4

32.4K 373 1
                                    

Dari jam 11 hingga ke sore hari Khandra dan Aldiva melakukan adegan panas di kantor. Khandra menyelesaikannya dengan puas dan menindih tubuh Aldiva dibawahnya.

"Ughhh terima kasih kenikmatannya Aldiva, saya sangat suka tubuhmu ughh milik saya sangat hangat di himpit rahimmu sayang."

Badan kecil Aldiva terlentang menghadap atas, badannya masih tertindih badan kekar Khandra dan kewanitaannya masih terpenuhi. Tubuh Aldiva sangat lelah hingga tak kuat untuk bangun, pria tua itu benar-benar menghabiskan tenaga Diva dengan rudalnya yang besar.

Aldiva masih merasakan kedutan di area sensitifnya, dan aliran cairan dari rahimnya sangat banyak dan banyak juga yang keluar sendiri. "Aahhh cape, aku ga bisa bangun..."

Khandra terkekeh, dia mengangkat tubuhnya da mengeluarkan benda pusakanya setengah lalu menghentakkannya kuat. "Ohhh ahhh shhh Khandra ga boleh gitu... perih banget ahh..."

"Oke-oke saya keluarkan milik saya sekarang sayang, maaf membuatmu lelah, saya tak ingat berapa kali kita melakukannya Aldiva, tapi kamu juga menikmatinya kan sayang?" goda Khandra, dia mencabut barang miliknya dalam tubuh Aldiva lalu berbaring disisi gadis itu.

Diva merasakan wajahnya memanas, dia mengaku memang merasa menyukai dan menikmati persetubuhan mereka.

Aldiva menyentuh pahanya, dia merasakan perih di atas pahanya. "Akh sakit, lebih dari 6 kali kamu keluar di dalem rahim aku."

Khandra terkekeh, dia menyentuh rambut gadis muda itu. "Kamu membuat saya kewalahan Aldiva, saya beruntung."

"Khandra," panggil Diva sambil menatap pria itu.

Melihat wajah Khandra dari dekat membuat jantung Aldiva berdetak cepat, wajah tampan lelaki itu tampak selalu datar selama ia mengenalnya selama ini namun sekarang ia bisa melihat betapa seksinya ayah dari mantan pacarnya itu. Stamina yang dimiliki Khandra sangat luar biasa, pria itu terus menggempur Aldiva hingga jam 5 sore.

"Ada apa? Kamu membutuhkan sesuatu?" tanya Khandra.

"Kasurnya basah, aku lelah dan masih ingin istirahat sejenak," kata Aldiva merasakan spray yang ia tempati basah.

Khandra terkekeh lucu, dia melihat berapa banyak cairan cinta mereka yang tumpah mengotori kasur.

"Kemari bergeser, sisi kasur yang keringnya masih cukup untuk kita berbaring sayang," kata Khandra mengangkat Aldiva bergeser ke satu sisi kasur yang luas.

Aldiva melirik ke sisi yang tadi ia tempati, dia melotot tak percaya melihat spray kasur basah dimana-mana.

"Tak usah kaget, kamu melakukannya dengan baik Aldiva," kata Khandra memuji Aldiva.

"Ini hasil saat cairanku keluar deras tadi?" tanya Aldiva.

"Benar, saat kamu mengejang seksi dibawahku sayang," kata Khandra dengan suara beratnya.

"Memalukan, kenapa aku bisa seperti itu sih," keluh Aldiva merasa malu dengan respon tubuhnya yang sangat menikmati persetubuhan dengan Khandra.

Khandra tersenyum hangat, dia menyentuh pipi Aldiva dan mencium bibirnya.

"Emhhh..."

Ciuman singkat dari Khandra selesai, namun bibir keduanya masih menempel, deru napas mereka bercampur menjadi satu. Mata mereka saling menatap dari jarak beberapa cm.

"Tak masalahkan perbedaan usia kita hampir 17 tahun?" tanya Khandra.

"Ya, tak masalah," jawab Aldiva, karena niatnya untuk membalas Aska.

Aldiva hanya memikirkan dirinya, dia tak sadar jika Khandra memang mempunyai perasaan padanya.

Aldiva meraba punggung lebar Khandra. "Pakai saja tubuhku sesukamu Khandra, sentu dimanapun kamu mau," kata Aldiva, itu sebagai balasannya karena dia menggunakan Khandra sebagai senjatanya.

"Kamu yang memberi izin sayang, jangan menyesal," kata Khandra menarik tubuh Aldiva semakin dekat dan ia meletakkan telapak tangannya pada pinggang perempuan itu.

Aldiva memejamkan matanya, ia merasa sangat lelah dan ingin tidur sebentar, namun ia mengingat sesuatu. "Khandra, bisa tolong ambilkan tasku?" tanya Aldiva.

"Of course," balas Khandra lalu menyikap selimut dan berjalan keluar dari kamar istirahat dalam ruang kerja kantornya.

Aldiva melihat Khandra berjalan dengan telanjang, dia memalingkan wajahnya merasa malu menatap tubuh Khandra. "Tubuhnya sangat seksi... pantes aja bt, ngnya tafi gede banget, pas lemes aja ukurannya udah gede," gumam Aldiva.

Tak lama kemudian Khandra kembali dengan membawa tas milik Aldiva ditangannya. "Ini," ujarnya sambil menyerahkan tas pada Aldiva.

Aldiva bangun, ia menutupi tubuhnya dengan selimut dan duduk meraih tasnya. Aldiva mengorek isi tasnya mencari sebuah pil pencegah kehamilan yang sudah ia siapkan, setelah menemukannya Aldiva memasukkan ke dalam mulutnya dan menelannya.

"Apa yang kamu lakukan? Apa yang kamu telan Aldiva?" tanya Khandra.

"Pil pencegah kehamilan," jawab Aldiva.

"Kamu membunuh calon bayinya?"

"Calon bayi? Itu belum bisa disebut calon bayi Khandra, aku mencegahnya agar tak jadi bayi," kata Aldiva.

Khandra tampak kesal, namun ia mengerti jika memang Aldiva belum siap jadi ibu. Dia berbaring di kasur, lalu menarik Aldiva untuk tiduran lagi.

Aldiva merasa kenyamanan dipeluk Khandra. "Badan aku pada sakit," keluhnya.

"Saya akui saya terlalu bersemangat," ujar Khandra.

Wajah Aldiva menempel pada dada kekar Khandra, aroma tubuh yang tadi berkeringat membuatnya memeluk perut pria itu semakin dekat, lalu pada akhirnya Aldiva tertidur kelelahan.

•••

Beberapa jam kemudian Aldiva membuka matanya, dia melihat Khandra yang duduk disofa sambil merokok.

Setelah melihat Aldiva yang bangun, Khandra mematikan rokoknya dan mendekati kasur.

"Jam berapa sekarang?" tanya Aldiva.

"Jam 1 malam," jawab Khandra.

Mata Aldiva melebar tak percaya ia tidur selama itu, padahal ia hanya berniat tidur 1 jam saja namun malah kebablasan.

Aldiva duduk, dia mengambil ponsel dalam tasnya dan melihat maminya sudah menelepon dan mengirimnya banyak pesan.

"Saya tidak mengangkat teleponnya karena takut kamu tak mengizinkannya," kata Khandra.

"Iya gapapa kok, untung aja kamu ga angkat teleponnya," kata Aldiva.

Diva mengetikkan sesuatu untuk dikirim ke nomor maminya, dia memberi alasan sedang staycation di hotel untuk bersantai.

Aldiva mematikan ponselnya. "Semoga mami ga marah."

"Pakai bajumu," suruh Khandra.

Aldiva memakai bajunya. "Mau kemana?" tanya Aldiva.

"Saya sudah memesan hotel, disana lebih nyaman untuk membersihkan diri dan beristirahat," kata Khandra.

Aldiva mengangguk setuju, dia butuh bathtub untuk berendam air hangat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya.

Aldiva hendak berjalan, namun baru beberapa langkah Khandra mengangkat tubuh Aldiva. "Saya akan bertanggung jawab dengan tubuhmu, saya yang membuatmu begini kesakitan Aldiva," kata Khandra lembut.

"Tak usah begitu..." kata Aldiva sebenarnya malu.

•••
Update seminggu sekali diwp, udah lengkap dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun Diatasumur7 soalnya sering ilang

Papa Mantan🔥 (Khandra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang