11.

284 59 9
                                    

Vote n follow👊
.
.

Happy Reading

!
/
¡

Dalam keadaan setengah sadar, Chaeyoung tidak bisa menolak ketika Jaehyun membawanya ke salah satu kamar yang ada di club itu. Dia merasa lemah dan tidak berdaya, efek dari minuman yang dicampur sesuatu mulai bekerja. Pusing dan kebingungan menyelimuti dirinya, dia merasa euforia tapi kehilangan kontrol diri, dan tubuhnya mulai terasa panas.

Namun, sebelum Jaehyun bisa melakukan niat jahatnya, pintu kamar didobrak dengan keras. Chanyeol berdiri di ambang pintu dengan wajah marah. "Apa yang kau lakukan, Jaehyun?!"

Chanyeol segera menarik Jaehyun dan menghajarnya. Jaehyun jatuh ke lantai, kesakitan, sementara Chanyeol dengan cepat mengangkat Chaeyoung dan membawanya keluar dari kamar. Dia memapah Chaeyoung ke mobilnya dan menempatkannya di kursi penumpang.

Dalam perjalanan keluar, Chanyeol sempat memukul Jaehyun beberapa kali lagi, memastikan dia tidak bisa bangkit untuk mengikuti mereka.

Chanyeol menanyakan alamat apartemen Chaeyoung pada Lisa sebelumnya, jadi dia tahu ke mana harus pergi. Setelah memastikan Chaeyoung aman di mobil, dia melaju menuju apartemen Chaeyoung.

Chaeyoung berdiri dengan goyah di depan pintu apartemennya, tubuhnya lemah akibat pengaruh obat perangsang yang diberikan oleh Jaehyun. Matanya setengah terpejam dan napasnya berat. Di sebelahnya, Chanyeol menekan bel pintu dengan cemas. Ketika pintu terbuka, Jisoo berdiri di ambang pintu dan wajahnya berubah terkejut melihat adiknya dalam keadaan seperti itu. "Apa yang terjadi?!" dengan wajah penuh kekhawatiran yang segera berubah menjadi amarah.

"Apa yang kau lakukan pada adikku?!" bentak Jisoo, tanpa memberi Chanyeol kesempatan untuk menjelaskan. Tangan Jisoo bergerak cepat, mendaratkan pukulan keras di wajah Chanyeol.

Chanyeol terhuyung ke belakang, menahan rasa sakit. "Tunggu! Ini bukan salahku!" teriaknya, mengangkat tangan sebagai tanda menyerah. "Itu Jaehyun. Dia yang memberinya obat. Aku hanya membawanya pulang."

Meskipun begitu, Jisoo yang sedang dipenuhi kemarahan tak mampu meredam emosinya. Ia menatap Chanyeol dengan tatapan dingin. "Pergilah. Aku tidak mau melihatmu lagi" ucapnya dengan nada tajam, sebelum menarik Chaeyoung masuk ke dalam apartemen dan menutup pintu dengan keras.

Di dalam, Chaeyoung tampak semakin lemah. Matanya berkaca-kaca, tubuhnya gemetar. Jisoo membawanya ke sofa dan duduk di sampingnya, mencoba memahami apa yang terjadi. Namun, Chaeyoung yang berada di bawah pengaruh obat, mulai bertindak aneh.

"Jisoonie, aku merasa aneh" bisik Chaeyoung dengan suara serak. Tangan Chaeyoung mulai menyentuh wajah Jisoo, lalu turun ke leher dan bahunya.

Jisoo terkejut dan merasa bingung. "Chaeyoung, kau harus tenang," katanya dengan suara lembut, meskipun hatinya berdebar kencang. Namun, Chaeyoung tidak berhenti. Bibirnya mendekat ke bibir Jisoo dan sebelum Jisoo sempat menolak, Chaeyoung melumat bibirnya dengan penuh gairah.

Jisoo segera menyadari bahaya situasi ini. Ia hampir kehilangan kendali, tetapi dengan cepat menarik diri. "Chaeyoung, hentikan. Kau tidak tahu apa yang kau lakukan" katanya dengan tegas, meskipun hatinya terasa berat.

Dengan segera, Jisoo membawa Chaeyoung ke kamar mandi dan menyalakan air di bathub. Ia membantu Chaeyoung masuk ke dalam air dingin, berharap ini akan membantu meredakan efek obat. Chaeyoung meronta-ronta sebentar sebelum akhirnya tenang dalam pelukan Jisoo.

"Maafkan aku, Chaeyoung. Aku tidak tahu harus berbuat apa" bisik Jisoo, menahan air mata yang hampir tumpah. Ia mengguyur kepala Chaeyoung dengan air, berharap ini akan membantu adiknya pulih.

Chaeyoung memandang Jisoo dengan mata setengah tertutup. "Aku mencintaimu Jisoo. Bukan seperti saudara" katanya pelan sebelum akhirnya tertidur dalam pelukan Jisoo.

Jisoo terkejut mendengar pengakuan itu. Hatinya bercampur aduk antara kebingungan, ketakutan, dan perasaan yang tidak ia mengerti. "Apa yang kau maksud, Chaeyoung?" bisiknya, meskipun tahu bahwa Chaeyoung tidak akan menjawab.

Setelah beberapa saat, Jisoo membawa Chaeyoung ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur setelah mengganti pakaian adiknya itu. Ia menatap wajah adiknya yang tampak damai dalam tidur, meskipun hatinya tidak tenang. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ini sesuatu yang salah, tidak seharusnya Chaeyoung memiliki perasaan itu. Bagaimana cara ia menyikapinya?

Ketika pagi tiba, Jisoo masih terjaga di samping Chaeyoung. Ia tidak tidur semalam, terlalu banyak pikiran yang memenuhi kepalanya. Ketika Chaeyoung akhirnya bangun, ia tampak kebingungan.

"Jisoonie, apa yang terjadi semalam?" tanya Chaeyoung dengan suara serak. "Kenapa aku merasa aneh?"

Jisoo menarik napas dalam-dalam. "Kau diberi obat oleh Jaehyun. Chanyeol yang membawamu pulang" jawabnya pelan.

Chaeyoung menatap Jisoo dengan mata berkaca-kaca. "Aku ingat itu... Maafkan aku..."

Jisoo merasa hatinya berdetak kencang. "Kita harus bicara tentang itu nanti, Chaeyoung. Yang terpenting sekarang adalah kau harus beristirahat dan pulih" katanya dengan suara lembut, meskipun hatinya penuh kekhawatiran.

Hari itu berlalu dengan keheningan yang canggung di antara mereka. Meskipun mereka berusaha bersikap biasa, perasaan yang tidak terucapkan menggantung di udara.

<•••>


Sejak malam itu, saat Chaeyoung dengan jujur mengungkapkan perasaannya yang terlarang, Jisoo merasa bimbang dan resah. Dia tahu harus menjaga jarak dari adiknya untuk kebaikan bersama, tetapi melakukannya adalah hal yang sangat sulit. Setiap pagi, Jisoo bangun lebih awal, menyiapkan sarapan untuk Chaeyoung, dan pergi sebelum adiknya bangun. Dia pulang larut malam ketika Chaeyoung sudah tertidur. Jisoo merasa hampa, tetapi dia yakin ini adalah cara terbaik untuk menjaga agar perasaan Chaeyoung tidak semakin dalam.

Chaeyoung, di sisi lain, merasa sangat terluka dengan sikap kakaknya. Dia merasa diabaikan dan kesepian. Di sekolah, pikirannya selalu dipenuhi dengan bayangan Jisoo. Setiap kali melihat teman-temannya berinteraksi dengan kakak mereka, hati Chaeyoung terasa hancur. Dia merindukan saat-saat di mana dia bisa berbicara dan bercanda dengan Jisoo tanpa ada beban.

"Kenapa kau menghindariku? Apa salahku?" gumam Chaeyoung pada dirinya sendiri saat dia duduk sendirian di kantin sekolah. Lisa, sahabatnya, melihat wajah muram Chaeyoung dan merasa prihatin.

"Chipmunk, kau kenapa? Kelihatannya sedang tidak bersemangat" kata Lisa sambil duduk di sebelahnya.

Chaeyoung mencoba tersenyum, tetapi senyumnya tampak dipaksakan. "Tidak apa-apa, Lisa. Aku hanya sedikit lelah"

Lisa tahu ada sesuatu yang tidak beres. "Kalau ada masalah, kau bisa cerita padaku, Chaeyoung. Aku selalu siap mendengarkan"

Chaeyoung merasa sedikit lega mendengar kata-kata Lisa. "Terima kasih, Lisa. Aku hanya... sedang banyak pikiran. Aku merindukan kakakku. Dia selalu menghindari ku belakangan ini"

Lisa mengernyitkan dahi. "Jisoo unnie? Kenapa dia menghindari mu?"

Chaeyoung menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Lisa. Aku juga tidak mengerti. Dia selalu pergi sebelum aku bangun dan pulang saat aku sudah tidur"

Lisa mencoba menghibur sahabatnya. "Mungkin Jisoo unnie sedang sibuk. Kamu tahu, kan, dia punya banyak kegiatan di kampus"

"Ya, mungkin saja" jawab Chaeyoung dengan suara pelan. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu adalah alasan yang sebenarnya, tetapi hatinya mengatakan hal yang berbeda.

·••••·


Eh coba kasih rating cerita ini dong (/10)
.
.

Vote n follow🫵
.
.

Rabu, 24 Juli 2024

TBC🥀

Our Sins || Chaesoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang