Namanya Felixio Andreas. Bungsu dari tiga bersaudara. Kelas 12 jurusan IPS. Lahir 12 Desember 1997. Itulah biodata yang Maya dapat darinya, hasil contekkan rapor. Bahkan cowok itu hampir mengiriminya akta kelahiran, KK dan nama seluruh kucing yang pernah diadopsinya kalau-kalau tidak dihentikan Maya secepatnya.
Sedangkan dari yang dia lihat sendiri tadi pagi, cowok berambut hitam yang bahkan lebih berantakan dari rambut Genta itu berkulit lebih putih daripada Maya, bahkan cenderung pucat. Saat tersenyum, akan terlihat sebuah lesung pipi kecil di pipi kanannya.
Hampir mendekati cowok idaman, kalo aja dia nggak ngegendong kucing gendutnya itu kemana-mana, Kekeh Maya dalam hati.
Tau-tau, cowok itu kembali mengirimkan sebuah pesan dari id line-nya yang tadi di dapat Maya, panjang umur.
Felix:p : Ya, jadi kpn nih tgl mainnya? Kepo ^.^Maya Raa : Ntar gw kbrin. Eh kluar deh k jndela, ada yg mw gw omongin
Felix:p : Hah? Jndela mna? Kmr gue gk brjndela
Setelah membaca line Felix, Maya buru-buru membuka jendela kamarnya, memeriksa apakah jendela tempat cowok itu bertengger tadi pagi bukan sekedar hayalannya.
Maya Raa : Lo kalo ngibul suka ngalay ya. Gk ush pura2 bego
Felix:p : O haha. Mager. Lo aja gih yg k rmh gue
Maya Raa : Ya ampun FELIIXX!! Lo tinggal k jndela aja susah bgt. Gua sumpahin gndut lo!
Felix:p : Amiin:) lgian yg btuh kn elo, usha dong neng
Maya Raa : Yaelah tinggal bangkit ke jndela aja susah bgt. Badan kyk lidi doang lu songong amat
Felix:p : Wkwkk
Maya kembali merilik kearah jendela itu, tapi Felix benar-benar sama sekali tidak menunjukkan diri. Satu lagi sifat buruk cowok itu yang diketahui Maya mager tingkat neptunus.
Jengah, Maya segera bangkit lalu berjalan kearah kamar mandi untuk melakukan ritual sebelum tidur. Setelah mencuci kakinya, Maya melangkah kearah jendela kamarnya, melirik kearah jendela yang tepat berada diseberang kamarnya, kemudian mendesah kecewa ketika tau Felix benar-benar tak muncul.
Sebuah notifikasi LINE menginterupsi acara pengamatan Maya, membuatnya melangkah kearah tempat tidur untuk meraih ponselnya cepat-cepat. Pesan dari Genta dan Felix.
Genta : Maaf nggak ngabarin, hari ini mama ngajak ke butik temennya. Besok gw jmput nggak?
Maya tersenyum, membaca pesan Genta membuat hatinya hangat. Lalu bersyukur bahwa memiliki sahabat sepertinya lebih menyenangkan daripada permainan mencari pacar yang dicetus ibunya. Namun lagi-lagi kegiatan menghayalnya terputus karena pesan yang terus masuk pada layar ponsel.
Felix:p : Jgn ngmbek dong bebeb, jmpanya bsok aja ya :)))
Maya membalas pesannya cepat-cepat, kesal diinterupsi sekaligus dipanggil sok akrab oleh orang yang baru dikenalnya. Setelah menulis sumpah serapah, dia menghapusnya lagi begitu ingat yang mengajak cowok itu berkenalan sampai bertukar id pertama kali adalah dirinya.
Maya Raa : Dih spa yg ngambek elah. Ok ntar kbrin aja mau jmpa dmn.
Felix:p : Lah yg blg ngambek spa? Mksudku jgn ngembek ya, suaranya kedengeran sampe sini wkwkw
Maya Raa : *nyari emot jari tengah
Felix:p : Butuh bantuan nggak?😂
Maya memilih mengabaikan pesan cowok abstrak itu, kemudian segera mematikan lampu kamarnya hingga hanya menyisakan lampu tidur.
Dan lupa membalas pesan Genta.
@@@
Hari ini Senin, masih tersisa lima hari lagi sebelum ibunya pulang. Maya bangun kesiangan pagi ini, bahkan mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah pun dia tak sempat.
Setelah meraih setangkup roti yang sudah tersedia diatas meja, Maya buru-buru berlari kearah kulkas untuk mengambil sekotak susu. Gadis itu kemudian menenteng sepatu pada tangan kirinya tanpa peduli kakinya yang berbalut kaus kaki turut membawa debu disepanjang jalan menuju mobil Genta.
Maya baru ingat dia belum membalas pesan Genta tadi pagi, dan dia beruntung Genta cukup peka untuk menjemputnya. Maya mengitari mobil untuk kemudian masuk, memakai sepatu, kemudian makan sandwich dengan khidmat tanpa berkata apa-apa. Dia masih merasa tidak enak akan pertemuan Genta dan ibunya yang kurang bersahabat tempo hari.
Gerbang raksasa sekolahnya mulai terlihat ketika Maya buru-buru menghabiskan sisa susu kotaknya dan melempar kotak susu itu kesisian jalan, Lalu terkekeh kecil menimpali decakan Genta soal kebiasaan buang sampah sembarangannya itu. Begitu Genta memarkirkan mobilnya, barisan para murid terlihat sudah rapi di lapangan. Maya melirik Genta yang masih sibuk membenahi seragamnya, "Gimana nih? Kalo ketauan kita bakal disuruh berdiri di depan bendera lagi." Keluhnya.
Genta tak berkata apa-apa. Cowok itu memilih berjalan cepat kearah taman sekolah yang persis berada di belakang tempat parkir, lalu berjongkok tepat di bawah jendela perpustakaan, "Cepet naik,"
Maya bengong. Dia hanya memandang kearah jendela perpustakaan, kemudian berjalan kearah Genta, "Lu kira jam segini perpus kosong? Masih ada petugas jaga tau."
"Iya tau, makanya diem-diem," Balas Genta.
Maya memanjat jendela itu dengan berpijak pada bahu Genta. Setelah mendarat dengan selamat, dia menarik sebuah bangku untuk digunakan Genta sebagai tangga. Namun naas, bangku itu malah jatuh berdebum ketika Genta tak sengaja menendangnya.
Para petugas perpustakaan itu ribut. Karena senin, para guru yang malas upacara pun biasanya akan mengungsikan diri kemari untuk sekedar sarapan atau mengobrol dengan petugas perpus yang berjaga, basa-basi dengan dalih menanyakan buku ajar yang bisa digunakan murid asuhannya. Keramaian itu malah memperburuk perasaan Maya. Dia menarik Genta berdiri lalu berlari entah kemana. Mereka baru dua kali menginjakkan kaki di tempat penuh buku itu, hingga sama sekali tak ingat detail ruangannya.
Berpasang-pasang kaki melangkah mulai terdengar kearah jendela. Bangku tua yang kayunya berat itu ternyata mengundang atensi seluruh orang. Sepasang murid itu berjongkok di bawah meja baca, menahan napas.
Guru-guru dan para staff perpus ribut lagi, kali ini tentang bangku yang jatuh sendiri. Ketika beberapa dari mereka mulai mengaitkan peristiwa itu dengan hal-hal mistis, Maya terkekeh geli. "Baru kali ini gue bersyukur soal orang dewasa yang masih percaya begituan," Bisiknya pada Genta.
Mereka tetap pada posisinya hingga lantunan doa tanda upacara ditutup terdengar. Ketika para guru mulai keluar untuk memulai kegiatan belajar-mengajar, beberapa murid masuk. Ini kesempatan mereka untuk kabur.
Maya berjalan tergesa hingga bahunya menubruk seorang murid. Kertas-kertas makalah presentasinya yang belum dijilid bertebaran. Cowok itu menarik tas Maya ketika cewek itu berniat kabur dari tanggungjawab.
"Mau kemana? Rapiin makalah gue dulu." Ujarnya. Dia berkata lembut meski suaranya yang berat membuat Maya takut juga.
Maya berjongkok, mulai memunguti kertas-kertas itu cepat. Setelahnya dia menyerahkan kertas itu masih dalam keadaan acak-acakkan, "Rapiin sendiri aja ya, gue buru-buru."
Cowok itu jelas kehilangan kesabaran. "Gabisa gitu gan. Tanggungjawab!" Tekannya.
"Heh lu nggak liat gue cewek? Harusnya sis! Gapernah jualan online ya lu." Sungut Maya, merebut makalah itu lalu malah menyusunnya secara terbalik, lalu kabur secepatnya. Si korban berteriak gemas, "Woi balik lu cewek asem!"
Bukannya beres, gue malah harus kerja dua kali.
Cowok itu kemudian merilik Genta yang berjalan mengikuti arah Maya berlari, "Ajarin tuh cewek lu! Ngeselin parah,"
"Sip." Balas Genta tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Maya
Teen FictionMayara Aquilla, gadis remaja yang tak pernah memikirkan kehidupan sosialnya. Yang dia fikirkan dalam hidupnya hanyalah gadget, sosmed, sinyal Wi-fi, dan segala hal yang berhubungan dengan dunia maya. Hingga perjanjian yang dia buat bersama ibunya m...