09 | Masalah Kecil ¹

6 1 0
                                    

Aku duduk di sebuah kursi dengan perasaan gelisah dalam pikiranku. Seorang guru wanita 40 tahunan duduk di depanku, menatapku intens. Jarak kami hanya dibatasi oleh satu meja. Ruang BK. Itu yang tertera di atas pintu ruangan ini.

Dua lemari kaca berisi dokumen ada di belakang kursi tempat Bu Farah—guru BK—duduk. Sofa berwarna hijau toska ada di sampingnya dengan sebuah meja kaca yang diatasnya terdapat vas bunga dan tiga toples kecil berisi makanan ringan. Jika Rendy yang ada di sini, pasti makanan itu sudah dicomot duluan. Sebuah televisi juga ada di ruangan ini.

"Kesya." Bu Farah memulai dialog dengan memanggil namaku terlebih dahulu. Tatapannya tajam seperti biasa.

Aku berhenti mengamati ruangan ini. Memilih diam, menunggu beliau melanjutkan ucapannya.

"Apa kamu setuju untuk menjadi MC nanti?" tanya Bu Farah to the point. Beliau yang menjadi panitia HUT SMANCA untuk tahun ini.

Aku tersenyum kikuk. "Maaf, bu sebelumnya. Tapi sepertinya tidak bisa." Menjawab dengan ragu.

"Kamu yakin? Masalahnya tidak ada anggota OSIS yang mau, dan public speaking kamu juga bagus, lho. Tidak perlu dipaksakan, enjoy saja di atas panggung nanti. Kamu juga akan ditemani Skala."

Oh, shit! Alasanku untuk menolak akan lebih kuat jika begini. Bagaimanapun Ketos itu adalah makhluk hidup yang perlu aku hindari setelah pertemuan kemarin.

"Saya mohon ya... untuk kali ini saja." Bu Farah melembutkan tatapannya.

Aku menimang dalam hati, sementara bibir terus menampilkan senyuman. Sebenarnya aku juga merasa tidak enak jika menolak, kesempatan langka untuk tampil di depan banyak orang tanpa banyak proses seperti lomba. Namun, aku juga merasa ragu.

Pada akhirnya aku mwnghela nafas lalu mengangguk pelan.

"Bagus. Nanti saya kirim susunan acaranya ke email kamu, ya. Sekarang kamu boleh pergi dan melanjutkan pelajaran."

Ah, aku lupa. Bu Farah memanggilku tepat setelah bel pelajaran kedua dimulai.

Setelah mengangguk aku pun berkata, "baik, bu. Permisi." Lalu dengan langkah sopan keluar dari ruangan itu.

Sebenarnya ruangan BK bukanlah ruangan yang perlu ditakuti para murid. Justru banyak yang menjadikan ruangan ini menjadi ruangan favorit, karena selain TV tentu juga ada AC. Bu Farah tidak galak, kok. Beliau hanya tegas terhadap aturan. Terkadang beliau menjadi guru konseling yang sangat baik, mendengarkan cerita masalah murid-murid nya dengan tenang, sesekali memberi saran terbaik.

Tugas guru BK tidak hanya menghukum murid-murid yang nakal, tapi juga memberi bimbingan kepada mereka. Guru BK seringkali menjadi psikolog dadakan di sekolah.

Aku menutup pintu ruang BK, melangkah menuju kelasku. Ruang BK ada di lantai dua. Sebenarnya di lantai dua tidak hanya kelas XI dan perpustakaan. Koperasi juga ada, toilet, serta sebuah gudang tempat menyimpan meja kursi yang rusak.

Tepat di depan pintu kelas, aku sudah bisa mendengar bising yang berasal dari dalam. Seharusnya sekarang adalah pelajaran PPKn, dimana Pak Suryo yang akan mengajar. Salah satu guru pelajaran favorit di sekolah ini karena cara mengajarnya yang menarik. Terkadang diselingi game seru yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarnya, sering juga sembari bercerita sehingga tak membuat murid-murid bosan karena hanya mendengarkan penjelasan.

Pak Suryo adalah guru yang tegas, tetapi asyik. Perangainya terhadap murid-murid yang diajrnya tergantung bagaimana murid-murid itu sendiri meneperlakukan Pak Suryo sebagaimana seorang guru. Jika murid-murid yang diajarnya baik dan tentu saja good attitude, maka Pak Suryo juga akan memperlakukan mereka ramah.

Kesya's Story: XI MIPA 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang