28.

249 62 14
                                    

Happy Reading

!
/
¡

Chaeyoung sedang duduk bersantai di ruang tamu, menikmati buah-buahan segar dalam mangkuk yang dipegangnya. Dengan kaki yang diselonjorkan di atas sofa, dia merasakan ketenangan yang jarang ia rasakan akhir-akhir ini. Jisoo sedang tidak di rumah, pergi keluar untuk berbelanja bahan makanan. Setidaknya, dengan kepergian Jisoo, Chaeyoung bisa merasakan sedikit kedamaian, terhindar dari tatapan Jisoo yang selalu membuatnya merasa terjebak.

Saat ia asyik mengunyah potongan apel yang renyah, suara dering ponsel memecah keheningan di ruangan itu. Chaeyoung menoleh ke arah suara tersebut, melihat ponsel Jisoo yang tergeletak di meja kecil di samping sofa. Ponsel itu bergetar, menunjukkan ada panggilan masuk.

Rasa penasaran mendorongnya untuk melihat siapa yang menelepon. Begitu dia melihat layar ponsel itu, mata Chaeyoung membesar. Nama yang tertera di layar membuat hatinya berdegup lebih kencang. Jennie? pikirnya. Kenapa Jennie masih menghubungi Jisoo? Bukankah mereka seharusnya sudah mengakhiri hubungan mereka?

Deretan pertanyaan berputar di benak Chaeyoung saat dering panggilan itu berakhir. Ponsel kembali diam, tapi hanya untuk beberapa saat sebelum sebuah pesan masuk muncul di layar. Rasa penasaran Chaeyoung mengalahkan rasa tidak nyamannya. Dia meraih ponsel itu dan membuka pesan tersebut.

Pesan itu membuatnya tertegun. 'Chu, aku rindu. Mari bertemu.'

Chaeyoung terdiam, dadanya terasa sesak. Dugaannya semakin kuat—Jisoo mungkin belum sepenuhnya mengakhiri hubungannya dengan Jennie. Bagaimana mungkin Jisoo berbohong padanya? Rasa kecewa dan marah membuncah dalam hatinya, namun dia berusaha menahannya. Dia tidak bisa langsung menuduh Jisoo tanpa bukti yang lebih konkret.

Setelah menarik napas panjang, Chaeyoung meletakkan kembali ponsel Jisoo di tempatnya semula. Ia berjalan menuju kamarnya, merasa perlu memikirkan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Di dalam kamar, ia berbaring di tempat tidurnya sambil memandangi langit-langit, otaknya berputar mencari jawaban. Apakah Jisoo benar-benar berbohong padanya? Bagaimana kalau memang benar begitu? Apa yang harus ia lakukan?

Tidak lama kemudian, Chaeyoung mendengar pintu depan terbuka. Jisoo telah kembali dari berbelanja.

Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki terdengar semakin mendekat ke kamar Chaeyoung. Ia menahan napas, pura-pura tidur ketika Jisoo mengetuk pintu kamar.

"Chaeyoung-ah, aku pergi keluar sebentar. Makan malammu sudah aku siapkan, ya," kata Jisoo dengan lembut dari luar pintu. Chaeyoung mendengar langkah kaki Jisoo menjauh, diikuti dengan suara pintu depan yang kembali tertutup. Jisoo sudah keluar dari apartemen.

Setelah yakin Jisoo telah pergi, Chaeyoung bangkit dari tempat tidurnya. Rasa penasaran yang meluap mengalahkan rasa takutnya. Dia harus tahu kebenarannya. Dengan hati-hati, dia mengintip dari jendela kamarnya, memastikan Jisoo tidak lagi terlihat di sekitar apartemen.

Untungnya Chaeyoung juga sempat membaca pesan dari Jennie mengenai tempat mereka akan bertemu. Hatinya mulai memanas, perasaan cemas dan marah bercampur menjadi satu. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran adalah dengan mengikutinya sendiri.

Dengan tekad bulat, Chaeyoung meninggalkan apartemen dan memanggil taksi, menuju tempat yang tertulis di pesan itu—sebuah kafe kecil yang cukup jauh dari pusat kota. Dalam perjalanan, berbagai kemungkinan buruk berputar di kepalanya, namun dia tetap berharap bahwa dugaannya salah. Mungkin saja Jisoo hanya bertemu biasa dengan Jennie karena telah mengakhiri semuanya secara baik-baik.

Setibanya di kafe, Chaeyoung turun dari taksi dengan perasaan cemas yang makin memuncak. Ia melangkah masuk ke dalam kafe, matanya segera bergerak cepat mencari sosok Jisoo dan Jennie di antara pengunjung. Jantungnya berdetak kencang saat dia akhirnya melihat mereka, duduk di sudut kafe yang cukup terpencil.

Our Sins || Chaesoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang