-*.✧36 - Mare ✧.*-

6K 611 22
                                    

36 - Mare

"Ah... Jadi kakak bertemu Syl saat di restoran ketika selesai menemui kepala keluarga Dimitri ya." Enoch mengangguk-anggukan kepalanya berlagak mengerti, ia menyenderkan punggungnya ke sofa.

A/N : Nyender ke aku aja sih :v

"Terus kak En ini adiknya kak...?" Sylvester menggantungkan pertanyaan. Pearl peka pun berkenalan.

"Pearl. Pearl Ephraim, putri pertama Ephraim," kenal Pearl dengan senyum tipisnya. Lagi-lagi Enoch membulatkan netra, melirik Marcellus yang ada di samping kirinya.

"Sylvester. Sylvester Dimitri." Sylvester menjabat tangan Pearl sebagai salam perkenalan.

"Hm." Pearl berdehem singkat guna menyingkirkan rasa canggung. Dirinya tidak pernah bertingkah layaknya seorang manusia normal seperti ini.

"Kucing ini," tunjuk Sylvester ke arah kucing gendut yang sedang tidur santai di atas pangkuannya, "Milik kakak?"

Pearl mengangguk kecil, "Lebih tepatnya hanya sebatas memelihara."

Sylvester membeo, pantas saja saat Pearl datang si kucing gendut and pemalas ini tidak langsung mendatanginya.

Pearl hanya memelihara, tapi tidak dengan menyayanginya dan cuma sebatas rasa kasihan kepada kucing jalanan yang di temukan dirinya saat sedang menjalankan sebuah pekerjaan kala ia di luar kota.

"Kamu... Mau rawat dia...?"

Sylvester merenung. Merawat seekor kucing merupakan sebuah tanggung jawab yang besar. Dirinya harus menyayangi, memahami, juga memberikan waktunya pada si kucing. Hm... Tak apa mungkin...?

"Emang nggak pa-pa?" tanyanya ragu.

"Tidak apa-apa. Lagipula jika bersama kamu, mungkin si kucing akan lebih merasa senang," yakin Pearl. Pasalnya dari melihat tingkah si kucing tidak tahu diri yang menjadi manja ketika berada di atas pangkuan anak dekatnya ini.

Sylvester mengangguk secara perlahan, "Makasih...."

Marcellus duduk di dekat Sylvester. Tangannya asik memberi elusan lembut di atas pucuk surai seraya menatap hangat sang adik sepupu.

"Sama-sama," balas Pearl. Enoch mendekat ke arah sang kakak guna meledek dirinya, yang tentunya dirinya balas.

"Kalau begitu kakak akan menyiapkan perlengkapannya nanti," ujar Marcellus. Sylvester menggeleng, kucing ini sekarang adalah tanggung jawab dirinya, jadi dirinya lah sendiri yang harus mengurusnya.

"Nggak boleh. Kucing ini sekarang milik Syl, jadi Syl yang harus tanggung jawab sekarang." Sylvester mendongak, menatap kedua netra merah Marcellus dengan sedikit memohon.

"Yasudah," Marcellus menghela nafas pelan, "Tapi kalau ada yang tidak bisa, minta tolong okey?"

"Eum, tentu." Sylvester tersenyum senang, pipinya jadi bersemu merah karena dirinya telah memiliki seekor kucing peliharaan.

"Sialan... Apa-apaan itu...?" Seseorang dari balik tembok menggertakan giginya kesal, kedua netranya menatap kesal pemandangan manis yang tak sengaja dirinya lihat.

"Harusnya aku yang di sana...." Ia menggantung perkataannya, "Aku membencinya...."

Netra berkilat marah. Menatap benci sosok yang duduk di sana sembari tertawa kecil.

"Akan aku singkirkan!"

.*✧—Sylvester—✧*.

Sylvester [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang