Eps; 05

108 18 0
                                    


  Saat bunga Foxglove itu hampir dalam gigitan Dobby, Zie  menarik dan mengambil kembali bunga itu ke dalam genggamannya. Wajahnya tampak berubah ekspresi saat melihat wajah lesu dan polos Dobby, Zie kemudian menatap wajah Ceilo yang sedang kebingungan melihat ke arahnya. Zie berdiri dari posisi jongkoknya, dia menatap ke arah seluruh penjuru ruang, ia juga tampak mengenali anak-anak di rubanah ini. Beberapa menit kemudian , Zie mengarahkan seluruh atensinya pada Nina dan berkata, " Mana Ciro?" 

 Seperti biasa, Nina tampak gahar dengan tatapan mematikan yang ditakuti seluruh anak di tempat ini, Nina melangkah santai dan duduk angkuh di salah satu anak tangga. Ia mencebikkan bibir, menarik napas dalam dan menjawab pertanyaan Zie dengan nada suara yang kurang bersahabat, " Kusuruh pergi ke sungai membuang bangkai ternak tak berguna." ujarnya ketus, mendengar jawaban santai Nina, Zie hanya mengangguk pelan-mata perempuan itu melirik lagi ke arah Ceilo yang dengan polosnya memfokuskan perhatian pada kedua orang dewasa yang sedang bicara.

"Mereka berdua tampak sehat dan terawat, jual untuk tiga hari ke depan, " Zie berkata demikian, sisi angkuh dan egoisnya tampak jelas terlihat meskipun tidak secara langsung.

"Mereka pasti disukai gadis-gadis pedophilia. " Emban Zie yang sedang menyulut rokoknya, Zie mengembuskan asap tipis dari nikotin yang digunakannya, dia berkata demikian sambil melangkah mendatangi Nina yang masih duduk di anak tangga.

Suara sepatu Zie berhenti tepat di samping Nina, perempuan itu kembali menghisap rokoknya begitu kuat lalu menerbangkan asap yang cukup mengepul ke udara, tidak terbawa angin namun sudah menghilang bak diserap kayu. Nina berdiri dari duduknya, mengambil alih rokok yang diapit di dua jari Zie, "kau mau aku berikan dua anak itu makanan enak? " Tanya Nina setelah menghisap rokok milik Zie.

"Ya, Kein akan sangat bahagia jika buruan kali ini harganya mahal, aku yakin harta dalam diri dua anak itu sangat sehat. " Jawab Zie, ia berkata pelan, tersenyum kecil yang angkuh lalu melangkah menaiki tangga, suara berisik sepatunya terdengar semakin samar dan semua anak di sana tahu, Zie sudah pergi. Begitupun Nina yang sempat menatap Ceilo dan Dobby yang masih terikat, wanita itu masih berdiri di tangga—membuat semua anak di sana takut dan bingung, kecuali Diaz yang pada dasarnya kelihatan abai.

"Diaz, " Ucap Nina nyaring, dan laki-laki yang memiliki nama itu mengangkat kepalanya, wajahnya memucat dan keringat dingin bergulir membasahi pelipis, Diaz mengarahkan seluruh atensi pada Nina—menunggu perintah apa yang akan ia lakukan lagi.

"Lepaskan tali yang mengikat dua temanmu itu. " Ujar Nina, Diaz segera bergerak, anak itu langsung berdiri dan dia melakukan setiap perintah seperti yang dikatakan Cetta; yaitu tanpa merasa terbebani, seperti yang dilihat  Ceilo sepertinya Diaz adalah orang yang cukup menadapat posisi di antara orang-orang jahat itu. 

  Ceilo menatap wajah Diaz yang tampak tenang dan tanpa rasa takut kendati pipinya dan bawah matanya sudah cukup banyak memar, kondisi tubuhnya tak jauh berbeda dari Fleur yang sering kena tampar Kein dan Nina. Tangannya tampak gemetaran saat melepaskan tali yang diikat kuat melingkar kedua ntangan Ceilo, setelah berhasil anak itu juga melepaskan tali yang mengikat kaki Ceilo. Setelah berhasil, Diaz tak berbicara apapun, dia tampak pendiam-melihat Diaz tak membebaskan ikatan Dobby, maka Ceilo lah yang segera bergerak membebaskan Dobby.

 Ceilo dan Dobby benar-benar bebas sekarang, mereka merasa sangat senang kendati tidak ada hal yang lebih meneyenangkan ketimbang hidup bebas berkeliaran di dunia sesungguhnya. Dobby tampak berlari kecil setelah Nina pergi meninggalkan rubanah, laki-laki berwajah tampan itu berhenti melangkah di depan Fleur yang menyusui bayinya. Mata Dobby tampak berbinar saat melihat bayi menggemaskan meskipun kurang sehat menempel erat pada ibu kecilnya, namun di mata Dobby tetap saja anak Fleur menggemaskan. Sedangkan, Fleur menatap sebaliknya pada  Dobby, ibu muda itu tampak tak senang melihat Dobby mendekat ke arahnya.

" Jangan mengintipnya saat menyusu, dia malu." Ujar Fleur sambil menutupi wajah anaknya dengan telapak tangan kecil yang kotor dan ada beberapa bekas gigitan nyamuk tampak merah bekas digaruk olehnya. kalau saja Dobby paham, sebetulnya Fleur lah yang malu jika seseorang melihat dirinya sedang menyusui, sebab ada hal yang harus ia sembunyikan dari tatapan lawan jenis.

" Kamu benar-benar nggak ngasih nama buat, dia?" Dobby masih berdiri di tempatnya, sahabat Ceilo itu tampak gemas sekali melihat bayi mungil Fleur. Merasa sudah tidak tahan, jari Dobby hampir menyentuh pipi bayi itu namun tangan Ceilo lebih dulu menahan Dobby.

" Jangan Dobby, nanti dia nangis." ucap Ceilo melarang Dobby, temannya itupun tampak cemberut dan segera berbalik badan, ia mendatangi Diaz yang duduk berjarak dengan anak-anak lain.

" Maaf, Dobby memang seperti itu." ucap Ceilo saat Dobby pergi, Fleur hanya mengangguk sebab ia memahami tak semua orang cukup mengerti apalagi untuk usia belasan tahun yang mungkin belum pubertas. Ceilo pun berbalik badan setelah berkata demikian pada Fleur, namun belum sempat melangkah suara Fleur membuat Ceilo menoleh ke belakang.

" Nona Zie jarang datang ke rubanah, kecuali saat ada transaksi. Jaga dirimu baik-baik dan, kalau bisa kabur. kaburlah, orang tua mu pasti sangat mengkhawatirkan kalian." ucap Fleur setengah berbisik, sedang Ceilo tak tahu harus mengangguk atau menggeleng, sebab ia sendiri tidak cukup mengerti apa yang dibacarakan Fleur.

 Diaz kembali dipanggil, segeralah anak itu berdiri dan meninggalkan Dobby yang duduk di dekatnya, Cetta, Ceilo, Erion, dan juga Fleur menatap Diaz yang bergegas menaiki tangga. Ingin sekali sebetulnya Ceilo menanyakan perihal Diaz pada Fleur atau pun Erion. Namun hal itu urung ia lakukan, melihat situasi di malam yang sunyi ini tampaknya mereka tak mengantuk sedikitpun. Ceilo juga sedang bingung, kenapa dirinya juga tidak mengantuk sama sekali-atau mungkin kantuk itu hilang karena rasa takut ini. Tak lama berselang, Diaz kembali muncul sambil membawa dua piring nasi pakai sayur, wajahnya yang tenang dan pucat menatap Ceilo dan Dobby bergantian.

 " Bu Nina memberikan kalian berdua makanan." Dobby segera berdiri mendatangi Diaz, ia segera menyambut sepiring nasi di tangan kanan Diaz, sedangkan Ceilo tak berniat melangkah untuk mengambil sepiring nasi penuh sayur itu. Diaz lah yang mengalah dan mendatangi Ceilo, ia menaruh sepiring nasi itu di tangan Ceilo lalu anak itu berbalik kembali duduk sendirian. Ceilo menatap Dobby yang diam, sepertinya sahabat itu sedang memikirkan hal yang sama seperti dirinya. 

 Ceilo menaruh piring di lantai, lalu berlarian kecil menuju tangga rubanah, saat kakinya meniti  anak tangga, sontak Cetta dan Fleur tercengang mereka berniat menghentikan niat Ceilo, namun anak baru itu sudah terlanjur menginjak lantai  atas. Tak lama, Ceilo kembali turun ke bawah dan tersenyum simpul. 

" Mereka sudah tidur, kita bisa membagi makanannya." Ucap Ceilo pelan, dan dibalas anggukan antusias oleh Dobby.


                                                                                           🪷🪷🪷


                                                                              KISAH LAUTAN LOTUS

Kisah Lautan LotusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang