Bab 13. Makan Racun

690 125 0
                                    

















"Ngapain kamu tidur di sini!"

Apes. Itu lah kata yang bisa mendefinisikan kondisi seorang Ferrel saat ini. Disaag dia sudah menolong Marsha dengan tulus,
membawanya ke rumahnya, bahkan pula menyuruh dokter keluarganya untuk memeriksanya.

Tapi apa yang dia dapatkan?
Sore ini dia sudah mendapatkan tendangan maut dari Marsha, dan naasnya lagi dia tidak bisa melawan perempuan itu. Hatinya seakan menolak untuk melawan Marsha.
Mungkin ia bisa melawan perempuan lain, tapi tidak dengan Marsha. Hanya bisa menebalkan sabar. Bangun dari
lantai, meski bokongnya terasa ngilu.

"Aku menemukanmu tergeletak di kamar mandi dan membawamu ke sini. Beruntung aku membawamu, kalau tidak mungkin kamu udah mati kemasukan banyak air" Ujar Ferrel, sedikit kesal.

la duduk di tepi ranjang, masih mencoba untuk lebih sadar. Matanya sesekali kembali terpejam, sesekali mencoba sadar. la dipaksa terbangun lewat jalur tendangan maut dari Marsha. Marsha sedikit tenang mendengar penjelasan dari Ferrel.

"Terimakasih." Gumamnya tipis,
menunduk merasa tidak enak hati karena sudah berbuat hal yang sudah kelewatan batas.

"Tidak perlu berterima kasih. Mungkin nanti kamu bisa membayarnya dengan hal lain."

Ferrel seketika kembali berbaring di bawah kaki Marsha dengan santai, ingin kembali melanjutkan tidurnya.

"Membayarnya dengan apa?" Tanya Marsha.

Dia melihat-lihat sekitar kamar Ferrel. Ruangan yang penuh dengan warna manly, dan mungkin mengartikan bagaimana sifat si pemiliknya.

"Dingin." Batin Marsha setelah menilai semuanya.

la hendak turun dari ranjang, tapi ketika itu hendak terjadi, ia menyadari kalau baju.yang ia pakai berbeda dengan sebelumnya.
Begitu longgar. Seketika membuat Marsha membulatkan matanya.

"Mampus. Aku gak pake bra.
Jangan-jangan?..."

Brak!

Marsha kembali menendang tubuh Ferrel sekuat tenaga.

"Cab*ul banget sih!. Tega banget kamu melepas bajuku saat tidur!.
Mau ambil kesempatan dalam kesempitan kamu?!"

Dan lagi-lagi, Ferrel harus bangun seorang diri, menahan bokongnya yang bertambah ngilu.

"Aku gak ambil kesempatan dalam
kesempitan!. Kalau aku gak ganti bajumu, malah buat kamu semakin sakit!. Gitu aja gak tahu!" Bentak Ferrel.

"Kesal banget aku sama perempuan yang suka main kasar. Mending aku tidur di kamar lain aja!" Kesalnya, hendak keluar dari kamar miliknya.
la mengalah, demi Marsha.

"Tapi kamu mau perk*sa aku, tahu gak?!" Teriak Marsha.

Ferrel berbalik, berhenti di depan pembatas antar pintu.

"Aku ingin, tapi aku tahan. Beruntungnya aku bisa menahan, jika tidak mungkin kamu sudah kehilangan kesempatan itu untuk pertama kalinya."

Ferrel mengatakannya sembari menatap tubuh bagian bawah Marsha dengan sedikit tatapan cab*l dan senyuman miring..

la mengolok-olok Marsha.

"Dasar mes*m!"

Sontak, Marsha yang mengetahui hal itu langsung melempar bantal di dekatnya. Naas, tidak mengenai sasaran.

"Cemen!" Ejek Ferrel dan meninggalkan kamarnya menuju ruangan lain.

Ia ingin melanjutkan tidurnya yang sudah diganggu dua kali oleh perempuan yang menganggu
pikirannya selama beberapa hari ini.

PACARKU TERNYATA ADIK ANGKATKU (FreSha) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang