Ceilo terkesiap dan terbebas dari mimpi buruk—bunga tidurnya yang terasa panjang saat lolongan anjing Pitbull rasanya memecah gendang telinga, peluh ketakutan membasahi seluruh area dahinya. Matanya menatap penjuru rubanah, melihat dan anjing Pitbull itu kembali bersuara dengan oktaf tertinggi, matanya nyalang dan lidahnya keluar dari mulut seakan-akan ingin memakan dirinya. Rantai menjuntai dari tangan kejam wanita lanjut, lehernya miring menatap Ceilo yang takut setengah mati, apalagi ini kali pertama dirinya melihat anjing dalam jarak yang dekat.
Prang!
Piring kaca mendarat di kepala Ceilo, anak itu semakin terkejut namun kian ketakutan. Matanya sempat menatap ke lantai, tepat pada nasi yang tumpah berhamburan—beberapa biji nasi menempel di dahi dan pipinya. Ruang ini rasanya semakin hampa, apalagi saat tak terdengar suara tangis bayi Fleur. Ceilo pun melirik kanan-kiri dan melihat keberadaan teman-temannya yang lain. Dengan gugup dan takut, ia mengangkat wajahnya dan melihat Dobby bersama anak-anak lainnya terikat menjadi satu dengan tali tambang kecil dan mulut ditutup kain.
Nina melangkah membawa anjingnya kian mendekati Ceilo, rasanya napas berhenti saat dahinya seolah hendak bertabrakan dengan gigi runcing anjing itu. Anjingnya menyalak kuat, melahirkan gaung dan juga ketakutan yang memuncak.
"Apa yang kau pikirkan, Ceilo? Kau tak suka sayuran? Sayang sekali aku malas memasak daging. " Ucap Nina dengan suara rendah dingin dan wajahnya yang menakutkan—hampir mirip dengan anjing Pitbull itu.
Nina melepaskan rantai anjing itu dari tanganya, wanita itu berbalik badan dan melangkah santai menuju undakan tangga. Mengambil dua piring kecil dan kembali mendatangi Ceilo, Nina membungkuk juga tersenyum saat ia meletakkan dua piring kecil itu di hadapan Ceilo.
"Makanlah, kau lebih suka daging bukan? " Ujar Nina diakhiri senyumnya yang jahat, Ceilo menunduk menatap apa yang sebetulnya dihidangkan Nina padanya.
Setelah melihatnya, napas Ceilo memburu—melihatnya saja sudah mual. Dagu Ceilo kembali diangkat oleh Nina, wanita itu menatap wajah pucat basah Ceilo yang semakin jelas terlihat ketakutan. Sepotong daging merah yang masih basah oleh darah itu benar-benar membuat Ceilo mual, bahkan ia tak yakin itu adalah hasil daging buruan.
Ceilo kembali menatap wajah teman-temannya, memastikan keberadaan Ciro yang mungkin berhasil membawakan daging kelinci untuk Nina, namun tak ada wajahnya di sana. Hanya ada gelengan lemah Dobby, Fleur yang hanya menunduk diam dan juga Diaz yang tampak tenang bahkan saat situasi seperti ini, Erion dan Cetta juga demikian. Mereka diam membisu seolah tak dengar dan tak lihat apa yang sedang terjadi di depan mata mereka.
Anjing itu menyalak Ceilo yang tak juga memakan hidangan di hadapannya dan detik itu juga pecutan cambuk memberikan reaksi panas yang perih secara bersamaan di punggung Ceilo, Ceilo menatap kedua piring itu, yakni robekan telinga yang dipotong dan daging basah itu. Nina mengeluarkan pistol dari pinggangnya, melangkah cepat dan menodongkan benda itu ke kepala Dobby. Anak itupun merengek takut dengan mulut disumpal kain.
Ceilo menatap wajah Dobby yang ketakutan, seketika matanya berair saat melihat teman-temannya yang lain juga tampak ketakutan. Ceilo menelan ludah, lalu menunduk dan menutup matanya rapat-rapat. Kedua tangannya kemudian menyentuh daging mentah itu lalu menggigit nya dengan ragu, satu gigitan itu berhasil masuk ke dalam mulut Ceilo meskipun susah sekali mengunyah dalam keadaan mentah. Ceilo merasakan daging itu sedikit pahit meskipun bercampur dengan darah yang masih terasa. Ceilo lalu menelan daging itu, meskipun lambungnya menolak dan dia hampir muntah namun menahannya.
"Wah! Bagus! " Nina tampak berbangga sekali detik itu, bertepuk tangan singkat yang putus-putus. Bahkan pistol itu tak sengaja dijatuhkan olehnya, mungkin mengagumi Ceilo yang tak ragu dan berani bertindak tanpa memikirkannya lama-lama.
"Kau mau tahu daging apa itu? " Nina seolah melupakan Pistol yang sudah tak ada ditangannya, wanita lanjut itu melangkah gembira mendatangi Ceilo, tangannya kembali ambil kendali rantai yang dibiarkan menjuntai di lantai saat Anjing Pitbull itu menjilati wajah Ceilo. Sedangkan pemilik pipi sedang bungkam sambil menahan mual, matanya menatap Nina yang kian mendekat ke arahnya sambil berkacak pinggang wanita itu jongkok di depan Ceilo.
"Wah, tadi itu membuatku merinding, coba tebak daging apa yang kau makan?" Nina mencubit pipi tembem milik Ceilo, dia sumringah sekali pada Ceilo.
"Kelinci." jawab Ceilo pelan dan ragu, dari suaranya saja sudah ditebak kalau anak itu tertekan.
"kelinci?" Nina bertanya dan memastikan, Nina menoleh ke belakang menatap teman-teman Ceilo yang diikat, "Fleur, ternyata anakmu rasa kelinci. Aku juga tak sabar mencobanya." ujarnya memicingkan mata, menghunus tajam pada Fleur yang diam menunduk.
Rasa mual yang ditahan Ceilo benar-benar tak tertahankan saat mendengar apa yang baru saja keluar dari pita suara Nina. Anak itu memuntahkan apa yang sudah ditelannya tepat pada potongan telinga yang ada di piring satunya, Nina yang melihat itu langsung memukuli Ceilo, kakinya menginjak kuat tubuh kecil itu dan Anjing Pitbull itu menggonggong di pagi hari buta. Puas melakukan hal itu, Ceilo dicambuk berkali-kali sampai anak itu menangis kesakitan, wajahnya merah menahan sakit dan seluruh tubuhnya basah oleh keringatnya sendiri.
Mata Dobby tak berkedip melihat Ceilo yang terkulai lemah menahan sakit di tengah lantai kotor rubanah, seragam sekolahnya pun tak lagi berwarna putih bersih seperti setiap kali ibunya mencucikan. Seketika matanya berair, ada emosi yang tertahan dari wajah tampan yang tampak polos itu, tangannya tampak bergerak kuat dan Fleur yang duduk di dekatnya pun merasakan gerakan Dobby yang menggebu. Mata Fleur melirik ke arah Ceilo di depan sana, setelah itu melirik Dobby yang menatap tajam punggung Nina. Fleur masih diam, dan kakinya yang duduk bersila itu mulai ia gerakkan tanpa sepengetahuan yang lainnya. Erion menatap Fleur yang grasak-grusuk memperbaiki poisi duduk, namun desing cambuk membuat Erion menutup mata.
Mata dengan tatapan kosong itu sedang menatap benda api yang terletak tak cukup jauh darinya, bahu Fleur menyenggol Dobby yang masih berambisi, namun saat senggolan itu Dobby jadi berhenti karena mengira Fleur sedang menyampaikan sebuah peringatan. Fleur menatap lagi ke depan, masih menyaksikan Ceilo dipukuli Nina hingga sudut bibirnya berdarah. Dobby merasakan tali yang mengikatnya sudah longgar, perlahan-lahan anak laki-laki itu mengeluarkan tangannya dari tali itu, mencoba tidak menimbulkan kecurigaan.
Fleur kembali melirik ke arah Dobby, gadis itu kembali menyenggol bahu Dobby—membuat laki-laki tampan itu menatap Fleur. Dan, gadis itu memicingkan mata seolah ada hal yang sedang dibicarakannya pada Dobby. Dobby masih menatap Fleur, sepasang kaki gadis itu menginjak pistol dan menyeretnya dengan pelan ke arahnya sendiri. Mata Fleur menyipit sambil mengarahkan matanya ke arah Dobby, saat ini Dobby mulai mengerti. Ia segera melepaskan ikatan yang membelit kedua tangan Fleur. Dan, Ceilo semakin lemas dipukuli dengan cambuk itu.
°
Kisah Lautan Lotus
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Lautan Lotus
Mystery / ThrillerMayat beberapa anak ditemukan di dataran hutan tropis yang terletak di Nusantara, anak lainnya juga ditemukan dalam keadaan membusuk di danau Lotus di antara dahannya yang rapat. Menurut kesaksian salah satu anak yang ditemukan lemas kelaparan di pu...