Bab 6

127 16 1
                                    

"Makan."

"Gak usah sok peduli lo."

Makanan yang disodorkan oleh Geo ditepis begitu saja oleh Rora, nasi goreng dengan telur mata sapi itu jatuh berserakan di lantai kantin.

"Makan, lo dari kemarin belum makan. Gue beliin bakmie ayam kesukaan lo."

"Lo bisa gak sih diem?!" Rora menggebrak meja kantin, Geo yang hendak pergi membeli bakmie ayam menghentikan langkahnya. Pemuda itu menatap Rora penuh arti.

"Stop bertindak peduli sama gue," desis Rora, menginjak nasi goreng buatan Geo dengan tak berperasaan. "Stop.. bisa kan?"

"Lo kenapa?"

"Lo yang kenapa!" Rora meninggikan nada bicaranya. "Stop bertindak layaknya kakak kandung gue, Geo. Kakak kandung gue aja bahkan gak peduli sama gue. Kak Jifon dan Kak Rose gak peduli sama gue."

"Rora.."

"Kak Geo, jadi stop ya? Setiap ngelihat kalian hati gue sakit," ucap gadis itu dengan bibir yang mulai bergetar, sepertinya ia menahan tangis. "Pada akhirnya Papa akan buang elo, jangan berbuat baik ke gue, Kak Geo.. nanti gue merasa kehilangan."

Setelah mengatakan hal tersebut, Rora melenggang pergi. Meninggalkan Geo yang diam membisu, serta tatapan orang-orang yang menghakiminya.

Rora adalah adik kecil Geo, bahkan jika mereka tak sedarahpun, Geo tak begitu peduli. Ia diadopsi oleh Ayah Alzaroz saat usianya menginjak 7 tahun. Rora yang paling dekat dengannya, sebab gadis itu cerewet dan blak-blakan.

Rora paling senang saat bersama Geo, kakaknya yang paling ia sayangi. Pemuda itu selalu menjaganya, menjemputnya, memayunginya saat hujan. Rora senang dekat dengan Geo, setidaknya dulu, sebelum ia tahu bahwa dunia ini tak seindah dongeng yang dulu sering ia dengar.

Rora sama sekali tak mau kehilangan.

Terkadang Rora menyesal bertemu dengan Bian, Malvoy, dan yang lainnya. Sebab bertemu, berarti siap kehilangan. Dan Rora, ia sama sekali tak siap.

"Kak Joelyn yang masak, kali ini harus lo makan," ujar Geo memberikan bekal miliknya pada Rora sebelum akhirnya pergi mendahului gadis itu.

"Kak Joelyn?" kekeh Rora tak percaya.

"Kak Joelyn bahkan belum pulang pas kita berangkat sekolah, dasar Geo bodoh."

╭────── · · ୨୧ · · ──────╮
𓊆 🔍 𝐅𝐀𝐌𝐈𝐋𝐘 𝐏𝐋𝐀𝐘𝐋𝐈𝐒𝐓  🔍 𓊇
╰────── · · ୨୧ · · ──────╯

"Lo kenapa sih?"

Pertanyaan Rose, ia abaikan. Joelyn sibuk dengan dunianya sendiri, gadis itu melamun di halaman belakang rumah.

"Bibir lo kenapa?" tanya Rose begitu sadar bahwa banyak luka kecil di wajah Joelyn. Tangan Rose yang hendak menyentuh wajah Joelyn ditepis begitu saja.

"Lo kenapa sih? Jangan bikin gue kesel," ucap Rose jengah. Ia berkacak pinggang menatap Joelyn.

Joelyn senantiasa diam, seakan-akan jiwanya hilang dari raganya. Rose mengernyit. "Gue ada salah sama lo?"

"Diem."

Hanya satu kata itu yang keluar dari bibir Joelyn, gadis itu nampak sangat dingin dan berbeda dibanding sebelumnya. Gadis itu kemudian menatap Rose datar.

"Lo seberisik itu, tahu?" ucapnya. Rose melebarkan matanya, tawa sumbang keluar dari bibirnya.

"Apa lo bilang?!" Sepertinya emosi Rose terpancing.

Family Playlist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang