Bab 2

163 18 0
                                    

"Coba kasih tahu gue plat nomornya. Maaf gue baru sempet telepon, kantor lagi sibuk banget."

Nada suara Bian di sana nampak sedikit panik, Juda menggelengkan kepalanya prihatin. Kakaknya itu memang selalu paling sibuk dibanding yang lain.

"Gak inget gue, Kak. Pokoknya gue merasa ada yang gak beres aja. Ada yang ngikutin, tapi sekarang udah gak kok," balas Juda. Bian di seberang sana menghela napasnya.

"Lo udah di rumah?"

"Belum."

"Lo mau gue jemput?"

"Bukannya lo udah di rumah ya?" tanya Juda, ia tadi dapat mendengar suara gerbang pintu yang dibuka dan suara satpam di rumahnya.

"Iya, tapi gak papa. Toh, gue naik mobil."

"Gak usah, Kak. Bentar lagi gue juga pulang, ini masih ada urusan," kata Juda, matanya melirik suasana caffe yang sudah sangat sepi, laptop di depannya sudah mati akibat habis baterai.

"Maaf ya Juda, besok-besok lo kalau butuh transport kabarin gue aja. Masak malah naik gojek."

"Ya elah, Kak. Gak papa santai aja, kerjaan lo lebih penting."

"Jangan ngomong gitu dong. Mana ada sih."

"Haha, santai aja Kak. Serius."

"Juda, lo tahu kan kalau lo itu juga adek gue?"

Terdapat jeda sesaat begitu kalimat itu terdengar di indera rungu Juda. Pemuda itu tertawa kecil.

"Iya, Kak Bian."

"Oke, berartieh di mana Joelyn?"

Juda mengernyit. "Ap─"

"Roseanne, gue bicara sama elo," ucap Bian lagi di seberang sana.

"Rose─"

"Kak Bian, Papa selingkuh."

Bagai tersambar petir, tubuh Juda membeku seketika. Pemuda itu diam tak berkutik, matanya bergetar dengan pandangan lurus.

"Kak─"

"Rose, tolong jangan beri tahu siapa-siapa."

"Apa maksudnya?"

"Lo bakalan tahu."

"Kak─"

Tut.

"Anjing." Juda mengumpat begitu sambungan telepon dimatikan oleh Bian begitu saja. Pemuda itu mengusak rambutnya frustasi.

"Pasti bohong kan? Iya lah bohong, Papa bukan orang yang kayak gitu."

"Lo lupa? Lo udah lupain kejadian 5 tahun yang lalu?" Juda bermonolog sendiri, pemuda itu memukul-mukul kepalanya dengan brutal secara tiba-tiba.

Pelayan yang tak sengaja lewat pun panik melihat aksi Juda.

"Mas, mas! Mas!" teriaknya berusaha menghentikan. Juda justru tertawa keras, pemuda itu menggelengkan kepalanya berulang kali sebelum akhirnya kembali memukuli kepalanya sendiri.

Pelayan wanita itu nampak ketakutan, ia memundurkan langkahnya pelan. "M-mas.."

"Diem sebelum gue hancurin caffe ini."

Tatapan tajam Juda mampu membuat tubuh pelayan wanita merinding bukan main.

Ia ketakutan.

Sebab pemuda di depannya sekarang terlihat benar-benar seperti seorang psikopat yang keluar dari persembunyiannya.

Family Playlist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang