Unexpected Husband | minsung

「 ✦ 09 ✦ 」

「 ✦ 𝐔𝐧𝐞𝐱𝐩𝐞𝐜𝐭𝐞𝐝 𝐇𝐮𝐬𝐛𝐚𝐧𝐝 ✦ 」

"Peter!!"

Felix berlari menghampiri Peter yang sedang menyantap sarapannya di atas ranjang rumah sakit. Felix mengetahui berita buruk itu saat dirinya sedang berada di Milan untuk menghadiri sebuah acara besar dan ia lantas meminta managernya untuk memesan tiket pesawat dan pulang menemui Peter, sahabatnya.

"Licie? Kok bisa disini? Bukannya lo ada di Milan?"

GREPP!!

Felix tak perduli apa yang sahabatnya itu katakan, pelukan itu sangat cepat hingga Peter yang tengah sibuk mengunyah makanannya sedikit tersedak. Ada apa dengan Felix? Apa Felix merasa kasihan padanya hingga secepat ini pulang?

"Licie... are you crying?" Peter mengangkat tangannya dan perlahan mengelus punggung bergetar Felix. Perlahan Peter mesara pundaknya hangat dan basah. Benar Felix menangis.

"Peter, gue minta maaf... gue gak maksud buat ngehindar dari lo.. hiks.." Tangisan itu terdengar jelas di telinga Peter.

"Gue gapapa kok, gue udah istirahat full nih minggu depan juga gua balik apart"

"Jadi... gimana Peter? b-bayi?" Perkataannya yang terbata-bata itu membuat Peter tak sanggup menahan senyum. Peter tau pasti Felix merasa tak enak untuk membahas persoalan ini. Namun Peter sudah tak apa, ia pun sudah biasa.

"2 months hehe" Dengan tawanya yang terdengar renyah menampilkan senyum polos berbentuk hati itu.

"Who's the Aplha or Sigma?" Tanya Felix seraya tangannya menggenggam tangan lembut Omega yang sedang hamil itu.

"Eummm..." Sebenarnya, Peter belum ingin memberi taukan siapa Alpha yang akan menjadi ayah dari bayi yang ia kandung. Peter masih ragu dan sedikit merasa takut.

Felix benar-benar menatap Omega itu dengan penuh harapan, matanya tak akan pernah berbohong jika dirinya sama ketakutan, Felix takut jika Alpha itu akan merebut Peter darinya.

Saat kedua Omega itu tengah saling pandang, pintu VVIP dimana Peter dirawat pun terbuka, memperlihatkan sosok Minho dengan genggaman penuh kantung belanja dan tote bag kecil berwarna hitam miliknya.

Saat Minho berbalik dan mengangkat pandangannya, disitulah Minho merasa jika ini waktu yang tidak tepat untuk dirinya muncul. Karena ia melihat wajah Peter yang terlihat panik dan Felix yang membulatkan matanya tak percaya seraya memandanginya. Pandangan Felix kembali pada Peter dan Minho secara bergantian, seperti meminta penjelasan dari salah satu diantaranya.

Raut wajahnya masih memasang rasa tak percaya, banyak sekali plot twist disini, kepalanya sakit, Felix tak tau harus bereaksi apa dengan semua cerita yang dospemnya itu katakan. Mengapa harus pak Minho? Seseorang yang tak bisa ia lawan sama sekali, Felix tau jika Peter bersama pak Minho, sahabatnya itu akan bahagia dan merasa terlindungi, Felix bahagia jika Peter pun bahagia.

Lihatlah sekarang, Peter dan pak Minho kembali bercengkrama lembut, sedikitnya Felix merasa tak rela jika Peter harus benar-benar terikat bersama orang lain. Namun jika itu pak Minho, ia bisa perlahan merelakan dan harus merelakannya bukan?
Felix tersenyum, lalu ia kembali pamit dan pergi keluar setelah ia mengucapkan selamat pada Peter dan pak Minho. Air matanya tak tahan ingin ia keluarkan, ia tak mau menangis di depan sahabatnya, ini bukan tangisan bahagia, namun tangisan penuh patah hati.

"Pak..."

"Iya Peter?"

"Makasih ya, udah bantu jelasin ke Licie..."