Code 15: Knows It for the Better

184 29 6
                                    

Tak ingin kau jauhTapi takdir menginginkan kita 'tuk berpisah___________________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak ingin kau jauh
Tapi takdir menginginkan kita 'tuk berpisah
___________________________________________

'TOK TOK TOK'

Bunyi ketukan yang kuat pada pintu kayu berdaun nipah mengejutkan Taufan yang sedang menjahit jaring jalanya. Siapa pula gerangan yang datang ke rumahnya malam-malam buta ini. Dengan langkah malas, Taufan pun bangun. Mamanya sudah tidur, kesian kalau wanita tua itu terbangun.

"Kejap!" laung Taufan tatkala pintunya masih tetap diketuk kuat. Boleh terkeluar engsel pintu yang sudah berkarat itu kalau dibiarkan lama-lama.

Taufan pun membuka pintu. Mata nilamnya membulat saat melihat sosok berdarah yang berdiri dihadapannya.

"Lin!"

Cepat-cepat Taufan ingin menompang tubuh yang hampir bersujud ke bumi jika berdiri terlalu lama. Tubuh Halilintar yang dingin dan menggigil menambahkan lagi kerisauan Taufan. Namun perlakuan baik Taufan ditepis Halilintar

"Lin, kenapa? Apa yang jadi?! Asal sampai berdarah-darah macam ni?!" Ujar Taufan penuh penekanan kepada pemuda dihadapannya.

"Taufan.. Taufan aku mohon... Bawa mama pergi dari sini. Tolong..." Halilintar jatuh bersimpuh di hadapan pemuda nelayan itu.

Hilang sudah sifat datarnya yang sentiasa ditunjukkan. Saat ini hanya ada Halilintar yang hancur luar dan dalam. Bahkan sakit pada dadanya tidak dapat melawan rasa sakit di hati dan mentalnya.

"Fan... Hah.. Huk.. Aku mohon kau dan mama pergi jauh. Cukup jauh dari sini.. Aku tak sanggup-" Kata-kata Halilintar yang diselangi isakan akhirnya terpotong kerana tangisnya sudah tidak terbendung. Bahkan saat ini jika Taufan ingin Halilintar mencium kakinya saja bakal dia laksanakan.

"LIN?! Kenapa jadi macam mana? Tolong bagitahu aku! Kenapa aku dan mama kena pergi dari sini?!" Taufan menelusupkan kedua tanganya di antara celah tangan Halilintar lalu dengan lembut di angkat daripada lantai yang dingin. Tubuh Halilintar bahkan sudah seperti boneka tanpa tulang dan otot. Dengan hati-hati Taufan mengalungkan tangan Halilintar melingkari lehernya. Manakala dia menahan tubuh Halilintar daripada merosot kebawah.

Pemuda merah itu tidak menyedari gendongan koala Taufan. Atau mungkin dia sudah tidak dapat berfikir dengan jernih saat ini. Semuanya kacau. Fikirannya, emosinya, fizikalnya dan mentalnya. Halilintar hanya terus menangis dan menangis, air matanya laju mengalir bersama-sama darah yang sudah mengering pada wajahnya. Hati Taufan terasa berdenyut sakit melihat lelaki dalam gendongannya.

"Lin, ya Tuhan. Lihat aku. Lin, hei tenang. Sayang jangan macam ni, " Taufan yang masih setia menggendong tubuh itu menggunakan tangan kirinya untuk menyeka air mata yang mengalir deras. Tak lupa dia membersihkan sisa-sia tanah yang menodai muka Halilintar.

Halilintar menggelengkan kepalanya laju.

"F-Fan, tolong pergi... Uh.. Pergi merantau ke tempat yang langka-huk. Hidup dengan tenang disana-huk. Aku bakal beri semua simpanan aku dekat kau, " Halilintar berkata, sesekali tersedu  dek tangisannya.

Love & Sins | TauHaliWhere stories live. Discover now