Keping masa lalu (01)

20 3 0
                                    

Rindu adalah rindu, sedang kamu tidak akan pernah bisa memeluk masa lalu. Ragamu berjalan bersama waktu sedang jiwamu diam di tempat di sepuluh tahun yang lalu, mencari-cari sisa kenangan yang dapat kamu ingat-ingat, dan kamu catat-catat pada apa saja yang dapat mengabadikannya.

Pada sembilan tahun yang lalu, setelah orang tua ku menyelesaikan proses administrasi proses kepindahanku, resmi lah aku menjadi siswi di sekolah putri ini. Setelah berpamitan dengan orang tuaku yang sepertinya enggan berlama-lama bersamaku lagi, aku kemudian diantar oleh seorang ibu yang ramah yang memperkenalkan diri sebagai kepala asrama, mungkin ini lah rupa Ibu Putri yang disinggung perempuan cantik teman sekamarku tadi. Dirinya dengan ramah menjelaskan secara singkat sejarah sekolah dan asrama yang kutinggali dan memberikan padaku sebuah kunci kamar, diberi dua karena menurut penuturannya setiap penghuni kamar asrama perlu mempunyai kunci masing-masing meskipun tinggal berdua. Di antaranya aku menuju kamar yang tadi ditunjukan oleh Kani, sesampainya di sana ia menyilakan aku untuk melakukan hal-hal yang ingin aku lakukan terhadap tempat tinggalku selama di sini nantinya. Pun dirinya menjelaskan jika aku tak harus mengikuti kelas hari ini karena statusku sebagai murid pindahan.

Selama penjelasannya aku dengan takzim menyimak, sesekali tersenyum yang disertai anggukan sebagai jawaban atas penjelasannya. "Semoga kamu nyaman, ya, tinggal di sini, ibu masih ada keperluan lain, kamu boleh beres-beres dulu sehabis ini.." ucap Ibu putri sesuai menjelaskan banyak hal kepadaku, aku mengangguk "terimakasih banyak, bu.." aku berterimakasih karena tidak tahu harus berucap apa lagi.

"Kalau butuh apa-apa kamu bisa andelin teman sekamarmu, Kani. Ibu tinggal dulu ya.." ucapnya, kemudian kakinya melangkah keluar dari kamarku, menuruni tangga, dan dalam sepinya asrama ini dapat aku dengar suara langkah sepatu heels nya yang menapak menuruni anak-anak tangga.

Kini hanya aku berdiam sendiri di sini, kembali aku mengamati sekitarku. aku berjalan ke arah tempat tidur, naik ke atas di mana bagianku berada dan kemudian merebahkan diriku di sana. pikiranku berkelana, ke sana kemari memikirkan banyak hal, dua tahun kedepan di sini lah aku akan menghabiskan waktu masa sma ku. Tentu ada sedikit ketakutan dibenakku, pindah ke tempat baru dengan orang-orang baru dan harus kembali menyesuaikan diri, bagaimana jika orang-orang di sini menolak keberadaanku, bagaimana jika terlebih roommate ku ini tak nyaman karena ada diriku dan banyak hal lain yang memenuhi benakku saat ini. Aku memejamkan mata, lelah dengan segala beban pikiran ketakutan yang menimpa kepalaku yang tanpa sadar melanjutkan ke alam mimpi.

Entah berapa lama aku terlelap, namun yang ku ketahui ketika aku bangun teman sekamarku itu tengah sibuk mengeringkan rambut yang sepertinya dirinya telah selesai membasuh diri, barangkali sore telah menyapa. Aku turun dari tempat tidurku, "Hai, jam berapa ini?' aku berucap dan Kani yang sepertinya setengah kaget karena tiba-tiba aku tanya sempat tertegun sebentar, dirinya menatapku dengan sedikit terkejut, "Aku lupa kalau sekarang aku berdua di sini, sekarang jam empat sore Aksara" jawab perempuan cantik itu.

"Assa saja, biar lebih mudah." jawabku

Dan Kani mengangguk, ia tidak protes lebih banyak mengenai diriku yang tidak ingin dipanggil secara lengkap. Segar harum sabun yang ia gunakan memenuhi ruangan kami berdua, "Kamu mending mandi, sebentar lagi masuk waktu makan malam, nanti aku sekalian ajak kamu keliling ke tempat lain dulu di sekitar asrama kita," Perempuan teman sekamarku itu berucap dan aku bagai induk sapi yang dicucuk hidungnya segera menuruti perkataannya itu, pertama karena aku membutuhkan makan dan kedua aku butuh untuk senantiasa mendengarkan dia bersuara terus, karena jujur saja aku senang mendengarkan deru suaranya menari-nari melewati indera pendengaranku.

Dan begitu, lah, sore itu kembali aku habiskan dengan menyusuri bagian dari sudut sekolah ini, menikmati terpaan matahari senja yang semakin membuat semuanya yang terhampar di mataku terasa dibubuhi sapuan warna jingga yang tersebar pada setiap hal yang dikecup oleh sinar sang surya. Kani memperkenalkan diriku pada bangunan yang dihiasi jendela besar di depannya terdapat rimbun pohon yang mengelilingi tempat tersebut yang membuatnya semakin asri, semakin dekat kaki kami melangkah ke sana dapat ku lihat dari kaca jendela yang merefleksikan bagian dalam bangunan itu dihiasi oleh banyak buku-buku dan kini tahu lah aku jika bangunan itu adalah perpustakaan. "Ini tuh tempat kesukaan aku," perempuan yang berjalan di sampingku ini memberikan informasinya, "Kamu harus coba untuk baca seharian di perpus pas lagi hujan terus sambil minum coklat, itu menyenangkan banget." berbinar-binar mata cantik Kani saat menjelaskan itu dengan senyum yang jua menghiasi wajahnya dan karenanya dalam pandanganku saat ini dirinya menjadi semakin cantik gilang gemilang.

"Kamu suka membaca Kani?" aku bertanya, dan rekan sekamar itu menganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Suka banget, kalau kamu Assa?"

"Suka juga. Tapi seringnya baca buku sejarah yang aku baca" Mendengar jawabanku itu, Kani menggenggam tanganku dengan bersemangat, "Sumpah? oke nanti berarti kita bisa baca buku bareng dan diskusi buku kalau di kamar, aku seneng banget akhirnya nemu teman sekamar yang suka baca buku juga" Melihat bagaimana perempuan cantik ini bersemangat tak ayal membuat diriku menghangat, senyum juga terbit pada wajahku. "Iya, nanti kita bisa sharing soal buku juga Kani"

Kani mengambil tanganku, sedikit menariknya, ia kembali mengajak diriku untuk berjalan menyusuri beragam tempat yang ada di sekolah ini. "Kenapa kamu tiba-tiba pindah ke sini Assa?" sambil berjalan dirinya kembali membuka percakapan di antara kami, "Karena menurut orang tua ku salah satu cara untuk menjinakan aku adalah dengan mengirim aku ke asrama" jawabku.

"Kalau kamu bagaimana Kani?" perempuan cantik di sampingku itu menoleh, "Bagaimana apanya?"

"Memang terbiasa di asrama?" aku melanjutkan, Kani menganggukan kepalanya, sesekali kaki nya menendang pelan bebatuan yang ada di tanah "Iya, dari SMP aku sudah asrama dan di sini juga, jangan tanya kenapa, aku cuma nurutin apa yang disuruh orang tua ku aja" suaranya terasa mengambang, menerawang, berusaha menembus hal yang jauh dan ia tak ketahui jawabannya.

"Kenapa kamu suka membaca?" dirinya kembali mengupayakan percakapan di antara kami, "Justru aneh kalau kita ga suka membaca Kani" aku terkekeh mendengar ucapannya itu, "Buku itu kan katanya salah satu perpanjangan dari ingatan," lanjutku, ia tersenyum mendengar jawaban yang aku berikan. "Dan membaca buku berarti kita sedang merawat ingatan itu sendiri" Kini dirinya yang menimpali ucapanku, "Kayaknya kita akan jadi teman baik deh Assa.." Kembali senyum terbit dari wajah cantik Kani, matahari semakin tenggelam dalam peraduannya, menutup hari pada awal pertemuan kami yang mengalir dengan begitu mudahnya. 

Memintamu kepada Tuhan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang