"Kita akan masuk ke rumah itu sebagai tamu?"
Marcellius terlihat khawatir, sebab di dalam rumah Shereena sedikit dijaga ketat oleh para pelayan. Marcellius tahu hal itu ketika ia menahan salah satu pelayan setelah masuk ke dalam rumah lewat teleportasi.
"Aku akan menyamar sebagai wali sah dari keluarga Shereena. Kau tenang saja, Marcellius."
River kembali melajukan mobil mewahnya. Melewati jalanan kosong menuju rumah Shereena yang terletak agak jauh dari kerumunan rumah-rumah warga sekitar. Wajar saja, rumah keluarga Shereena sangat besar. Kedua orang tuanya adalah orang kaya raya bahkan sebelum bertemu dengan River Hartley.
Saat sampai di hadapan gerbang tinggi, orang ya g kali pertama ia temui adalah pria paruh baya. Melihat River dan Marcellius keluar dari dalam mobil mewah, tentu membuat pria itu terlihat was-was.
"Siapa kalian?" tanyanya, saat River berdiri tepat di hadapan gerbang tinggi tersebut.
"Saya ingin bertemu dengan Shereena Ruelle. Saya dengar, dia baru saja kehilangan kedua orang tuanya. Boleh kah saya menemuinya sebagai wali sah dari mendiang kedua orang tuanya?"
Pria paruh baya tersebut nampak menimbang-nimbang. Akan tetapi, karena kesabaran River sangat tipis untuk membuang waktu demi kebimbangan seorang manusia, River akhirnya menggunakan kekuatannya. Memanipulasi pria paruh baya tersebut sehingga akhirnya mengijinkan dirinya bersama Marcellius masuk dan melalui gerbang tinggi tersebut.
"Kau bilang tidak akan menggunakan energimu, Tuan River."
"Kau tahu, bukan? Aku bukan seseorang yang suka membuang waktuku dengan percuma."
"Ya, aku tahu."
••••
"Nona, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Dia ada di lantai dasar sekarang. Menunggu Nona Shereena untuk segera turun."
Shereena yang sejak tadi hanya berbaring di atas ranjang mendiang kedua orang tuanya perlahan mengubah posisinya menjadi duduk. Perempuan itu termenung dalam hitungan detik kemudian mengalihkan tatapannya kepada seorang pelayan perempuan yang baru saja memberinya kabar.
"Siapa? Bukankah aku sudah bilang jika aku tidak ingin menerima tamu siapa pun. Meski dia adalah sahabatku sendiri, aku tidak ingin menerimanya."
Jelas karena seorang Shereena tidak memiliki sahabat. Perempuan itu hanya memiliki beberapa teman penghibur saja. Tidak ada sahabat dalam kehidupannya, sebab siapa pun yang ingin berteman dengannya, sudah pasti karena ingin mencicipi sebagian harta keluarganya.
"Ini tamu penting, Nona. Paman Dirk yang mengijinkannya untuk masuk. Beliau bilang, salah seorang pria yang menunggu Anda adalah wali sah dari mendiang kedua orang tua Anda, Nona."
Kedua bola mata Shereena sedikit membulat. Sebelumnya ia sempat berpikir jika ia tidak akan bisa hidup seorang diri di dunia ini, sebab Shereena tidak memiliki tiang satu pun, kecuali kedua orang tuanya.
"Kau yakin? Tapi kedua orang tuaku tidak pernah membahas soal keluarganya atau saudaranya sekalipun."
"Kau bisa menemuinya sekarang, Nona. Paman Dirk juga menunggumu untuk turun segera."
"Apa Paman Dirk sudah memeriksanya? Bagaimana jika mereka penyusup?"
"Paman Dirk sudah memastikannya, Nona. Sepertinya orang tersebut juga memiliki bukti yang kuat."
Mendengar itu, Shereena segera beranjak dari atas ranjang. Pakaian piyama yang masih melekat di tubuhnya ia abaikan. Menurutnya, sekarang tidak penting untuk berganti baju. Toh, belum tentu juga ia menemui seseorang yang penting. Bisa saja dia hanya berpura-pura setelah tahu bagaimana banyaknya harta yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Shereena untuknya.
Perempuan itu berjalan menuruni anak tangga dengan anggun. Dari kejauhan, Shereena bisa melihat bagaimana rambut berwarna hazel terlihat begitu membius tatapannya. Sosok itu duduk membelakanginya tetapi berhasil membuat Shereena ingin segera datang dan menghampirinya.
Tidak mungkin. Mereka pasti orang jahat. Pikir, Shereena.
Langkah Shereena memelan ketika telah sampai di lantai dasar. Berjalan mendekat pada Paman Dirk yang sudah berdiri menyambut dirinya di sana.
Tunggu!
Kini tatapan Shereena beralih pada seorang pria yang berdiri tepat di samping sofa pria berambut hazel. Pria tampan dengan tatapan patuhnya.
"Mereka siapa, Paman Dirk?" tanya Shereena tanpa basa-basi lagi.
River Hartley terdiam di atas tempat duduknya. Saat tatapannya bertemu dengan kedua bola mata Shereena, jantungnya seakan terasa berhenti berdetak. Kekuatannya seperti tergoyahkan hanya dengan melihat kedua bola mata perempuan di hadapannya sekarang.
River dengan kekuatan penuh mencoba berdiri. Menatap perempuan di hadapannya dengan harapan ia akan tetap kuat berdiri di sana.
"Selamat siang, Nona Shereena Ruelle. Saya River Hartley, wali sah yang ditunjuk oleh kedua orang tuamu sebelu mereka meninggal." River menjulurkan tangannya.
Tanpa disangka, Shereena menolak uluran tangan milik River. Tatapan perempuan itu beralih kepada pria paruh baya. Menatapnya dengan tajam seakan ia tidak terima jika ada orang asing masuk ke dalam rumah utama.
"Paman Dirk, kau tidak bisa membiarkan orang asing masuk ke dalam rumah utama begitu saja. Kau tahu aturan ini, bukan?"
"Mereka wali sah dari mendiang kedua orang tua Anda, Nona."
Shereena mengalihkan kembali tatapannya kepada River Hartley. Menatap pria itu dengan tatapan tajam, meski pada saat menatap wajah pria tersebut Shereena merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menjelaskan jika mereka pernah bertemu di suatu tempat yang entah ada di mana.
"Apa yang harus aku percayai darimu, Tuan? Bisa saja kau adalah orang jahat yang membunuh kedua orang tuaku dan sekarang berusaha menipuku dengan menyamar menjadi wali sah mereka," ujar Shereena, ketus.
Ya, kau benar. Aku yang telah membunuh kedua orang tuamu, Shereena. Perempuan pintar. batin River.
••••
28 Juli 2024
🌸AsteriaJjung🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE WITH THE DEMON
FantasySecara tiba-tiba, Shereena Ruelle dikejutkan oleh kematian mendadak kedua orang tuanya. Tidak lama kemudian, seorang pria bernama River Hartley muncul, mengklaim dirinya sebagai wali yang ditunjuk keluarga Shereena. Awalnya, Shereena menolak keras...