Naruto kembali menatap lukisan ratunya, berdoa lama sekali. Pria itu memberikan satu tangkai bunga matahari dibawah lukisan yang menggantung itu.
Naruto selalu melakukannya setiap pagi hari, masuk keruangan pribadinya, menatap lukisan ratu cantiknya itu dengan perasaan rindu dan sesal. Pria itu akan berdoa lama sekali, memohon agar permaisurinya itu bahagia bersama putranya di nirwana, dia juga memohon untuk dimaafkan atas kelalaiannya.
"Jika aku tidak sering pergi saat itu, apakah kita bisa tersenyum sekarang? Bermain bersama putra kita"
Pria itu sudah berkaca-kaca. "Maafkan aku yang selalu mengabaikanmu. Bahkan aku tidak mengetahui kau mengandung putra kita saat itu. Bukankah aku seorang raja yang buruk?"
Naruto begitu mengutuk dirinya, menangisi kepergian Hinata dan putranya.
...
Dulu saat dia bertemu pertama kali dengan Hinatanya itu, dia sangat gundah setiap malam, merasakan rindu yang begitu menggebu dan ingin bertemu.
Layaknya naluri laki-laki labil yang menginginkan kekasihnya itu terus berada di sisinya. Bahkan pria itu beberapa kali menyelinap dari istana saat malam hanya karena ingin bertemu Hinata.
Naruto juga sering mengirimkan gulungan pesan untuk Hinata, menyuruh kurir istana untuk menyerahkannya kepada putri Hyuga itu dengan mengatakan...
"Ini daftar obat herbal yang kita butuhkan, kau harus menyampaikan kepada putri Hyuga secara langsung karena hanya dia yang mengetahui jenis obat yang kumaksud"
Mbelgedess!
Sejatinya gulungan itu hanya berisi puisi cinta dan pujian-pujian untuk Hinata. Mengagumi kecerdasan serta kecantikan kekasihnya dengan tulisan yang menurutnya indah itu.
Tentu saja mereka menjalin kasih secara diam-diam agar tidak menimbulkan skandal. Seperti Hinatanya dibunuh gadis lain karena rasa iri.
...
Naruto tersenyum dengan air mata mengalir, mengingat betapa manisnya kisah cintanya itu. Seorang raja yang begitu mencintai putri pemilik kedai herbal terbesar sampai bermain kucing-kucingan.
"Nanti malam akan ada perayaan, aku akan memberikan sambutan dan jamuan untuk para tamu agung juga mengadakan bazar untuk rakyat"
Naruto menyentuh lukisan itu. "seandainya kau masih disisiku, kau pasti sangat suka dengan perayaan ini, kau pasti akan menikmati bazar dengan mata berbinar"
Naruto tersenyum. "Aku akan mengunjungimu lagi besok, tetaplah menungguku"
Pria itu mengusap air matanya, mengatur nafasnya perlahan, lalu berjalan pelan keluar dari ruangan pribadinya itu.
...
Banyak pejabat penting istana yang menghadiri perjamuan itu. Sasuke yang kini menjadi patinya dan Shikamaru yang menjadi penasehatnya, dan masih banyak lagi.
Naruto memberikan ucapan selamat datang serta sambutan sekadarnya, sebagai pembukaan perjamuan itu lalu mempersilahkan tamu undangan menikmati kudapan yang telah di sediakan.
Perayaan panen itu begitu meriah, banyak kembang api saling meletus bersahutan menghiasi langit malam itu yang juga penuh bintang.
"Ku rasa sudah saatnya anda memiliki keturunan" Ucap sang perdana menteri kepada Naruto.
Naruto hanya tersenyum mendengarnya, memang ada benarnya namun itu sangat bertentangan dengan hatinya. Menikah lagi? Oh tidak minat.
...
Naruto memakai pakaian sederhana, serba hitam seperti milik bangsawan, menyamarkan jika dirinya adalah seorang raja.
Dia mendatangi perayaan itu, melihat begitu meriahnya acara untuk rakyatnya. Dia mendatangi setiap stan yang menjual beraneka ragam makanan, gerabah, bahkan semua jenis peralatan rumah juga ada.
Pria itu berhenti disalah satu stan yang menjual assesoris kepala wanita, melihat beberapa bentuk headpiece yang begitu cantik, dia mengingat sang ratu. Dia membelinya, pria itu akan menyerahkannya pada sang ratu saat kunjungan besok di ruang pribadinya.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfiction👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi." ...