2

33.1K 435 3
                                    

Suara ketukan pintu membuat Aldiva bangun dari tidurnya, dia beranjak bangun untuk membuka pintu kamar.

Ceklek.

"Astaga Diva... mau sampai kapan kamu jadi pengangguran gini sayang?" tanya maminya yang melihat penampilan putri semata wayangnya masih mengenakan piama dan rambut kusut.

"Mamiiii Diva masih mau istirahat," rengek Diva pada ibunya.

Ibu Diva menggeleng-gelengkan kepalanya. "Diva, papi mungkin memaklumi kamu tapi mami mau aktifitas kamu kembali produktif lagi seperti sebelumnya, bukan kaya sekarang yang tidur sampe siang dan selalu bersantai dirumah."

"Diva masih sakit hati Mi..." ujar Aldiva cemberut.

"Makanya itu kamu harus cari kegiatan di luar rumah biar bisa lupain si Aska, lagi pula dia yang rugi ga bisa milikin kamu sayang, anak mami emang terlalu bagus buat cowok lembek kaya gitu."

Aldiva tersenyum, terhibur oleh maminya. "Mami bisa aja."

"Sekarang mandi, turun ke bawah dan makan bareng mami, papi kamu udah berangkat ke kantor."

"Ish Diva males mandi," keluh Aldiva.

"Diva, Mami ga nyangka ya kamu udah latihan kerja beberapa bulan ini anak magang di perusahaan temen bisnis papi tapi kamu malah santai-santai di rumah, harusnya kamu bantu papi ngurus kerjaannya," ujar Mami.

Aldiva menghela napas. "Mami kayanya Diva emang ga cocok jadi independen woman, cocoknya jadi ibu rumah tangga aja kaya mami."

"Ibu rumah tangga apanya? Kamu aja baru diselingkuhin sama Aska, kamu mau nikah sama siapa sih Div?" ucap Mami tak habis pikir dengan pola pikir putrinya.

Aldiva tersenyum. "Diva mandi dulu Mi," 15 menit lagi Diva turun!" kata Diva lalu menutup pintu kamarnya.

Mami Diva mengerutkan keningnya aneh melihat senyum Diva, lalu tak mau banyak pikir mami melangkah ke arah dapur untuk menyiapkan sarapan untuk putrinya.

Di dalam kamar Diva membersihkan tubuhnya, dia memakai dress selutut yang elegan dan memakai parfum.

Setelah melihat penampilannya dari ujung kepala ke ujung kaki sudah rapi dan cantik Diva memilik heels dan keluar kamar dan turun ke bawah.

"Mami aku udah cantik kan?" tanya Aldiva percaya diri.

Ibunya menaikkan sebelah alisnya. "Div? tiba-tiba banget kamu dandan seniat ini? Kamu mau kemana sih? Ga cocok buat ke kantor, kamu udah kayak mau ke pesta," kata ibu Aldiva.

"Diva mau jalan-jalan Mi, bukan mau ke kantor, kepala Diva masih pusing jadi ga mau mikirin kerjaan."

"Ya boleh sih, dari pada kamu di rumah terus seharian."

Aldiva duduk di kursi, lalu melahap makanan yang sudah disiapkan ibunya.

"Diva, kamu itu harapan mami dan papi loh, jadi mau ga mau ya kamu harus jadi penerus posisi papimu."

"Ughh iya Mi iya, bisa ga sih kalo Diva lagi makan ga usah bahas kerjaan?" kata Aldiva sebal.

"Sebenarnya sangat disayangkan ya Aska selingkuh dari kamu, kalo hubungan kalian berhasil kan perusahaan bisa digabung dan biar Aska aja yang kerja, kamu bisa istirahat aja di rumah jaga anak-anak," kata maminya.

"Euwww Mami Diva jadi merinding nih dengernya, aku udah ga mau lagi sama cowok bajingan kaya dia."

Ibu Diva tertawa renyah. "Maaf sayang," kata maminya.

Setelah Aldiva selesai makan, dia mengoleskan lipstiknya lagi.

"Astaga Diva, lipstik kamu itu terlalu tebel dan warnanya terlalu merah, ga cocok buat anak muda sayang," kata ibu Diva syok.

"Mam ini warnanya bagus ga norak, apa salahnya sih aku pake lipstik merah? lagian aku cantik banget jadi lebih keliatan dewasa," kata Aldiva lalu memasukkan lipstiknya ke dalam tas lagi.

"Aku mau bawa makanannya ya Mi," kata Aldiva lalu mengambil kotak makan dan mewadahi masakan ibunya.

"Buat apa? Kamu mau buat bekel? Kenapa ga beli makan di luar aja?"

"Emm... makanan mami enak banget, jadi Diva mau makan lagi buat nanti siang."

"Mami aku berangkat ya, bye!!" Diva berjalan pergi.

Melihat kepergian putrinya, dia menghela napas pasrah. "Apa Diva kebawa pengaruh luar ya? Penampilannya sangat berbeda jadi lebih dewasa."

•••

Aldiva memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah gedung kantor utama yang besar milik keluarga Aska.

Aldiva membawa kotak makan miliknya, lalu berjalan masuk ke dalam gedung kantor.

Aldiva ingin bertemu Khandra, targetnya.

Dia belum membuat janji dengan Khandra, jadi Aldiva disuruh menunggu dulu dan bawahan Khandra melapor dulu pada atasannya.

Setelah menunggu kurang lebih 10 menitan, seorang karyawan yang menyuruhnya menunggu tadi kembali dan menyuruh Aldiva masuk ke dalam ruangan Khandra.

Aldiva kaget secapat ini ia diizinkan masuk, ia merapikan dulu rambutnya sebelum masuk ke dalam ruangan.

Aldiva mengetuk pintu lalu membuka pintu ruangan, tiba-tiba kepercayaan dirinya jadi ciut ketika melihat ayah dari Aska duduk di kursinya menatapnya intens.

"Selamat pagi om," ucap Aldiva.

"Sekarang sudah jam 11. Langsung saja apa tujuanmu kemari?" tanya Khandra.

Aldiva meneguk ludahnya kasar, lalu berjalan mendekati Khandra. "Diva bawa makanan buat makan siang Om, ini Diva masak sendiri loh Om," kata Aldiva bohong.

Aldiva tak bohong ia mengagumi visual Khandra yang berusia 40 tahun tapi auranya sangat kuat dan memikat, selisih yang cukup jauh dengannya sekitar 17 tahun. Aldiva tahu semua cerita keluarga ini dari Aska, Khandra dan Marisa memiliki Aska saat usia mereka masih sangat muda, mungkin juga bisa dibilang kecelakaan masa muda yang menghasilkan seorang anak, itu sebabnya perbedaan usia Khandra dan Aska 17 tahun juga.

Khandra mengangkat sebelah alisnya. "Taruh saja di meja itu," suruh Khandra.

Aldiva menaruhnya di meja depan sofa, tapi ia tak mau langsung pergi dan ia pun berjalan mendekati meja kerja Khandra.

"Apa lagi?" tanya Khandra menatap Aldiva yang sudah berdiri di sampingnya.

"Aku mau liat kamu kerja," kata Aldiva memberanikan diri memanggil Khandra dengan kata kamu.

"Mengejutkan sekali," kata Khandra.

Aldiva dengan sengaja merapatkan tubuhnya pada Khandra yang sedang fokus bekerja, dia terang-terangan membusungkan dada besarnya pada wajah Khandra.

Khandra tersenyum miring Ketika pipinya terdorong oleh dada Aldiva yang mengembung. "Berani sekali kamu Aldiva."

"Kenapa?" tanya Aldiva sok polos.

Khandra menarik pinggang Aldiva, dia menggigit bra Aldiva dan kulit dadanya tergigit sedikit terasa sakit.

"Akkhh." teriak Aldiva syok dadanya digigit oleh pria berusia 40 tahun itu.

"Kenapa kaget hm? Ini kan yang kamu mau Aldiva?" ujar Khandra dengan suara beratnya.

Khandra menarik Aldiva hingga duduk dipangkuannya, ia tak memberi kesempata Aldiva untuk bicara dan langsung mencumbu bibir merah itu.

"Mhhh ahhh engghhh...."

"Aahhh Aldiva, kamu sendiri yang masuk ke kandang singa sayang."

"Engghh haahhh..."

Lipstik merah yang dipakai Aldiva tak karuan berantakan di sekitar mulutnya, dan bibir Khandra juga jadi sangat merah hingga ke dagunya karena ciuman panas yang mereka lakukan.

"Kamu membuat saya berantakan Aldiva," bisik Khandra.

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Papa Mantan🔥 (Khandra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang