17. +

696 62 7
                                    

Vote²!!!
.
.

Happy Reading

!
/
¡

Akhir-akhir ini, sikap Jisoo semakin posesif terhadap Chaeyoung. Apa yang awalnya tampak seperti upaya untuk mendekatkan diri, kini berubah menjadi pengawasan yang konstan. Chaeyoung merasa frustasi. Bagaimana ia bisa menghilangkan perasaannya jika Jisoo terus bersikap seperti ini?

Chaeyoung mencoba untuk bersabar. Dia tahu bahwa Jisoo sedang berusaha keras untuk menemukan keseimbangan, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa perasaan Jisoo yang campur aduk justru membuatnya semakin sulit. Ketika dia berada di sekolah, Jisoo selalu memastikan untuk mengantarnya dan menjemputnya. Di rumah, Jisoo selalu ada di sekitar, seolah takut kehilangan pandangannya terhadap Chaeyoung.

Malam harinya, saat sedang makan malam, Chaeyoung tidak bisa lagi menahan kekesalannya. "apa yang sebenarnya kau inginkan unnie?" tanyanya dengan suara gemetar. "Kenapa kau semakin mempersulit keadaan?"

Jisoo terdiam, terkejut dengan pertanyaan langsung itu. "Aku hanya ingin memastikan kamu aman, Chaeyoung. Itu saja"

"Tapi dengan sikapmu yang seperti ini, kamu malah membuatku semakin tertekan. Ini semakin menyiksaku" jawab Chaeyoung dengan suara pelan namun tegas. "Kamu tidak bisa terus bersikap posesif seperti ini. Aku juga butuh ruang"

Jisoo merasa hatinya hancur mendengar kata-kata Chaeyoung. Dia tahu bahwa adiknya benar, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. "Aku minta maaf, Chaeyoung. Aku hanya... aku hanya ingin melindungimu."

"Melindungiku dari apa, Jisoo? Dari diriku sendiri?" Chaeyoung menatap Jisoo dengan mata yang penuh emosi. "Kau tahu, dengan sikapmu yang seperti ini, kau malah membuatku semakin sulit untuk melupakan perasaanku padamu"

Jisoo terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa bingung dan terluka, tetapi dia tahu bahwa dia harus memberikan ruang bagi Chaeyoung. "Aku... aku akan mencoba berubah, Chaeyoung. Aku janji"

Chaeyoung hanya mengangguk pelan, merasa lelah dengan semua ini. Setelah makan malam, dia segera masuk ke kamarnya, meninggalkan Jisoo dengan perasaannya yang campur aduk.

Jisoo merasa frustasi dan tidak tahu harus bagaimana. Dia tahu bahwa dia perlu menenangkan pikirannya. Tanpa pikir panjang, dia memutuskan untuk pergi ke sebuah bar. Dia butuh tempat untuk melarikan diri dari semua kekacauan yang ada dalam pikirannya.

Di bar, Jisoo mencoba melupakan semuanya dengan alkohol. Dia minum banyak, lebih banyak dari yang seharusnya. Keadaan semakin memburuk ketika dia mulai merasa mabuk berat. Pikiran tentang Chaeyoung dan perasaannya yang rumit terus menghantuinya. Dia merasa terjebak dalam lingkaran setan yang tidak ada ujungnya.

Saat malam semakin larut, Jisoo semakin kehilangan kendali. Dia merasa kepalanya berputar, tetapi dia tidak peduli. Semua yang dia inginkan adalah melupakan perasaan cemburu dan bingung yang terus mengganggunya.

Ketika Jisoo akhirnya memutuskan untuk pulang, dia hampir tidak bisa berjalan dengan lurus. Dia tersandung beberapa kali, tetapi dia tetap berusaha untuk keluar dari tempat tersebut. Di luar, udara malam yang dingin sedikit membantunya sadar, tetapi perasaan mabuk masih kuat.

Jisoo akhirnya berhasil memanggil taksi dan pulang ke apartemennya. Di perjalanan, dia merasa semakin pusing dan mual, tetapi dia berusaha untuk tetap sadar. Ketika sampai di depan pintu apartemen, dengan tangan gemetar, ia berhasil membuka pintu dan berjalan terhuyung-huyung masuk ke dalam. Apartemen itu gelap, hanya cahaya dari luar yang masuk melalui jendela memberikan sedikit penerangan. Jisoo menatap sekeliling dengan pandangan kabur dan melihat pintu kamar Chaeyoung yang sedikit terbuka.

Our Sins || Chaesoo [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang