Chapter 210 - Side Story 2

13 0 0
                                    

Aria teringat sesuatu dari masa lalunya.

Ketika dia bertanya, 'Apa itu malam pertama?', dia menjawab, 'kamu akan mati.'

Anak laki-laki yang kasar dan polos saat itu, tumbuh besar dan menjadi seekor binatang buas.

'Saat itu aku berpikir dia seperti itu karena kebencian yang dipendamnya.'

Sekarang setelah dia melihatnya, artinya berbeda.

"Kau tahu. Kurasa Lloyd akan membunuhku suatu hari nanti."

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, tapi aku harap kamu menjadi lebih kuat."

Sampai kapan istriku akan lemah? Lloyd berbisik dengan rasa kasihan dan mencium bahunya yang terbuka.

"Apa pun yang kulakukan, aku tidak akan sekuat Lloyd..."

Apa yang dapat dilakukannya agar dapat menyamai garis keturunan Tuhan?

Dia menggelengkan kepalanya sejenak.

Dan dia berbaring dengan tenang di tempat tidur. Itu untuk mengisi waktu kurang tidurnya.

"Lloyd, pergilah dan lakukan urusanmu."

"..."

"Anda harus bekerja keras, Yang Mulia."

"Tidak ada tugas yang mendesak seperti itu."

"Benarkah? Tapi kenapa Vincent mengumpat Lloyd di lantai bawah?"

Lloyd mendesah dan bangkit.

"Saya akan kembali."

Aria memejamkan matanya saat mencium keningnya.

Pagi yang lesu.

Aria yang akhir-akhir ini banyak tidur, kembali tertidur lelap.

Baru kemudian dia menyadari lagi mimpi anehnya itu.

Musim panas, hari cerah yang ditunggu-tunggu.

Aria menggenggam tangan Lloyd dan berjalan menyusuri jalan.

Di tangan Lloyd ada payung biru berenda. Tentu saja, itu bukan miliknya, melainkan payung yang serasi dengan gaun Aria.

Lloyd memegangnya dan mengarahkannya ke arah Aria.

"Lloyd, apakah itu menyenangkan?"

Aria menyerah di tengah jalan dan berbisik pelan.

Dia sudah mengatakannya tiga kali. Tentu saja, dia mencoba mengambil payung yang dipegangnya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya dengan kata-kata.

Tentu saja gagal.

"Sulit untuk mengangkatnya."

"Aku tidak selemah itu."

"Kamu bahkan tidak bisa bernapas dengan baik."

Dia tidak bisa bernapas? Dia terdiam sesaat.

"Cuacanya panas sekali sampai saya terengah-engah sedikit..."

Hari ini cuacanya sangat panas.

Aria tidak berkeringat, tetapi sebaliknya dia tampak kehabisan energi hanya karena berjalan sebentar di bawah terik matahari.

Mungkin karena dia mengenakan pakaian formal yang tidak nyaman.

Napasnya memburu dan seluruh tubuhnya lemas. Namun, meski begitu, ia tak bisa sekadar meregangkan tubuhnya di tengah panasnya cuaca.

'Karena ada mata untuk melihat.'

Bukan sekedar 'mata untuk melihat'.

Saat ini, Aria sedang diperhatikan oleh orang-orang yang sangat ingin ia perlihatkan penampilan terbaiknya.

My Puma BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang