Chapter 2

67 5 0
                                    

Maya memekik kaget sembari bangkit dari bangkunya. Dihadapannya telah berdiri Pak Warta yang menatap tajam kearahnya.

Sambil menyapu pandangannya ke seluruh penjuru kelas, Maya sadar kini para murid tengah menatapnya sambil menahan tawa. Bahkan Genta yang duduk disebelahnya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

Sambil menelan saliva yang masih tersangkut dikerongkongannya, Maya berbalik menatap Pak Warta yang wajahnya merah padam.
"A-anu pak, saya-"
" KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!!! tak sadarkah kamu sudah berapa banyak spidol saya yang bersarang dimejamu?" ujar Guru Bahasa Indonesia yang begitu menjunjung tinggi EYD pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Maya menoleh kearah Genta sekilas, lalu melirik beberapa batang spidol yang tergeletak mengenaskan dibawah kakinya sebelum berlari terbirit-birit keluar dari kelasnya. Kelas kembali hening tatkala Pak Warta melanjutkan kembali materi yang diajarkannya.

Tak berapa lama kemudian, Maya kembali ke kelas sambil melayangkan cengiran kearah Pak Warta yang menatap tajam kearahnya. "Apa yang membuatmu kembali ke kelas ini, Mayara?"

Maya nyengir(lagi), lalu berlari kecil kearah bangkunya. "Hape saya ketinggalan, Pak" Dengan wajah tanpa dosa, Maya menjelaskan maksudnya.

Sebelum gadis itu mencapai pintu, sebuah penghapus papan tulis melayang kearahnya.

@@@

Maya mengusap pelipisnya sambil menggerutu pada Genta yang datang sambil membawa sepotong kecil es batu. Dengan tanpa perasaan Genta menempelkannya keras-keras dipelipis Maya.

"Aduh cowok gila! lo nggak liat apa kepala gue benjol!" Maya mengumpat kearah Genta yang duduk disampingnya, membantu Maya mengompres pelipisnya yang memerah.

"Lo yang bego Ya, udah tau Pak Warta lagi PMS, lo nekat tidur dikelas, disuruh keluar, terus balik lagi ke kelas cuma buat ngambil hape. Kewarasan otak lo patut dipertanyakan," Ujar Genta yang kini telah berbaring dikasur UKS yang diduduki Maya. "Lagian ya, kok lebay banget kena penghapus sampe benjol."

"Lo nggak tau sih, Pak Warta ngelemparnya pake tenaga dalam," Maya mencibir sambil menarik rambut Genta yang berwarna senada dengan miliknya. "Lo juga patut dicurigai kesetiaannya, masa temen sendiri dikatain nggak waras."

Genta menimpali setelah menguap lebar. "Ha-ha itulah gunanya temen, Babe."

Maya mendengus, menatap Genta yang kini memejamkan matanya rapat-rapat.

@@@

"Ya, pulang yuk." ujar Genta yang mulai bosan melirik Maya yang mondar-mandir sambil ngoceh nggak karuan.

"Terus apa yang harus gue lakuin, Ta. Ini masalah hidup dan mati gue." Maya memeluk lengan Genta kuat-kuat.

"Lebay banget sih. Lo tinggal nyari cowok, ajak pacaran, terus setelah lo pamerin di depan nyokap, ya putusin. Gampang 'kan?"

Maya menatap Genta ngeri, Nih cowok sadis juga.

"Gue bukan cowok yang bisa nembak sana-sini, Genta Keefe Savero." Maya mendesis. "Gue nggak mau menjatuhkan harga diri gue cuma buat nembak cowok yang pada akhirnya bakal gue putusin"

"Jaman udah beda, Mayara. Lo terlalu naif kalo nganggap cuma cowok yang bisa nembak sana-sini."

Genta bangkit, meraih tasnya yang tergeletak di salah satu meja kelas yang telah sepenuhnya kosong, hanya menyisakan mereka berdua, mengingat kelas telah dibubarkan satu jam yang lalu.

Maya mengikuti Genta yang melangkah ringan menuju parkiran. Genta berhenti tepat disamping mobil sport putih kesayangannya, lalu menoleh kearah Maya. "Nunggu dimana?"

Maya memandang kearah gedung sekolah dibelakangnya, sepi. "Boleh nebeng, nggak?"

Maya tersenyum saat Genta mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Tapi nggak langsung pulang, ya"

@@@

Tbc

Dunia Maya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang