13.

241 53 6
                                    

Vote²³⁴⁵⁶⁷⁸⁹😤🫵
.
.

Happy Reading

!
/
¡

Meskipun Jisoo telah berusaha untuk tidak lagi meninggalkan Chaeyoung sendirian di pagi hari atau pulang terlambat hingga larut malam, hubungan mereka masih jauh dari kata normal. Ada jarak yang terasa semakin lebar di antara mereka. Jisoo masih menjaga jarak, meskipun dia berusaha untuk tetap ada di sekitar Chaeyoung. Ini membuat Chaeyoung merasa semakin frustasi dan kesepian.

Suatu malam, saat mereka selesai makan malam, Chaeyoung merasa sangat ingin berbicara dengan Jisoo. Dia mendekati kakaknya dengan hati-hati. "Unnie, bisakah aku tidur di kamar bersamamu malam ini?" tanyanya dengan nada memohon.

Jisoo terdiam sejenak, mencari alasan yang tepat untuk menolak. "Aku... aku harus menyelesaikan beberapa tugas kuliah malam ini, Chaeyoung. Mungkin lain kali, ya?" jawab Jisoo sambil tersenyum kaku.

Chaeyoung merasakan sakit di hatinya. "Kenapa, unnie? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanyanya dengan suara pelan.

Jisoo menggeleng cepat. "Tidak, Chaeyoung. Kau tidak melakukan apa-apa yang salah. Aku hanya... butuh waktu untuk diriku sendiri"

Jawaban itu membuat Chaeyoung semakin sakit hati. Dia mengangguk pelan dan pergi ke kamarnya dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Jisoo hanya bisa menatap punggung adiknya dengan perasaan bersalah yang mendalam. Dia tahu bahwa dia menyakiti Chaeyoung, tetapi dia merasa ini adalah yang terbaik untuk menjaga jarak di antara mereka.

Pagi berikutnya, suasana di apartemen mereka tetap hening. Meskipun mereka berdua berada di ruangan yang sama, rasanya seperti ada dinding tak kasat mata yang memisahkan mereka. Chaeyoung berusaha untuk bersikap normal, tetapi hatinya selalu terasa sakit setiap kali dia melihat Jisoo.

Suatu hari, Jennie datang berkunjung ke apartemen mereka. Chaeyoung yang saat itu baru pulang dari sekolah melihat Jennie dan Jisoo sedang bercanda di ruang tamu. Hatinya semakin memanas melihat kedekatan mereka. Sikap Jisoo kepada Jennie sangat berbeda dengan sikapnya kepada Chaeyoung. Mereka terlihat begitu dekat dan akrab, sementara Jisoo selalu menjaga jarak dari Chaeyoung.

"Unnie, aku pulang" kata Chaeyoung dengan suara pelan.

"Oh, Chaengie! Selamat datang" jawab Jisoo dengan senyum yang terkesan dipaksakan. "Kita sedang berbincang-bincang ringan. Mau bergabung?"

Chaeyoung menggeleng. "Tidak, terima kasih. Aku akan ke kamar"

Jennie melihat ketegangan di antara mereka dan mencoba menghidupkan suasana. "Chaeyoung, bagaimana hari ini di sekolah?" tanyanya ramah.

Chaeyoung mencoba tersenyum, meskipun hatinya terasa hancur. "Hari ini baik, unnie. Terima kasih sudah bertanya"

Jisoo merasakan ketegangan itu dan merasa semakin bersalah. Setelah beberapa saat, dia mendekati Chaeyoung di kamarnya. "Chaeyoung, aku tahu kau merasa kesepian. Aku hanya butuh waktu untuk diriku sendiri, bukan karena aku tidak peduli padamu"

Chaeyoung menatap Jisoo dengan mata yang penuh air mata. "Tapi kenapa, unnie? Kenapa kau bisa begitu dekat dengan Jennie, tapi selalu menjaga jarak denganku?"

Jisoo terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasakan konflik batin yang kuat. Di satu sisi, dia ingin melindungi Chaeyoung dari perasaan yang salah, tetapi di sisi lain, dia tidak ingin melihat adiknya menderita.

Hari-hari berikutnya, Chaeyoung semakin merasa terasing. Dia melihat bagaimana Jisoo selalu ceria dan hangat kepada Jennie, sementara sikap Jisoo padanya selalu terasa dingin dan menjaga jarak. Ini membuat Chaeyoung semakin frustasi dan marah. Setiap kali Jennie datang berkunjung, Chaeyoung merasa hatinya semakin hancur.

Suatu malam, setelah Jennie pulang, Chaeyoung merasa bahwa dia tidak bisa menahan perasaannya lagi. Dia mendekati Jisoo yang sedang duduk di sofa ruang tamu. "Unnie, kita harus bicara" katanya dengan suara yang bergetar.

Jisoo menatap adiknya dengan cemas. "Ada apa, Chaeyoung?"

Chaeyoung mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tidak tahan lagi dengan sikapmu yang selalu menjaga jarak dariku. Aku merasa seperti kau tidak peduli padaku lagi"

Jisoo menghela napas panjang. "Chaeyoung, aku peduli padamu. Aku sangat peduli. Tapi aku harus menjaga jarak untuk kebaikan kita berdua"

"Tapi kenapa, unnie? Kenapa kau bisa begitu dekat dengan Jennie, tapi selalu menjauh dariku?" tanya Chaeyoung dengan suara yang mulai serak karena menahan tangis.

Jisoo terdiam, merasa sulit untuk menjelaskan perasaannya yang rumit. "Jennie... Jennie berbeda, Chaeyoung. Aku tidak punya perasaan yang salah padanya seperti apa yang kau miliki padaku"

Kata-kata itu membuat Chaeyoung semakin terluka. "Aku tahu perasaanku salah, unnie. Sudah ku katakan sebelumnya bahwa aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Aku sudah mencoba, berkali-kali, tapi semakin aku mencoba menepisnya, semakin perasaan ini mendalam."

Jisoo merasa hatinya hancur mendengar pengakuan Chaeyoung. Dia merasakan kepedihan yang sama, tetapi dia tahu bahwa mereka harus tetap menjaga jarak. "Chaeyoung, aku tidak ingin kau semakin terluka. Aku ingin melindungimu"

"Tapi sikapmu hanya membuatku semakin terluka, unnie. Aku merasa seperti kau tidak peduli padaku lagi" jawab Chaeyoung dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

Jisoo mendekati Chaeyoung dan memeluknya erat. "Maafkan aku, Chaeyoung. Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin melindungimu, tetapi aku juga tidak ingin melihatmu menderita"

Chaeyoung menangis di pelukan Jisoo, merasa sedikit lega karena akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya. Meskipun Jisoo masih merasa canggung, dia tahu bahwa dia harus ada di sisi Chaeyoung. "Aku akan berusaha lebih baik, Chaeyoung. Aku akan mencoba untuk lebih dekat denganmu tanpa membuatmu semakin terluka"

·••••·

Halahh bullshit nih jisoo, dari kemaren janji² mulu😾
.
.

Kamis, 25 Juli 2024

TBC🥀

Our Sins || Chaesoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang