8

16.3K 413 16
                                    

Mami dan papi Diva memaksa putrinya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih jelas, apa benar Diva hamil atau hanya sakit biasa.

Diva setuju ikut ke rumah sakit, dia bersikeras dan yakin dirinya tidak mungkin hamil anak Khandra.

Khandra menyetir dengan mobilnya, Diva duduk di sampingnya sedangkan kedua orang tua Diva duduk di kursi belakang.

Sesampainya di rumah sakit kemudian mereka menunggu dokter memanggil nama Diva. Di waktu-waktu menunggu tangan Diva sedikit gemetar takut jika dirinya memang hamil, Khandra menggenggam tangan Aldiva namun ditepis kasar.

"Kenapa? kamu marah pada saya? Atau saya membuat kesalahan sayang?" tanya Khandra ketika tangannya ditepis perempuan itu.

Aldiva tak menjawab pertanyaan Khandra, lalu tak lama kemudian Diva disuruh memasuki ruangan, Khandra dan kedua orang tuanya mengikuti Diva masuk ke dalam ruang pemeriksaan kandungan.

Mami dan papi melihat dan mengamati putri mereka diperiksa dan jawaban yang diberi Aldiva pada pertanyaan Dokter.

"Selamat, anda memang sedang hamil dan usia janinnya masih sangat muda di 8 minggu atau 2 bulan."

Deg.

Aldiva menelan ludahnya sulit ketika mendekar pernyataan Dokter pada kondisinya yang ternyata memang sedang berbadan dua.

"Ngga, ga mungkin... aku ga hamil Dokter, ini ga mungkin terjadi," ujar Aldiva tak percaya.

"Sayang, it's okay I'm here, aku akan tanggung jawab jadi suami dan ayah anak kita Aldiva."

Aldiva menggelengkan kepalanya menolak percaya, dia tak berniat untuk mengandung benih dari Khandra. Aldiva hanya ingin membuat Khandra jatuh cinta padanya dan memperlihatkan kemesraan di depan Aska dan mantan istri Khandra, dia sama sekali tak berniat untuk sampai ke pernikahan dengan pria itu.

Aldiva beranjang bangun, ingin segera pulang dan beristirahat.

"Tunggu dulu, ini resep obat yang saya buat supaya meredakan mual dan menguatkan janinnya," kata Dokter saat Aldiva hendak pergi.

"Khandra, susul Diva, kami yang akan menebus obatnya," kata Mami pada Khandra.

Khandra menyusul Aldiva keluar, mengikuti gadis itu yang kembali ke dalam mobil.

"Aku ngerti kamu masih syok hamil diusia muda padahal kamu udah berusaha cegah hal itu dengan minum obat pencegah kehamilan setiap kita berhubungan, tapi saya harap kamu bisa menerima jika memang bayi sudah tumbuh dalam tubuh kamu Aldiva, dan itu juga adalah anak saya," ujar Khandra.

Khandra memeluk tubuh Aldiva, dia mengusap punggung gadis itu dengan lembut. "Saya janji saya bisa melakukan semuanya untuk membahagiakan kamu dan bayi kita Aldiva," ucap Khandra sambil tersenyum miring penuh kemenangan di mimik wajahnya.

•••

Setelah berunding dengan kedua orang tua Aldiva, sudah diputuskan Khandra dan Aldiva akan menggelar acara pernikahan minggu depan, memang tergolong sangat cepat untuk mempersiapkan sebuah acara pernikahan tapi dengan uang segalanya bisa dilakukan tanpa menunggu lama.

Khandra membawa Aldiva ke rumahnya pada saat Aska, Amanda dan Marisa sedang berkumpul bersama di ruang keluarga menonton film.

Khandra tiba dan mengambil remot untuk mematikan TV. "Saya mau memberitahu hal penting," ujarnya sambil merangkul pinggang Aldiva.

Mereka berting mengerinyit bingung melihat Aldiva menginjakkan kakinya kembali di rumah ini.

"Ngapain kamu kesini? Ga malu udah dibuang anak saya tapi masih berani datang ke sini," sindir Marisa judes.

Amanda mengusap perut besarnya dan memeluk suaminya. "Aska aku takut Diva datang ke sini buat celakain aku dan bayi kita sayang," ujarnya dengan nada merengek.

"Ada apa papa? Kenapa papa bawa Diva ke rumah kita?" tanya Aska.

"Saya membawa Aldiva ke rumah saya karena ingin memberi kalian kabar baik, kami akan menikah minggu depan, pernikahan dadakan ini terjadi karena kami terlalu bernapsu hingga jadi benih yang saya tanamkan tumbuh di rahimnya."

Aldiva tersenyum manis, dia memeluk Khanda dengan mesra agar ketiga orang busuk di depannya semakin syol dan jengkel.

"Papa apa-apaan ini? Dia itu mantan pacar Aska pa!" kata Aska.

"Saya tahu, namun saya tetap tertarik pada Aldiva, tidak peduli bahkan jika mantannya itu adalah anak saya sendiri," jawab Khandra.

"Khandra kamu bohong kan? Ada aku disini selama ini," kata Marisa.

"Aku ga mau dia ada di rumah kita kalo kita udah jadi suami istri sayang," kata Aldiva sambil menunjuk Marisa.

"Berani-beraninya perempuan bodoh seperti kamu menunjuk-nunjuk aku seperti itu!" teriak Marisa marah.

Aldiva menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Khandra. "Takut sayang..." adunya pada Khandra.

"Kamu dengar apa kata calon istri saya Marisa? Saya akan memberimu waktu sampai besok untuk membereskan barang-barangmu di rumah ini!" kata Khandra tegas.

"Papa! Papa tega usir mama karena perempuan gatel itu yang udah menggoda papa?" ujar Aska berteriak marah pada Khandra.

"ASKA!" bentak Khandra karena Aska menghina perempuan yang dicintainya.

"Mas jangan teriak, aku sama calon bayi kita kaget..." ujar Aldiva menenangkan Khandra.

"Maaf Sayang," ucap Khandra pada Diva.

"Aska, saya peringatkan jangan memancing emosi saya lagi sebelum saya meledak. Bagaimana pun penolakanmu, saya akan tetap menikahi Aldiva menjadikan dia istri saya."

"Aska, kamu boleh panggil aku ibu atau mama ya," kata Aldiva mengejek.

"Amanda, karena kamu menantuku panggil aku nyonya ya?" suruh Aldiva.

"DIVA!" sentak Aska.

Bugh.

Satu pukulan dari kepalan tangan Khandra mengenai pipi Aska, dia sangat marah karena Aska menyentak wanita-nya.

"Khandra!!" teriak Marisa marah karena anaknya dilukai hanya karena Aldiva.

"Aska kamu gapapa?" tanya Amanda khawatir.

"Ughh shhh," ringis Aska kesakitan.

Aldiva meraih tangan Khandra. "Mas Khandra tangan kamu pasti sakit banget mukul sampe kenceng banget," kata Aldiva yang sejujurnya merasa puas mantan pacar yang menyelingkuhinya dipukul oleh ayahnya sendiri.

"Aduh Mas ayo kita pergi, aku pusing karena keributan mereka yang ga terima kita bakal nikah," ujar Aldiva mengajak Khandra pulang.

"Baik, ayo kita lergi sayang," ujar Khandra.

"Marisa, inget ya buk kamu harus angkat kaki dari rumah calon suami aku! Dasar janda ga tau malu numpang kok gatau diri sampe bertahun-tahun," ujar Aldiva smabil bergumam sinis.

Gumaman Aldiva terdengar oleh mereka hingga emosi Aska dan ibunya menggebu, seolah tak terima dengan perkataan Aldiva yang penuh penghinaan.

"Benar kata Aldiva, saya juga muak melihat kamu yang terus ada disekitar saya selama bertahun-tahun Marisa," kata Khandra.

"Berkemaslah dan pergi besok pagi atau pelayan akan membuang barang-barang kamu," ucap Khandra.

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Papa Mantan🔥 (Khandra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang