathetic girl like me?"

"Your not!"

"Yes I am! Memangnya kalau saya gak semenyedihkan itu apa alasan bapak sampai mau punya hubungan dengan saya?" Ia berkata dengan tajamnya.

Memang betul, selain dengan alasan itu semuanya terasa tidak masuk di akalnya, bagaimana bisa seseorang tiba-tiba berubah menjadi begitu menyukainya setelah perlakuan kurang ajar yang dia lakukan beberapa hari sebelumnya.

"No, Tressa, Your not. Dan aku gak mengencani kamu karena kasihan atau tanggung jawab apapun! Ini murni karena aku mau sama kamu!" Rahadyan mengeratkan genggamannya pada lengan si perempuan, seolah takut jika ia lengah sedikit saja maka Tressa akan lari darinya.

Pria itu tertegun begitu melihat senyuman sinis dari Tressa, matanya menatap dalam manik yang terlihat begitu lelah tersebut. Sialan, itu sangat menyakitkan.

"Gak usah buat alasan seperti itu," Ia menghempaskan genggaman Rahadyan sekuat tenaga yang ia punya, dan begitu berhasil terlepas ia langsung memundurkan langkahnya, mencoba untuk menjaga jarak.

"Satu minggu ini kemana?" Satu pertanyaan yang keluar dari bibir tipisnya terdengar begitu lirih, "enggak usah di jawab, saya sudah gak peduli," Setelah beberapa detik ia tiba-tiba berubah pikiran, satu minggu, pria itu pergi meninggalkannya tanpa memberi kabar dan membuatnya stress.

"Bapak gak tau, betapa gilanya saya waktu itu-"

"Tressa-" Rahadyan melangkah mendekat.

"Saya rasa saya mau mati, saya tertekan!"

Sound of HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang